Sindrom Gilbert Bisa Sebabkan Penyakit Kuning Intra-Hepatik, Mitos atau Fakta

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   20 Maret 2019
Sindrom Gilbert Bisa Sebabkan Penyakit Kuning Intra-Hepatik, Mitos atau FaktaSindrom Gilbert Bisa Sebabkan Penyakit Kuning Intra-Hepatik, Mitos atau Fakta

Halodoc, Jakarta - Penyakit turunan yang satu ini terjadi dengan ditandainya kadar bilirubin indirek tinggi dalam darah. Bilirubin indirek merupakan pigmen berwarna kuning kecokelatan yang terbentuk sebagai hasil pemecahan sel darah merah oleh limpa. Kondisi ini akan menyebabkan mata dan kulit berwarna kuning (penyakit kuning), walaupun kondisi organ hati pengidap sindrom gilbert normal dan tidak ada gangguan.

UGT1A1 yang ada pada bilirubin indirek menyampaikan instruksi dari otak ke organ hati supaya menghasilkan enzim yang bisa mengubah bilirubin indirek menjadi bilirubin direk supaya dapat dibuang ke urine dan feses. Pada pengidap sindrom Gilbert, mutasi gen menyebabkan organ hati tidak mampu menghasilkan enzim tersebut, sehingga terjadi penumpukan bilirubin indirek di dalam aliran darah.

Baca juga: Inilah Penyebab Sakit Kuning pada Orang Dewasa

Penyebab mutasi gen UGT1A1 belum diketahui hingga kini. Namun, terdapat beberapa hal yang bisa memicu semakin meningkatnya kadar bilirubin dalam darah, yaitu:

  • Stres atau tekanan emosional.
  • Dehidrasi.
  • Kurangnya asupan makanan atau terlalu lama menjalani diet rendah kalori.
  • Olahraga berat.
  • Kurang tidur.
  • Mengalami infeksi, misalnya flu.
  • Masa pemulihan pasca operasi.
  • Menstruasi pada perempuan.

Anehnya, diagnosis kemunculan sindrom gilbert sering kali diketahui secara kebetulan, seperti saat sedang melakukan tes darah lalu pemeriksaan menunjukkan peningkatan kadar bilirubin. Pada beberapa kasus, sindrom gilbert tidak memerlukan pengobatan dan tidak menimbulkan komplikasi yang serius. Sindrom gilbert juga dikenal sebagai disfungsi hati konstitusional, bilirubinemia konjugasi jinak, dan familial non-hemolytic jaundice.

Baca juga: Ketahui Gejala sindrom turner pada Remaja Perempuan

Apabila kamu mengalami gangguan sindrom gilbert, kemungkinan kamu akan mengalami gejala berikut ini:

  1. Kulit dan bagian putih mata berwarna agak kekuningan (sakit kuning).
  2. Nyeri perut.
  3. Merasa lemah atau lemas.

Nafas lega bisa kamu rasakan, sebab sindrom gilbert sangat jarang menimbulkan komplikasi. Meskipun begitu, pengidap sindrom Gilbert sebaiknya selalu berhati-hati saat mengonsumi obat, karena akan berisiko meningkatkan efek samping obat yang sedang dikonsumsi. Ini dikarenakan rendahnya kadar enzim pengolahan bilirubin, sehingga mengganggu proses metabolisme untuk membersihkan kandungan obat dari dalam tubuh.

Kamu perlu berhati-hati pada beberapa jenis obat berikut ini selama mengalami sindrom gilbert:

  • Paracetamol.
  • Irinotecan, salah satu jenis obat kemoterapi dalam pengobatan kanker.
  • Antivirus golongan penghambat protease (protease inhibitor), sejenis obat untuk mengobati HIV dan hepatitis C.

Baca juga: 5 Sindrom yang Diwaspadai Ibu Hamil

Sementara itu, sindrom gilbert merupakan jenis penyakit yang terbilang ringan, tidak membutuhkan penanganan medis secara khusus. Phenobarbital bisa kamu dapatkan untuk membantu menurunkan kadar bilirubin yang tinggi dalam tubuh. Selain itu, penyakit jantung yang dialami pengidap sindrom gilbert juga tidak berbahaya dan gejala bisa hilang dengan sendirinya.

Sayangnya, gangguan genetik ini tidak dapat dicegah, karena sindrom bersifat diturunkan langsung dari keluarga. Namun, ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan untuk mencegah peningkatan kadar bilirubin, yaitu:

  • Cukup istirahat, setidaknya 8 jam setiap harinya.
  • Hindari dehidrasi dengan perbanyak konsumsi cairan.
  • Lakukan teknik relaksasi secara rutin, seperti mediasi, yoga, atau mendengarkan musik.
  • Hindari latihan fisik dengan durasi terlalu lama.
  • Batasi atau kurangi alkohol untuk mengurangi risiko gangguan fungsi pada organ hati.

Itulah yang perlu kamu ketahui mengenai sindrom gilbert. Pastikan kamu melakukan langkah yang tepat dengan berdiskusi bersama dokter melalui aplikasi Halodoc.