Tahun Ajaran Baru, Ini Tipe Anak yang Rentan Alami Bullying
Halodoc, Jakarta – Liburan telah usai, anak sekolah mulai memasuki tahun ajaran baru. Bagi beberapa anak, tahun ajaran baru bisa berarti peralatan sekolah baru, teman baru, dan lingkungan baru. Sayangnya, tidak semua anak bisa dengan beradaptasi dengan hal-hal yang baru dan hal ini nyatanya menjadi peluang tingginya angka bullying alias perundungan di lingkungan sekolah.
Baca juga: 5 Tips bagi Orangtua saat Anak jadi Korban Bullying
Sangat disayangkan, tingkat bullying di lingkungan sekolah cenderung masih tinggi. Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan seorang anak mengalami perisakan namun ada juga yang harus mendapatkan hal ini tanpa mengetahui apa penyebabnya. Tentu saja hal ini bisa membuat siapa saja bertanya-tanya, apa sebenarnya yang menyebabkan anak mengalami hal ini. Bullying, perundungan, atau perisakan merupakan perlakuan agresif yang dilakukan secara verbal maupun fisik.
Gangguan-gangguan atau tindakan yang dilakukan itu bersifat mengganggu, merusak, hingga melukai seseorang. Bullying bisa saja bersifat ejekan, melontarkan kalimat yang tidak pantas, mengancam, meminta barang secara paksa, hingga melakukan kekerasan fisik. Ibu harus mewaspadai dan segera menangani atau menolong saat anak dicurigai mengalami perundungan di lingkungan sekolah. Anak yang mengalami kekerasan di sekolah biasanya akan menunjukkan tanda-tanda yang bisa diamati.
Bullying bisa menyebabkan Si Kecil merasa ketakutan, tidak bersemangat, enggan untuk kembali bersekolah, dan mengalami perubahan perilaku. Anak korban bullying juga sering mengalami mimpi buruk, nafsu makan menurun, atau kembali mengompol meski sebelumnya sudah lama berhenti. Jika itu yang terjadi, dibutuhkan peran orang tua untuk selalu berada di sisi anak dan membantu mengeluarkannya dari kondisi tersebut.
Baca juga: Ini Alasan Anak Jadi Pelaku Bullying
Tipe Anak yang Sering Menjadi Sasaran Bullying
Sebenarnya bullying bisa terjadi pada siapa saja di lingkungan sekolah. Namun secara umum, ada beberapa tipe anak yang disebut sering dijadikan sasaran oleh para pelaku perundungan. Apa saja ciri anak yang rentan mengalami kekerasan di sekolah?
-
Penyendiri
Siswa yang suka menyendiri atau tidak memiliki teman atau hanya memiliki sedikit teman cenderung menjadi sasaran bullying. Kondisinya membuat anak lain merasa lebih hebat, sehingga terdorong melakukan perundungan dengan cara mengucilkan anak penyendiri dari acara dan kegiatan sekolah.
Solusinya: pendekatan diri keanaknya. Jangan memarahi dengan nada keras, biarkan si anak merasa "aman dan nyaman" sama orangtuanya. Orangtua juga harus bisa menjadi teman dan orangtua pada porsinya. Jika anak sudah merasa nyaman, anak pelan-pelan akan cerita kejadian-kejadian di sekolah, tempat les, dan tempat bermainnya.
-
Anak yang Menonjol
Anak yang terlalu menonjol, misalnya sangat pintar juga rentan mengalami bullying. Saat anak yang pintar sering dipuji guru, pelaku perisakan mungkin akan merasa iri dan minder, sehingga melampiaskannya dengan cara mengganggu.
Solusinya: kebanyakan anak yang pintar biasanya menjadi penyendiri. Sebaiknya, orangtua bisa lebih mendekatkan diri ke anak dan mengajarkan cara "berteman" dengan teman sebayanya.
-
Berkebutuhan Khusus
Ada kemungkinan bullying menyerang anak-anak yang dianggap berbeda di lingkungan sekolah, misalnya anak dengan kebutuhan khusus. Meski tidak semua anak kebutuhan khusus akan mengalami perisakan. Korban bullying di sekolah, biasanya berasal dari anak dengan gangguan spektrum autism, mengidap ADHD, down syndrome, atau gangguan disleksia.
-
Ciri Fisik
Penampilan yang berbeda menjadi salah satu penyebab terjadinya bullying. Hal ini biasanya menyerang anak yang memiliki ciri fisik unik dan berbeda dari lingkungan tempatnya berada, misalnya bentuk tubuh, warna kulit, hingga rambut dan bagian tubuh lain.
Bullying di lingkungan sekolah adalah hal yang nyata dan bisa terjadi pada siapa saja. Kebiasaan ini seharusnya bisa dihentikan. Saat merasa Si Kecil mengalami perundungan di sekolah, cobalah untuk menyampaikan ekspresi peduli, minta ia bercerita, bantu agar anak bisa keluar dari kondisi tersebut, dan katakan kepadanya bahwa ia tidak sendirian.
Baca juga: Anak Gagap Jadi Korban Bully, Ini yang Harus Dilakukan
Jika anak butuh bantuan dari ahli terkait masalah emosi atau mental akibat bullying, coba bicara dengan psikolog di aplikasi Halodoc. Ibu bisa menghubungi psikolog melalui Video/Voice Call dan Chat. Yuk, download sekarang di App Store dan Google Play!