Terapi Plasma Darah untuk Atasi Virus Corona
Halodoc, Jakarta - Guna menemukan jalan keluar masalah virus corona yang kian hari semakin parah, berbagai cara ditempuh agar cepat menemukan langkah pengobatan yang ampuh untuk menyembuhkan pengidap yang terinfeksi. Hal yang baru-baru ini dipertimbangkan adalah dengan menggunakan metode terapi plasma darah dari pengidap COVID-19 yang dinyatakan telah benar-benar pulih.
Baca juga: Cegah Burnout saat WFH dengan 6 Cara Ini
Efektifkah Terapi Plasma Darah untuk Atasi Virus Corona?
Prosedur terapi plasma darah ini dilakukan oleh para peneliti dari Washington University School of Medicine, yang mengklaim bahwa plasma darah milik pengidap virus corona yang sudah benar-benar pulih mengandung antibodi yang mampu melawan virus SARS-CoV-2. Terapi plasma darah sendiri telah dilakukan oleh dokter di China pada lima orang pengidap yang dinyatakan dalam keadaan kritis.
Hasilnya cukup mencengangkan bahwa tiga dari kelima pengidap tersebut dinyatakan sembuh total, sedangkan dua lainnya dinyatakan dalam keadaan stabil. Jika dilihat dari persentase kesembuhannya, terapi plasma darah yang telah lebih dulu dipakai di luar Indonesia menunjukkan angka kesembuhan yang menjanjikan. Lalu, apakah Indonesia sudah siap untuk melakukan uji coba terhadap prosedur ini?
Baca juga: Begini Skema Herd Immunity Guna Menekan Penyebaran Corona
Sejauh Mana Perkembangan Terapi Plasma Darah di Indonesia?
Inisiatif dalam mengembangkan terapi plasma didalangi oleh Palang Merah Indonesia (PMI) yang bekerja sama dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, yaitu lembaga penelitian biologi molekuler di bawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Hingga artikel ini diterbitkan, lembaga yang terkait tengah melakukan penelitian terhadap praktik pengembangan terapi.
Praktik pengembangannya sendiri dilakukan dengan mengambil plasma convalescent dari darah pengidap infeksi virus corona, yang telah empat minggu dinyatakan pulih total. Kepala Lembaga Eijkman juga berencana untuk memberikan plasma darah tersebut pada pengidap infeksi COVID-19 dalam kondisi berat, dengan mentransfusikan plasma darah sebagai bagian dari perawatan.
Antibodi dalam plasma darah bekerja dengan membantu menetralisir virus yang ada dalam tubuh pengidap yang terinfeksi. Kepala Lembaga Eijkman juga berpendapat bahwa prosedur plasma darah bisa dijadikan sebagai alternatif sembari menunggu vaksin corona tersedia, dan dapat disebarluaskan. Apakah prosedur ini akan membuahkan hasil?
Baca juga: Alasan Diffuser Antiseptik Sebaiknya Dihindari
Skema Pengobatan dengan Terapi Plasma
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, proses pengobatan dengan terapi plasma akan dilakukan dengan mengambil darah pengidap yang telah dinyatakan sembuh, kemudian plasma darah disuntikkan pada tubuh pengidap yang masih terinfeksi. Sebelum ditransfusikan pada pengidap positif, prosedur pemisahan komponen dalam darah dilakukan dengan alat pemutar guna mendapatkan plasma darah.
Plasma darah tersebut yang selanjutnya akan disuntikkan pada pengidap positif virus corona. Sebelum prosedur ini dilakukan, pengidap yang dinyatakan sembuh tidak bisa mengonsumsi sembarang vitamin atau obat, karena akan berpengaruh pada darah dalam tubuh. Untuk lebih jelasnya mengenai prosedur ini, kamu dapat bertanya langsung pada dokter di aplikasi Halodoc.
Meskipun terlihat efisien, komplikasi bisa saja terjadi, mengingat banyak sekali orang dengan sistem imunitas tubuh yang lemah, serta memiliki kondisi yang mampu memperparah gejala virus yang muncul.
The Guardian. Diakses pada 2020. Plasma from coronavirus survivors found to help severely ill patients.
NBC News. Diakses pada 2020. A desperate scramble as COVID-19 families vie for access to plasma therapy.
Wired. Diakses pada 2020. The blood of coronavirus survivors could help tackle the pandemic.