Sleepwalking: Harus Dibangunkan atau Dibiarkan?
Halodoc, Jakarta – Pernahkah kamu melihat seseorang yang sedang berjalan namun kedua matanya tertutup? Atau melihat orang yang dikenal melakukan sesuatu padahal ia terlihat sedang tidur?
Jika jawabannya adalah iya, bisa jadi orang tersebut sedang mengalami sleepwalking alias tidur sambil berjalan. Kondisi ini bisa menyebabkan orang yang mengalaminya tetap melakukan aktivitas sekalipun sedang terlelap. Jika melihat seseorang yang mengalami hal ini, apa yang harus dilakukan? Membiarkan ia tetap tidur atau harus membangunkannya?
Sayangnya ada banyak pengetahuan yang keliru seputar kondisi yang satu ini. Banyak mitos yang beredar bahwa seseorang yang tengah mengalami tidur sambil berjalan sebaiknya tidak dibangunkan. Karena jika dibangungkan secara paksa, ia mungkin akan terkejut dan mengalami serangan jantung. Bahkan adapula yang meyakini bahwa hal ini berhubungan dengan sesuatu yang gaib. Tapi semua itu hanya mitos belaka.
Malahan membiarkan dan tidak membangunkan orang yang tidur sambil berjalan bisa jadi berbahaya. Karena dia cenderung tidak mengetahui, bahkan tidak mengingat apa saja yang dilakukan selama tidur. Misalnya, dia akan berjalan ke tempat yang berbahaya, menyalakan mobil atau malah menyalakan kompor yang jika dibiarkan bisa menyebabkan bencana.
Maka, saat kamu menemukan seseorang yang mengalami hal ini segera bangunkan. Namun hal itu mungkin akan membutuhkan usaha keras, karena sleepwalking biasanya sulit untuk dibangunkan. Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah membawa orang tersebut ke tempat yang aman terlebih dahulu, baru kemudian kembali berusaha membangunkannya.
Orang yang mengalami tidur sambil berjalan tidak memiliki kendali atas tubuh dan apa yang dilakukannya. Jangan ragu untuk membangunkannya, terutama jika sudah mengarah ke sebuah hal yang membahayakan. Sebab hampir tak ada efek samping yang berbahaya dari membangunkan orang yang tidur berjalan.
Penyebab Tidur Berjalan
Gangguan ini terjadi karena adanya masalah kinerja otak yang tidak kompak. Yaitu ada bagian otak yang sudah beristirahat sementara bagian lainnya masih terjaga. Tidur berjalan termasuk dalam kondisi yang bisa terjadi pada siapa saja dan tidak selamanya harus berhubungan dengan gangguan psikiatrik.
Lantas apa saja hal yang bisa menyebabkan seseorang mengalami tidur berjalan?
- Kurang Tidur
Salah satu faktor risiko sleepwalking adalah kurang tidur atau memiliki jadwal tidur yang berantakan. Karena hal ini berhubungan dengan apa yang terekam dalam otak, dan ingatan itu mungkin mendorong otak memerintahkan tubuh untuk mengulanginya.
Misalnya, seseorang terbiasa terjaga hingga dini hari sambil melakukan sesuatu. Maka saat ia memaksakan diri untuk tertidur, otak mungkin masih saja mengenali kebiasaan tubuh sebelumnya dan mendorong sejumlah saraf kembali aktif. Sekalipun tidur berjalan tidak disadari, tapi apa yang dilakukan selama tidur berjalan adalah hal kebiasaan yang sudah terekam otak.
- Efek Samping Obat
Tidur berjalan juga bisa terjadi pada orang yang sedang mengonsumsi jenis obat tertentu. Sebab ada beberapa zat seperti hipnotik short-acting, obat penenang atau kombinasi berbagai obat untuk kejiwaan yang bisa membari efek samping tak terduga.
Selain itu, mengonsumsi alkohol secara berlebihan pun bisa menjadi pemicu seseorang mengalami sleepwalking. Jika ini yang terjadi, pertama-tama cobalah untuk berkonsultasi dan meminta resep lain dari dokter.
- Kebiasaan
Sebenarnya tidur berjalan bukan satu kondisi yang membahayakan, namun jika hal ini terus berulang segeralah lakukan pemeriksaan kesehatan. Hal yang bisa memicu terjadinya sleepwalking adalah kebiasaan menunda jam tidur sehingga membuat tubuh menjadi kelelahan, cemas bahkan depresi. Dan semua hal itu secara nyata bisa memicu gangguan tidur.
Bicarakan masalah kesehatan dengan dokter lewat aplikasi Halodoc. Segera download aplikasinya di App Store dan Google Play untuk mulai menghubungi dokter lewat Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan juga rekomendasi beli obat biar lebih cepat sembuh!