Terancam Diblokir, Benarkah Main PUBG Memicu Gangguan Psikologis?
Halodoc, Jakarta - Bermain game adalah kegiatan yang banyak dilakukan orang untuk melepas penat dan stres. Beragam jenis game ditawarkan dan mudah diunduh di smartphone. Sayangnya salah satu game yang sedang naik daun yaitu PUBG (PlayerUnknown’s Battlegrounds) tengah dikaji oleh beberapa negara untuk dilarang.
Pelarangan game PUBG ini bukan tanpa alasan, beberapa orang mengatakan aksi ini terinspirasi dari game ini. Pada Jumat (15/3) dilaporkan telah terjadi aksi teror penembakan massal di Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Centre di daerah Christchurch, Selandia Baru. Aksi brutal ini menewaskan 50 orang dan menyebabkan puluhan orang lainnya terluka.
Oleh karena itu, PUBG ini dikhawatirkan mendorong generasi muda ke arah terorisme seperti yang disampaikan ulama Malaysia, Mufti Negeri Sembilan Datuk Mohd Yusof Ahmad. Tidak hanya itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga mendukung wacana Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram game PUBG. Hal ini ditujukan untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif permainan game.
Namun, wacana ini ditolak mentah-mentah oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia Syed Saddiq. Dalam video penolakan yang diunggah lewat akun Instagramnya, ia mengatakan bahwa ia tidak merasa game itu menyebabkan tindak kekerasan di negaranya. Selanjutnya, ia menilai jika PUBG harus diharamkan, ia menyebut game sejenis lainnya, seperti Game Counter-Strike, atau Red Alert, atau Command & Conquer: General Zero Hour, harus ikut dilarang.
Baca Juga: Anak-anak Sering Main Game? Hati-Hati 7 Dampak Ini
Benarkah PUBG Picu Gangguan Psikologis?
Tidak bisa dipungkiri lagi, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, mereka yang sudah kecanduan game biasanya jadi asyik sendiri. Parahnya, jika anak-anak yang mengalami kecanduan game PUBG, bukan tidak mungkin prestasi mereka di sekolah bisa menurun.
Beberapa waktu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kebiasaan bermain game secara kompulsif adalah gangguan kesehatan mental yang baru. Kondisi semacam ini disebut sebagai “gaming disorder“.
Selain itu, kondisi ini ditambahkan ke Klasifikasi Penyakit Internasional WHO, berdasarkan hasil penelitian dan pentingnya rehabilitasi.
Mengutip Esquire, menurut Dr. Vladimir Poznyak dari WHO, ada dua kriteria utama yang diperlukan untuk mendiagnosis seseorang mengalami gaming disorder, yakni:
Seseorang akan lebih mementingkan bermain game dan mengabaikan aktivitas lain yang nyatanya jauh lebih penting seperti belajar atau bekerja.
Seseorang yang tetap memainkan game meskipun ada konsekuensi negatif jika ia tetap memainkannya.
Bermain game memang menyenangkan, namun jika hal ini dilakukan secara kompulsif maka menyebabkan dampak negatif. Hal ini dapat berpengaruh pada kehidupan pribadi, relasi, keluarga, sosial, pendidikan atau pekerjaan, hingga kesehatan.
Perwakilan WHO memperkirakan bahwa 2 hingga 3 persen pemain game memenuhi kriteria mengalami gaming disorder. Tetapi Dr. Mark Griffiths dari Nottingham Trent University, yang mempelajari permainan game selama 30 tahun, memperkirakan gangguan ini hanya mempengaruhi kurang dari 1 persen gamer. Tidak hanya itu, perilaku gaming disorder juga dapat terjadi pada mereka yang memiliki masalah kesehatan mental lainnya seperti depresi, gangguan bipolar, atau autisme.
Perlukah Mengatasi Kecanduan Video Games?
Apabila game dirasa mengganggu aktivitas sehari-hari, apalagi jika komplain ini disampaikan juga oleh teman kerja atau pasangan, maka kamu wajib mencari bantuan untuk mengatasi hal ini.
Cara berhenti dari kecanduan game yang dapat membahayakan kesehatan mental dapat dilakukan dengan langkah berikut ini:
-
Pertama, kamu harus mengakui bahwa kamu mengidap gaming disorder sehingga langkah-langkah rehabilitasi selanjutnya terasa lebih mudah dan tidak ada penolakan.
-
Ubah pola pikir, seperti misalnya mulai serius memikirkan apa yang menjadi tujuan jangka panjang. Semisal tujuan dalam waktu 5 tahun ke depan. Kamu jadi menyadari banyak tanggung jawab di dunia nyata lebih banyak. Sehingga kamu paham membuang waktu terlalu lama untuk bermain game akan mengganggu rencana hidupmu.
-
Setelah itu, coba kurangi perlahan waktu bermain. Dari yang tadinya setiap hari, jadi sekali dalam tiga hari atau hanya saat akhir pekan saja.
-
Uninstall game dari gadget yang paling sering kamu gunakan seperti ponsel atau laptop kerja. Dengan begini, intensitas bermain game dapat berkurang.
Baca Juga: Suka Main Game, Hati-Hati Astigmatisme pada Mata
Jika kamu atau orang terdekat punya keluhan kesehatan atau gangguan mental seperti kecanduan game? Enggak perlu panik, kamu bisa berdiskusi dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!