Sleeping Beauty Syndrome, Kenapa Bisa Tidur Terlalu Lama?
Halodoc, Jakarta — Namanya memang indah, tetapi penyakit langka ini bisa membuat pengidapnya tidur hingga lebih dari 20 jam sehari. Kelainan langka ini dalam dunia medis disebut Kleine-Levin Syndrome, yang merupakan kelainan neurologis. Di dunia diperkirakan hanya ada sekitar 1000 orang yang mengidap penyakit ini. Lantas kenapa Sleeping Beauty Syndrome bisa membuat seseorang tidur terlalu lama?
Penyebab Sleeping Beauty Syndrome
Sama seperti penyakit langka lainnya, belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebabnya. Tetapi gejala-gejala pada sindrom ini mengindikasikan adanya malfungsi kerja bagian hipotalamus dan talamus pada otak, bagian dari otak yang mengatur nafsu makan dan tidur. Untuk tahu lebih jelas tentang sindrom sleeping beauty, kamu bisa bertanya kepada dokter favorit di aplikasi Halodoc melalui video/voice call atau chat.
Menangani Sleeping Beauty Syndrome
Penangannya saat sedang menyerang lebih ditekankan kepada pendampingan ketimbang terapi obat. Konsumsi beberapa jenis obat hanya bertujuan mengurangi gejala-gejalanya, bukan mengobatinya. Obat-obatan seperti amfetamin, methylphenidate, dan modafinil dapat digunakan untuk mengatasi rasa kantuk berlebihan. Tetapi jenis obat-obatan ini bisa menyebabkan iritabilitas pada pengidap tanpa pengaruh mengurangi abnormalitas kemampuan kognitif saat episode berlangsung.
Apalagi, selama episode terjadi, si pengidap biasanya mengalami kesulitan mengurus dirinya sehingga bantuan dan pendampingan dari keluarga dekat sangat diperlukan. Setelah satu episode berakhir, si pengidap tidak akan mengingat apa yang terjadi selama sindrom berlangsung.
Periodenya terjadi selama beberapa hari hingga beberapa bulan dan prosesnya bisa berlangsung selama 8 hingga 12 tahun. Penyakit langka ini kebanyakan terjadi pada pria dewasa, sekitar 70% pengidap sindrom sleeping beauty adalah laki-laki.
Ciri-Ciri Sleeping Beauty Syndrome
Ciri utamanya adalah waktu tidur yang berlebihan ketika sindrom tersebut menyerang, masa-masa ini biasa disebut ‘episode’. Selama satu episode berlangsung, si pengidap memiliki karakteristik berikut ini:
- Pengidap tidak bisa membedakan antara kenyataan dan mimpi. Enggak jarang pengidap melamun dan tidak sadar dengan lingkungan sekitarnya.
- Waktu terbangun di tengah-tengah tidur panjangnya, pengidap bisa bertingkah seperti anak kecil, merasa kebingungan, disorientasi, letargi (kehilangan energi dan merasa sangat lemas), hingga apatis dan tidak menunjukkan emosi terhadap sekitarnya.
- Pengidap juga menjadi lebih sensitif terhadap suara dan cahaya. Kehilangan nafsu makan bisa terjadi atau nafsu seksual yang meningkat secara tiba-tiba.
- Karena merupakan siklus yang berlangsung beberapa hari, beberapa minggu, bahkan beberapa bulan, si pengidap menjadi tidak bisa melakukan aktivitasnya seperti orang normal. Lebih dari setengah harinya digunakan untuk tidur. Bahkan saat terbangun, mereka juga tidak memiliki kemampuan mengurus diri sendiri.
Jika ada keluarga yang memiliki gejala seperti ini, kamu bisa tanyakan langsung dokter ahli di aplikasi Halodoc lho. Di aplikasi ini kamu juga bisa membeli obat-obatan melalui layanan Apotek Antar. Kamu juga bisa melakukan cek laboratorium tanpa harus keluar rumah. Mudah kan? Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan