Tak Hanya karena Anjing, Gigitan Hewan Ini Juga Bisa Sebabkan Rabies
Halodoc, Jakarta - Dari banyaknya penyakit yang ditularkan melalui hewan, penyakit “anjing gila” atau rabies merupakan salah satu penyakit yang mesti diwaspadai. Sebab kasusnya enggak jarang terjadi, bahkan di negara kita sendiri. Kata ahli, penyakit ini diperkirakan sudah ada sejak 400 tahun lalu.
Rabies sendiri disebabkan oleh virus yang amat mematikan. Jangan main-main dengan virusnya, sebab infeksi yang ditimbulkan bisa menyerang otak dan sistem saraf. Dalam kebanyakan kasus, rabies memang ditularkan oleh gigitan anjing. Akan tetapi, bukan cuma hewan ini saja yang dapat menularkannya. Lalu, apa sih penyebab rabies selain digigit anjing?
Hewan Berdarah Dingin
Menurut data dari Center of Disease Control and Prevention, National Center For Biotechnology Information, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, serta World Health Organization, setidaknya 150 negara di dunia telah terjangkit rabies. Kata ahli, 80 persen di antaranya terjadi di wilayah pedesaan. Bagaimana dengan lokasi kematian terbanyak? Jangan kaget, ternyata 95 persen kematian akibat penyakit anjing gila terjadi di Afrika dan Asia.
Namun yang perlu dipahami, enggak cuma anjing saja lho yang dapat menularkan penyakit ini. Pada faktanya, anjing memang menjadi hewan penular rabies terbanyak di dunia. Menurut data dari WHO, hampir 99 persen kasus rabies terjadi akibat gigitan anjing. Akan tetapi, masih ada hewan lainnya yang bisa menularkan virus rabies. Lantas, hewan apa lagi yang jadi penyebab rabies selain anjing?
Menurut para ahli, seluruh hewan berdarah panas dapat terkena rabies, tapi belum tentu dapat menularkannya. Hewan berdarah panas sendiri merupakan hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya dalam kondisi konstan, meski dalam cuaca panas atau dingin.
Contoh hewan berdarah panas, seperti jenis burung (aves) dan hewan menyusui. Lalu, bagaimana dengan hewan yang bisa menularkannya? Hewan yang bisa menularkannya disebut sumber hewan penular rabies (HPR). Selain anjing, HPR lainnya, seperti kucing, kera, monyet, kelelawar, rakun, dan musang. Sedangkan hewan, seperti sapi dan lembu, memang bisa tertular virus rabies, tapi mereka enggak bisa menularkannya ke manusia. Hewan seperti ini disebut dead end.
Penyebaran dan Gejalanya
Kata ahli, penyakit ini disebabkan oleh virus lyssaviruses yang ditularkan ke manusia dari hewan yang telah terjangkit penyakit ini. Cara penularan penyakit ini bisa melalui air liur yang masuk ke tubuh manusia melalui gigitan. Enggak cuma itu, penyakit ini juga bisa ditularkan melalui cakaran jika sebelumnya hewan rabies tersebut menjilati kuku-kukunya. Selain itu, dalam beberapa kasus, ada juga seseorang yang terjangkit rabies, karena luka ditubuhnya terjilat oleh hewan yang terinfeksi rabies.
Sama halnya dengan penyakit yang disebabkan oleh virus lainnya, waktu virus rabies untuk berinkubasi sangat bervariasi. Namun, menurut ahli virus ini biasanya bisa berinkubasi antara dua minggu sampai tiga bulan. Selain itu, meski jarang terjadi, dalam beberapa kasus inkubasi virus ini juga bisa terjadi dalam waktu empat hari. Nah, masa inkubasi sendiri merupakan jarak waktu ketika virus pertama kali masuk ke tubuh hingga gejala muncul.
Nah, setelah masuk ke dalam tubuh lewat gigitan hewan yang terinfeksi, virus ini akan berkembang biak di dalam tubuh yang diinanginya. Tahap berikutnya, virus akan menuju ujung saraf dan berlanjut ke saraf tulang belakang, hingga otak dengan perkembangbiakkan yang terjadi sangat cepat. Enggak terhenti sampai di situ, virus ini pun bisa menyebar ke paru-paru, ginjal, hati, kelenjar air liur, dan organ-organ lainnya. Tuh, ngeri kan?
Lalu, bagaimana dengan gejalanya? Kata ahli, pada manusia gejala penyakit ini ditandai dengan demam tinggi, perubahan perilaku menjadi agresif, gatal di bagian yang terinfeksi, dan takut terhadap air atau hidrofobia. Sedangkan hewan yang terinfeksi penyakit ini, gejalanya hampir sama dengan manusia, tapi tanpa hidrofoba. Nah, yang perlu diketahui, baik manusia ataupun hewan bisa mengalami kematian bila gejala rabies sudah memasuki fase akhir.
Punya keluhan kesehatan atau ingin tahu lebih jauh mengenai hal di atas? Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan