Selain Diabetes, Kenali Penyebab Lain Hipoalbuminemia

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   10 Mei 2019
Selain Diabetes, Kenali Penyebab Lain HipoalbuminemiaSelain Diabetes, Kenali Penyebab Lain Hipoalbuminemia

Halodoc, Jakarta – Hipoalbuminemia adalah penyakit akibat kekurangan albumin dalam darah. Albumin adalah protein dalam darah yang dihasilkan oleh organ hati, berfungsi untuk meregenerasi jaringan tubuh dan menjaga cairan tubuh agar tidak bocor keluar dari pembuluh darah. Albumin berfungsi untuk menyalurkan beberapa zat ke seluruh tubuh, seperti hormon, mineral, bilirubin, lemak, dan obat-obatan.

Baca Juga: Inilah 7 Jenis dan Fungsi Protein bagi Tubuh

Kebanyakan kasus hipoalbuminemia terjadi pada pengidap penyakit berat atau yang sudah berlangsung lama (kronis). Salah satu penyakit penyebab hipoalbuminemia adalah diabetes dan tekanan darah tinggi.

Kadar albumin normal sebenarnya tergantung pada usia. Secara umum, kadarnya berkisar antara 3,5 sampai 5,9 gram per desiliter (g/dL). Seseorang dicurigai mengidap hipoalbuminemia jika kadar albumin berada di bawah 3,5 g/dL. Lantas, adakah penyebab hipoalbuminemia lain selain diabetes? Ini jawabannya.

Penyebab dan Faktor Risiko Hipoalbuminemia

Hipoalbuminemia umumnya disebabkan karena peradangan dalam tubuh, bisa terjadi pasca tindakan operasi, sepsis, dan luka bakar. Kurangnya asupan protein, kalori, vitamin, dan gangguan penyerapan nutrisi bisa menjadi pemicu rendahnya kadar albumin dalam darah. Faktor risiko hipoalbuminemia juga meningkat pada pengidap penyakit berikut:

  • Hipertiroidisme, penyakit yang terjadi akibat kelenjar tiroid memproduksi hormon secara berlebihan.
  • Sindrom nefrotik, yaitu gangguan ginjal yang menyebabkan protein bocor melalui urine.
  • Sirosis, kondisi terbentuknya jaringan parut di hati akibat kerusakan jangka panjang.
  • Lupus, yaitu kondisi di mana sistem imun berbalik menyerang tubuh.
  • Gagal jantung, merupakan kondisi saat pompa jantung melemah, sehingga kesulitan  untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

Baca Juga: Mengenal Albumin & Manfaatnya bagi Ibu Hamil

Gejala Hipoalbuminemia

Rendahnya kadar albumin dalam darah menyebabkan penumpukan cairan pada rongga perut (asites), otot pegal linu, dan pembengkakan tubuh. Gejala lainnya meliputi:

  • Diare, mual, dan muntah.
  • Penurunan berat badan.
  • Pembengkakan akibat penumpukan cairan (edema) di wajah atau tungkai.
  • Pembengkakan kelenjar air liur.
  • Pembesaran lidah (makroglosia).
  • Pembesaran jantung.
  • Hepatomegali dan splenomegali.
  • Gangguan irama jantung, seperti denyut jantung lambat (bradikardia).
  • Hipotensi alias tekanan darah rendah.
  • Hilangnya lemak di bawah lapisan kulit.
  • Penurunan jumlah massa otot.
  • Kulit kering dan kasar.
  • Luka sulit sembuh.
  • Gangguan pertumbuhan anak.
  • Penyakit kuning (jaundice).
  • Pembesaran payudara pada pria (ginekomastia).

Diagnosis dan Pengobatan Hipoalbuminemia

Jika kamu mengalami gejala tersebut, segera bicara ke dokter untuk mendapatkan diagnosis. Umumnya, hipoalbuminemia didiagnosis melalui tes darah, pemeriksaan rasio albumin kreatinin, tes pencitraan, dan biopsi. Setelah diagnosis ditetapkan, rendahnya kadar albumin dalam darah diatasi sesuai dengan penyebabnya.

  • Rendahnya kadar albumin akibat kekurangan nutrisi, diatasi dengan mengubah menu makan harian. Dokter biasanya menyarankan pengidap untuk konsumsi makanan kaya protein untuk meningkatkan kadar albumin, seperti kacang-kacangan, putih telur, ikan gabus, serta susu dan produk olahannya.
  • Pada pengidap gangguan ginjal, hipoalbuminemia diatasi dengan konsumsi obat-obatan untuk menangani hipertensi. Misalnya, captopril atau candesartan untuk mencegah keluarnya albumin lewat urine. Obat lain yang bisa dikonsumsi adalah golongan kortikosteroid, berfungsi untuk mencegah turunnya kadar albumin pada pengidap hipoalbuminemia yang mengalami peradangan.

Baca Juga: Ini 6 Pilihan Makanan yang Tinggi Protein

Itulah penyebab hipoalbuminemia selain diabetes yang perlu diketahui. Kalau kamu masih punya pertanyaan lain seputar hipoalbuminemia, jangan ragu bertanya dengan dokter Halodoc. Kamu hanya perlu membuka aplikasi Halodoc dan masuk ke fitur Talk to A Doctor untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!