Waspada Kelumpuhan Tidur yang Terjadi Akibat Narkolepsi
Halodoc, Jakarta - Tidur adalah aktivitas penting yang memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Saat tubuh kurang atau malah kelebihan tidur, kesehatan pasti terganggu, gejala utama yang muncul adalah kurang fokus terhadap aktivitas yang sedang dijalankan. Gangguan tidur bukan sesuatu yang bisa kamu anggap sepele, karena hal ini pasti mengganggu aktivitas secara keseluruhan.
Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan pengidapnya kerap tertidur kapan saja dan di mana saja tanpa kendali. Dalam kasus yang parah, penyakit narkolepsi membuat seseorang mengalami kelumpuhan tidur. Narkolepsi juga merupakan kondisi rasa kantuk yang tak tertahankan dan muncul tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini sering disebut juga “serangan tidur” atau sleep attack.
Pengidap narkolepsi akan merasa baik-baik saja setelah tertidur selama 10-15 menit, namun keadaan tersebut cepat menghilang dan mereka akan tertidur kembali. Narkolepsi ini bisa terjadi saat menyetir, bekerja, atau berbicara. Sayangnya, penyakit ini merupakan kondisi berkepanjangan yang tak dapat diobati. Namun dengan melakukan perawatan yang tepat dan mempertahankan gaya hidup sehat, pengidapnya dapat mengontrol kondisi ini.
Sementara itu, kelumpuhan tidur akibat narkolepsi hanya terjadi pada kasus yang parah. Pengidapnya akan kehilangan kendali dalam mengontrol pergerakan tangan dan kaki. Pengidap juga bisa jatuh atau mengalami kelumpuhan tidur ini dalam beberapa menit.
Baca Juga: Ini Alasan Mengantuk Setelah Makan
Penyebab Narkolepsi
Hingga kini, para peneliti belum mengetahui secara pasti penyebab narkolepsi. Namun, peneliti menemukan sebagian besar pengidap narkolepsi memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin adalah zat kimia dalam otak yang membantu mengendalikan waktu tidur. Penyebab rendahnya hipokretin ini disinyalir terjadi akibat sistem imun yang menyerang sel-sel sehat (autoimun). Nah, beberapa hal ini memicu timbulnya proses autoimun tersebut, hingga akhirnya mengarah pada narkolepsi, yakni:
-
Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause.
-
Stres.
-
Perubahan pola tidur secara tiba-tiba.
-
Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi.
-
Kelainan genetik.
Narkolepsi bisa muncul akibat kerusakan bagian otak yang menghasilkan hipokretin akibat penyakit lain, seperti:
-
Tumor otak.
-
Cedera kepala.
-
Ensefalitis atau peradangan otak.
-
Multiple sclerosis.
Baca Juga: Waspada 4 Gejala Narkolepsi Kalau Tiba-Tiba Ngantuk di Siang Hari
Pengobatan Narkolepsi
Hingga kini belum ada obat untuk menyembuhkan narkolepsi. Namun, beberapa langkah perlu dilakukan untuk mengendalikan gejala, sehingga aktivitas pengidap tidak terganggu. Untuk narkolepsi ringan, pengobatan dilakukan dengan mengubah pola kebiasaan tidur. Jika gejala yang muncul cukup parah hingga menyebabkan kelumpuhan tidur, maka pengidap perlu diberikan obat-obatan. Beberapa jenis obat yang diresepkan dokter untuk meredakan narkolepsi meliputi:
-
Stimulan, obat untuk merangsang sistem saraf pusat, sehingga membantu penderita tetap terjaga pada siang hari.
-
Antidepresan trisiklik. Obat antidepresan, seperti amitriptyline, akan membantu meredakan gejala katapleksi atau hilangnya kendali otot akibat kelumpuhan tidur.
-
Anti-depresan jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) atau serotonin and norepinephrine reuptake inhibitor (SNRIs). Obat ini berfungsi untuk menekan waktu tidur, membantu meringankan gejala katapleksi, halusinasi, dan ketindihan atau sleep paralysis.
Baca Juga: Sleeping Beauty Syndrome, Kenapa Bisa Tidur Terlalu Lama?
Karena cukup berbahaya, kenali gejalanya dan segera diskusikan dengan dokter jika kamu atau orang-orang terdekat kamu mempunyai gejala narkolepsi. Kamu dapat berdiskusi dengan dokter melalui Chat atau Voice/Video Call di aplikasi Halodoc di mana saja dan kapan saja. Yuk, download aplikasi Halodoc segera di App Store dan Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan