Waspada Gangguan Testosteron pada Anak Laki-Laki

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   01 Maret 2019
Waspada Gangguan Testosteron pada Anak Laki-LakiWaspada Gangguan Testosteron pada Anak Laki-Laki

Halodoc, Jakarta - Anak laki-laki dapat mengidap gangguan pada testosteronnya yang umumnya disebut dengan hipogonadisme. Hal tersebut menggambarkan keadaan rendahnya hormon testosteron pada pria. Testosteron diproduksi di testis dan sangat penting untuk membentuk karakteristik pria, seperti suara yang berat, perkembangan rambut wajah, rambut pada kemaluan, dan pertumbuhan penis selama pubertas.

Hal tersebut terjadi ketika hormon pelepas gonadotrofin yang dibuat di hipotalamus, merangsang kelenjar hipofisis untuk menghasilkan hormon lutein dan hormon perangsang folikel (gonadotrofin). Lalu, hormon tersebut berdampak pada testis sehingga bagian tersebut memproduksi testosteron. Kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan penyakit pada testis.

Seseorang dapat terserang gangguan testosteron ini pada usia berapapun dan gejala yang ditimbulkan dapat berbeda-beda tergantung kapan gangguan tersebut terjadi dan umumnya dimulai ketika masa pubertas. Dalam beberapa kasus, sulit untuk mengetahui apakah seseorang mengalami kekurangan testosteron.

Baca Juga: 6 Cara Mengatasi Kekurangan Hormon Testosteron pada Pria

Penyebab Gangguan Testosteron

Hal yang dapat menyebabkan seseorang mengidap hipogonadisme dapat terbagi menjadi dua sebab. Yang pertama adalah hipogonadisme klasik, yaitu ketika kadar testosteron yang rendah disebabkan oleh kondisi medis spesifik yang mendasarinya, seperti sindrom Klinefelter, sindrom Kallmann, atau tumor hipofisis.

Yang kedua adalah Hipogonadisme onset lambat, yaitu penurunan kadar testosteron yang berhubungan dengan penuaan umum dan/atau penyakit yang berhubungan dengan bertambahnya usia, khususnya karena obesitas dan diabetes tipe 2. Disebutkan apabila hipogonadisme jenis ini hanya memengaruhi sekitar 2% pria yang berusia di atas 40 tahun.

Hipogonadisme Klasik

Pada hipogonadisme klasik, terbagi menjadi dua jenis, yaitu primer dan sekunder.

  • Hipogonadisme Primer

Pada hipogonadisme primer terjadi ketika kadar testosteron yang rendah disebabkan oleh kondisi yang memengaruhi testis. Gangguan testosteron klasik primer ini disebut juga dengan hipergonadotropik yang terjadi ketika hopifisis menghasilkan terlalu banyak hormon lutein (LH) dan hormon perangsang folikel (FSH) untuk mencoba merangsang testis untuk menghasilkan lebih banyak testosteron.

Tetapi dikarenakan testis terganggu atau hilang, sehingga tidak ada testosteron yang diproduksi. Beberapa orang yang mengidap gangguan ini, kadar testosteronnya berada di kisaran normal, tetapi peningkatan LH dan FSH menunjukkan apabila kelenjar tersebut masih mencoba mengatasi kekurangan yang terjadi.

Contoh kondisi yang dapat memengaruhi testis sehingga mengidap hipogonadisme primer adalah peradangan karena infeksi, kemoterapi atau radioterapi ke testis, tidak adanya testis, sindrom Klinefelter, jenis tumor tertentu, dan gangguan autoimun.

  • Hipogonadisme sekunder

Hipogonadisme sekunder dihasilkan dari kondisi yang mempengaruhi fungsi hipotalamus dan/atau kelenjar hipofisis. Hal tersebut juga dikenal sebagai hipogonadisme hipogonadotropik karena kadar LH dan FSH yang rendah sehingga menurunkan produksi testosteron. Hipogonadisme sekunder sering terjadi sebagai bagian dari sindrom hipopituitarisme yang lebih luas.

Contoh kondisi yang menyebabkan hipogonadisme sekunder adalah tumor hipofisis, hipogonadotrofik hipogonadisme, sindrom Kallmann, penggunaan steroid anabolik, sindrom Prader-Willi, dan cedera kepala.

Baca Juga: Penyebab Rendahnya Hormon Testosteron pada Pria

Perawatan Gangguan Testosteron

Perawatan dari gangguan ini mungkin akan dilakukan penggantian testosteron dengan tujuan untuk meningkatkan testosteron pada darah ke tingkat normal. Perawatan yang tepat dapat bervariasi pada tiap pengidap dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Beberapa perawatan testosteron yang dilakukan, yaitu:

  • Injeksi pada testosteron : Suatu zat akan dimasukkan ke tubuh tiap tiga hingga empat minggu atau setiap tiga bulan ke dalam otot untuk meningkatkan kadar testosteron.
  • Mengoleskan gel testosteron harian ke kulit.
  • Implan testosteron

Baca Juga: Dampak Kelebihan dan Kekurangan Hormon Testosteron

Berikut adalah gangguan testosteron pada anak laki-laki. Jika kamu mempunyai pertanyaan perihal gangguan ini, dokter dari Halodoc siap membantu. Caranya yaitu dengan download aplikasi Halodoc di smartphone kamu!