Tanpa Gejala Khusus, Ketahui Tanda Awal Penularan HIV

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   06 Oktober 2019
Tanpa Gejala Khusus, Ketahui Tanda Awal Penularan HIVTanpa Gejala Khusus, Ketahui Tanda Awal Penularan HIV

Halodoc, Jakarta - Secara tidak sadar, virus HIV masih memiliki stigma yang buruk di mata masyarakat. Padahal saat seseorang terinfeksi virus ini, ia tidak akan serta merta langsung merasakan gejala yang berat. Untuk dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) pun dibutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan rutin bagi mereka yang memiliki risiko tinggi terserang infeksi penyakit ini. 

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang akan menyerang sel darah putih sehingga menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. HIV kerap kali disamakan dengan AIDS, padahal keduanya berbeda meski saling berkaitan.  AIDS sendiri adalah sekumpulan gejala penyakit yang muncul karena turunnya sistem kekebalan tubuh akibat infeksi virus HIV. 

Baca juga: Harus Tahu, HIV dan AIDS Itu Berbeda

Lantas, Apa Saja Gejala Awal HIV yang Patut Dicurigai?

Umumnya, gejala awal HIV sangat mirip dengan gejala flu biasa. Nah, beberapa gejala yang bisa dicurigai sebagai gejala awal infeksi HIV antara lain: 

  • Sakit kepala;

  • Demam;

  • Terus merasa lelah;

  • Muncul pembengkakan pada kelenjar getah bening;

  • Sakit tenggorokan;

  • Muncul ruam pada kulit;

  • Nyeri pada otot dan sendi;

  • Luka pada mulut dan organ intim;

  • Sering berkeringat di malam hari;

  • Diare.

Gejala ini bisa terjadi dalam kurun waktu 1 hingga 2 bulan setelah terinfeksi. Namun, US Department of Health and Human Services juga mengatakan bahwa pada sebagian orang, gejalanya bisa terlihat pada dua minggu awal setelah terpapar. Oleh karena itu, penting bagi untuk melakukan pemeriksaan terhadap virus HIV agar gejala tidak semakin parah. Segera buat janji dengan dokter jika kamu merasakan gejala mencurigakan seperti di atas. Kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc supaya lebih mudah. Tanpa harus antre, kamu bisa berkonsultasi dengan dokter di rumah sakit terdekat.

Baca juga: Viral Wanita yang Bertahan dengan Pasangan Positif HIV

Lantas, Siapa Saja yang Berisiko Tinggi Terinfeksi HIV?

Penularan HIV bisa terjadi melalui darah, sperma, atau cairan vagina dari seseorang yang terinfeksi. Sehingga faktor risiko dari penularan infeksi HIV antara lain: 

  • Hubungan Seks Tanpa Kondom. Infeksi HIV bisa terjadi melalui hubungan seks baik melalui vagina maupun anal. Meski sangat jarang, HIV juga bisa menular melalui seks oral akibat adanya luka terbuka di mulut pengidapnya, seperti akibat gusi berdarah atau sariawan.

  • Berbagi Jarum Suntik. Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV juga merupakan salah satu cara yang bisa membuat seseorang tertular HIV. Berbagi jarum suntik ini bisa dilakukan saat membuat tato, atau saat menggunakan NAPZA suntik.

  • Transfusi Darah. Penularan HIV juga bisa terjadi saat seseorang menerima donor darah dari pengidap HIV. Oleh karena itu, pihak penerima donor darah biasanya akan meminta calon pendonor menunjukkan surat keterangan sehat dan bebas dari HIV.

Tidak hanya itu, HIV juga bisa menular dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya. Penularan virus HIV pada anak juga dapat terjadi selama proses melahirkan, atau melalui ASI. 

Baca juga: Benarkah HPV Lebih Berbahaya Ketimbang HIV?

Apa yang Harus Dilakukan Setelah Didiagnosis HIV?

Penting diketahui bahwa saat seseorang melakukan pemeriksaan HIV, ia tidak serta merta mengalami penurunan kualitas kesehatan secara drastis. Seperti yang disebutkan sebelumnya, diperlukan waktu yang cukup lama untuk HIV berkembang menjadi AIDS. Apabila virus ini sudah dideteksi sejak dini, maka pengobatan Antiretroviral (ARV) bisa dilakukan. Pengobatan ini membantu menurunkan jumlah virus HIV dalam tubuh agar tidak menjadi AIDS. Pengobatan ini terbukti mempunyai peran dalam pencegahan penularan HIV karena ampuh mencegah replikasi virus yang secara bertahap akan menurunkan jumlah virus dalam darah.

Tidak hanya itu, pengobatan ARV ini harus dibarengi dengan perubahan perilaku berisiko misalnya pengendalian perilaku seks dengan mengutamakan keamanan dengan menggunakan kondom dan menghentikan penggunaan jarum suntik secara bersamaan. 

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2019. Early Signs HIV Infection.
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. HIV/AIDS.