Si Kecil Terserang Difteri, Ibu Harus Apa?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   24 Januari 2019
Si Kecil Terserang Difteri, Ibu Harus Apa?Si Kecil Terserang Difteri, Ibu Harus Apa?

Halodoc, Jakarta - Anak-anak memang rentan terserang penyakit. Maka dari itu, orangtua berperan sangat penting dalam menjaga kesehatan anak. Salah satu penyakit yang dapat menyerang anak-anak adalah difteri. Penyakit ini dapat menyebabkan gangguan selaput lendir hidung dan juga tenggorokan. Penyakit difteri disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium diphtheriae. Difteri umum terjadi di negara yang angka vaksinasi terhadap penyakit ini masih rendah.

Difteri mempunyai gejala berupa sakit tenggorokan, masalah kulit, demam, serta masalah pada amandel dan tenggorokan. Selain itu, penyakit ini dapat menyebarkan infeksinya ke organ tubuh penting lainnya, seperti jantung dan sistem saraf. Penyakit ini sangat menular dan dapat membahayakan pengidap, bahkan bisa menyebabkan kematian.

Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Difteri Mematikan

Difteri adalah salah satu penyakit yang pencegahannya melalui imunisasi. Pemerintah Indonesia bahkan telah mewajibkan program imunisasi dari penyakit ini. Imunisasi difteri disebut dengan imunisasi DTP yang dapat dikombinasikan dengan penyakit tetanus. Seorang anak yang usianya belum genap 1 tahun wajib mendapatkan 3 kali imunisasi DTP. Di samping itu, hal yang harus ibu lakukan untuk mengetahui anak mengalami difteri adalah dengan melihat gejalanya.

Apa Saja Gejala Difteri?

Banyak orang yang salah mendiagnosis penyakit difteri dengan sakit tenggorokan yang parah. Hal tersebut dikarenakan gejala awal yang muncul adalah demam ringan dan kelenjar leher yang membengkak. Racun yang dihasilkan oleh bakteri penyebab difteri dapat membuat lapisan membran di hidung dan tenggorokan, sehingga pengidapnya merasakan sakit di tenggorokan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan masalah pernapasan dan kesulitan untuk menelan.

Baca Juga: Kenapa Difteri Lebih Mudah Menyerang Anak-Anak?

Apabila infeksi tersebut terus terjadi, gejala yang dapat timbul adalah:

  • Mengalami penglihatan ganda.

  • Kesulitan bernapas atau menelan.

  • Menunjukkan gejala mengalami syok (kulit pucat, berkeringat, detak jantung cepat, dan cemas).

Apabila racun dari bakteri tersebut berkembang di luar infeksi tenggorokan, seperti pada aliran darah, dapat menyebabkan komplikasi yang berpotensi buruk. Hal-hal yang dapat terjadi dapat menyebabkan komplikasi yang memengaruhi organ lain, seperti jantung dan ginjal.

Racun tersebut dapat merusak jantung dengan cara memengaruhi kemampuannya untuk memompa darah dan kemampuan ginjal untuk menghilangkan racun. Selain itu, bakteri tersebut dapat menyebabkan kerusakan saraf, sehingga mengalami kelumpuhan.

Baca Juga: Kenali Gejala, Penularan Difteri dan Cara Mencegahnya

Diagnosis Difteri

Para ahli medis akan menanyakan tentang gejala dan riwayat kesehatan anak ibu. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Hal tersebut sudah cukup untuk mendiagnosis penyakit yang menyerang anak ibu. Selain itu, dokter juga akan menyeka mulut untuk memastikan bahwa anak ibu benar mengidap difteri.

Pengobatan Difteri

Setelah dokter memastikan jika anak ibu mengidap difteri, anak akan diberikan anti-racun khusus yang diberikan melalui suntikan atau infus. Hal tersebut berfungsi untuk menetralisir racun difteri yang telah berada di tubuh dan memberikan antibiotik untuk membunuh bakteri yang masih tersisa di tubuh.

Apabila infeksi terus berlanjut, pengidapnya mungkin akan membutuhkan ventilator karena kesulitan untuk bernapas. Pada kasus tertentu, racun dari bakteri tersebut mungkin telah menyebar ke jantung, ginjal, hingga sistem saraf pusat. Karenanya, anak ibu akan membutuhkan cairan intravena, oksigen, hingga obat jantung.

Seseorang yang mengidap difteri harus ditempatkan di ruangan isolasi. Selain itu, anggota keluarga dan orang sekitar yang belum mendapat imunisasi DTP dilarang untuk melakukan kontak dengan pengidap difteri. Perawatan dini sangat mungkin membuat orang yang terserang difteri untuk sembuh. Setelah diberikan antibiotik dan anti-racun, orang tersebut harus istirahat selama 4 hingga 6 minggu.

Itulah hal-hal yang harus ibu lakukan jika anak ibu mengidap difteri. Jika ibu mempunyai pertanyaan perihal penyakit difteri, dokter dari Halodoc siap membantu. Komunikasi dengan dokter bisa dilakukan dengan mudah melalui Chat atau Voice/Video Call. Selain itu, kamu juga bisa beli obat di Halodoc. Praktis tanpa perlu keluar rumah, pesananmu akan diantarkan sampai tujuan dalam waktu satu jam. Yuk, download aplikasinya sekarang di App Store dan Google Play!