Sindrom Horner Bisa Jadi Gejala Tumor?
Halodoc, Jakarta - Pernah mendengar istilah sindrom Horner? Lalu, apakah sindrom ini merupakan gejala penyakit tumor? Sindrom Horner merupakan gabungan gejala dan tanda klinis yang disebabkan oleh gangguan pada jalur saraf dari otak menuju wajah dan mata (pada salah satu sisi tubuh seseorang).
Kondisi ini merupakan kondisi yang cukup langka. Sindrom ini dikenal juga dengan nama oculosympathetic palsy atau sindrom Horner-bernard. Sindrom Horner ini menyerang saraf simpatis yang digunakan untuk mengendalikan mata dan dicirikan dengan trias klasik, yaitu:
Miosis, yaitu keadaan ketika pupil mengalami konstriksi oleh obat tertentu atau bahan kimia.
- Ptosis, yaitu turunnya kelopak mata bagian atas.
- Anhidrosis, yaitu kondisi ketika tubuh tidak dapat memproduksi keringat.
Umumnya sindrom ini adalah hasil dari gangguan medis seperti tumor, stroke, atau cedera saraf pada punggung. Gangguan pada pengidap sindrom ini terjadi di sekumpulan serabut saraf yang berpangkal pada bagian otak yang bernama hipotalamus. Kemudian, gangguan ini akan menjalar ke bagian mata dan wajah. Sindrom Horner juga bisa menyerang pada bayi yang baru lahir, meskipun kasusnya jarang terjadi.
Nama sindrom Horner ditetapkan berdasarkan oftalmologis Swiss yang bernama Johann Friedrich Horner. Dia merupakan orang pertama yang mendeskripsikan sindrom Horner pada 1869. Gejala sindrom ini biasanya hanya memengaruhi satu sisi wajah saja.
Beberapa gejala umum adanya sindrom Horner pada seseorang, yaitu:
- Adanya perbedaan ukuran pupil antara kedua mata, perbedaan sangat drastis.
- Pupil mata mengecil (miosis).
- Kelopak mata atas terlihat lagu (ptosis).
- Kelopak mata bawah terangkat.
- Pupil mata yang mengecil akan terlambat melebar di cahaya redup atau ruangan gelap.
- Salah satu sisi wajah yang terkena sindrom bisa tidak berkeringat sama sekali, atau hanya sedikit dibandingkan dengan sisi sebelahnya.
- Gangguan pada mata, yaitu letak bola mata lebih ke dalam dari seharusnya di ruang orbita.
- Kemerahan pada kulit di sekitar mata akibat dari dilatasi pembuluh darah.
- Kelopak bawah mata menjadi lengket.
Itulah penjelasan mengenai gejala umum sindrom Horner yang terjadi pada orang dewasa. Gejala umum di atas juga dapat terjadi pada anak yang mengidap sindrom ini. Namun, pada anak ada beberapa gejala tambahan, seperti:
- Bagian wajah yang terkena sindrom Horner tidak tampak kemerahan bila terkena panas terik matahari, latihan fisik, atau saat reaksi emosional.
- Pada anak di bawah usia satu tahun, warna iris (lingkaran tengah pada mata) akan tampak lebih terang pada bagian mata yang terpengaruh sindrom ini.
Sindrom Horner disebabkan oleh kerusakan jalur saraf dalam sistem saraf simpatetik. Sistem saraf simpatetik berfungsi untuk mengatur detak jantung, ukuran pupil, produksi keringat, tekanan darah, dan fungsi tubuh lainnya yang memungkinkan seseorang untuk merespon cepat terhadap setiap perubahan di lingkungan sekitar.
Penyebab terjadinya sindrom Horner, yaitu:
- Adanya kelainan pada aorta saat lahir. Kelainan ini merupakan kelainan jantung bawaan. Beberapa anak dilahirkan dengan katup aorta yang tidak terbentuk dengan sempurna.
- Cedera leher atau bahu saat persalinan. Penyebab cedera ini karena adanya tarikan yang terlalu kuat pada daerah leher bayi.
- Tumor neuroblastoma, yaitu tumor ganas atau kanker yang terdapat pada sistem saraf. Neuroblastoma merupakan tumor yang paling sering dialami oleh anak berusia dibawah 5 tahun. Biasanya, tumor ini sudah ada sejak lahir karena bawaan keluarga yang juga memiliki riwayat neuroblastoma. Sayangnya, kondisi ini sering terlambat didiagnosis.
Jika kamu menemukan gejala-gejala seperti di atas, segera diskusikan dengan dokter ahli. Kamu bisa lho menggunakan fitur tanya dokter dari Halodoc untuk bisa ngobrol langsung dengan ahlinya melalui Chat atau Voice/Video Call. Selain itu, kamu juga bisa membeli obat dan langsung diantar ke rumah kamu dalam waktu satu jam. Yuk, download aplikasi Halodoc segera di App Store dan Google Play!