Waspada Sindrom Reye yang Menyerang Otak Anak
Halodoc, Jakarta - Di usianya yang memang masih belia, anak rentan terserang berbagai penyakit karena daya tahan tubuhnya yang belum terbentuk sempurna. Salah satunya adalah sindrom reye yang menyerang hati dan otak. Penyakit ini terbilang langka karena belum diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Namun, pada beberapa kondisi, sindrom reye biasa terjadi pada balita dan anak-anak yang diberikan aspirin ketika terserang flu atau cacar.
Dampak paling negatif dari sindrom ini adalah kerusakan otak dan hati anak, meski secara fisik ia mampu bertahan hidup. Jika tidak segera mendapatkan penanganan, penyakit ini bisa menyebabkan kematian pada anak. Oleh karena itu, penting untuk orang tua mengetahui apa gejala dari sindrom reye ini.
Gejala Sindrom Reye
Saat anak terserang sindrom reye, kadar amonia dan asam dalam tubuhnya akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, sementara kadar gula darahnya justru akan menurun. Selanjutnya, organ hati akan mengalami pembengkakan yang menyebabkan terjadinya akumulasi atau penumpukan lemak karena ketidakmampuan organ hati untuk bekerja secara maksimal.
Tak hanya di hati, organ lain yang turut akan mengalami pembengkakan adalah otak yang bisa menyebabkan anak kejang, bahkan hilang kesadaran. Biasanya, sindrom ini muncul dalam rentang waktu tiga hingga lima hari sejak anak terserang penyakit yang disebabkan karena virus, seperti flu, cacar air, atau pilek.
Baca juga: Mengapa penyakit Langka Sulit Didiagnosis?
Gejala awal yang akan dialami anak saat sindrom ini menyerang tubuhnya adalah diare dan napas yang temponya berubah menjadi lebih cepat. Pada anak dan remaja, gejala yang umum terjadi adalah muntah terus-menerus dan tubuh menjadi lesu. Namun, banyak orang tua yang beranggapan bahwa anak hanya terserang penyakit musiman, seperti flu atau gangguan pencernaan, karena gejalanya memang tidak jauh berbeda.
Jika sindrom reye yang menyerang anak telah masuk dalam tahap akut, anak biasanya akan mengalami perubahan perilaku, seperti mudah marah, agresif, sering berhalusinasi, dan sering kebingungan. Selanjutnya, kaki dan tangannya akan mulai melemah, dan terkadang anak akan mengalami kejang-kejang serta hilangnya kesadaran.
Pengobatan Sindrom Reye
Perawatan intensif jelas dibutuhkan untuk menangani anak yang terserang sindrom reye. Pantauan akan dilakukan terhadap tekanan darah dan kinerja seluruh organ vitalnya. Jika diperlukan, anak akan diberikan cairan infus, larutan elektrolit dan glukosa melalui intravena. Selain itu, tindakan berupa pemberian diuretik juga bisa dilakukan untuk meningkatkan keluarnya cairan melalui urine dan menurunkan tekanan intrakranial.
Selanjutnya, anak juga akan diberikan obat-obatan untuk mencegah terjadinya perdarahan. Kondisi ini bisa terjadi apabila kelainan hati perlu ditangani dengan pemberian trombosit, vitamin K, dan plasma.
Mencegah Sindrom Reye
Meski belum diketahui penyebab utama dari munculnya sindrom reye, aspirin disinyalir menjadi dampak negatif yang paling memungkinkan terjadinya penyakit ini pada anak. Oleh karena itu, orang tua perlu sangat hati-hati dalam memberikan aspirin pada balita dan anak-anak. Hindari penggunaannya pada anak-anak yang baru saja sembuh dari penyakit yang disebabkan oleh virus.
Baca juga: Bagaimana Mengatasi Sindroma Hunter pada Anak?
Meski begitu, kandungan aspirin ternyata bisa ditemukan dalam berbagai jenis obat-obatan, bahkan pada obat herbal sekali pun. Maka dari itu, selalu cek label obat sebelum diberikan pada anak. Lebih baik lagi jika ibu bertanya pada dokter sebelum memberikan obat pada anak untuk menghindari risiko terserang penyakit langka ini. Download aplikasi Halodoc dan pilih layanan Tanya Dokter. Dokter spesialis akan membantu ibu setiap hari selama 24 jam. Yuk, pakai aplikasi Halodoc sekarang juga!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan