Sejak Lahir Tertular HIV-AIDS, Bisakah Anak Tumbuh Normal?
Halodoc, Jakarta - Virus HIV (human immunodeficiency virus) tidak memandang usia dan dilaporkan bisa menginfeksi bayi. Parahnya lagi, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat penularan virus HIV pada bayi jumlahnya tidak sedikit. WHO mencatat HIV telah menginfeksi sekitar 4 juta anak di dunia dan menyebabkan kematian hingga 3 juta anak. Setiap hari, ada lebih dari 1500 kasus infeksi HIV baru yang terjadi pada anak, khususnya pada bayi yang baru lahir. Untuk itu, penting untuk mengetahui gejala HIV pada bayi dan anak supaya dapat ditangani secara dini dan ia bisa tumbuh dengan baik.
Jika anak sejak bayi mengidap HIV, umumnya ia mengalami perkembangan yang lambat bila dibandingkan dengan anak lain seusianya. Anak pengidap HIV lebih lama menguasai kemampuan motorik kasar seperti duduk, tengkurap, merangkak, atau berdiri. Hal ini berhubungan dengan gangguan pertumbuhan yang membuatnya sulit menambahkan berat badan sehingga menyebabkan otot anak cenderung lebih kecil. Kondisi ini secara tidak langsung menghambat perkembangan motoriknya.
Baca juga: 8 Mitos tentang AIDS Ini Jangan Dipercaya
Bagaimana HIV/AIDS Bisa Menular ke Bayi?
WHO mencatat terdapat sekitar 430.000 anak yang terinfeksi HIV pada tahun 2008, dan lebih dari 90 persen di antaranya terinfeksi melalui transmisi ibu ke bayi. Pencegahan penularan dari ibu ke bayi berada di garis depan dalam upaya pencegahan HIV secara global.
Penularan HIV kepada bayi ini bisa terjadi melalui tiga cara. Penularan virus ini bisa terjadi saat masa kehamilan, persalinan, maupun saat menyusui. Oleh karena itu, biasanya ibu yang mengidap HIV tidak dianjurkan menyusui anaknya langsung.
Gejala Bayi Idap HIV/AIDS
Sayangnya, tidak semua bayi dengan HIV dan AIDS akan menunjukkan gejala. Selain itu, gejala yang muncul juga tidak sama pada masing-masing bayi dan bervariasi tergantung dari usia bayi. Namun, terdapat gejala umum yang ditunjukkan bayi saat ia mengidap HIV/AIDS, yaitu:
-
Gagal berkembang, bisa dilihat dari berat badan bayi tidak bertambah maupun tumbuh sebagaimana yang diperkirakan oleh dokter;
-
Tidak menunjukkan kemampuan atau melakukan sesuatu seperti yang diperkirakan oleh dokter pada usianya;
-
Mengalami gangguan sistem saraf atau otak, seperti kejang atau kesulitan berjalan.
-
Sering sakit seperti mengalami infeksi telinga, demam, sakit perut, atau diare.
Jika orangtua mengidap HIV/AIDS dan tengah hamil, maka sebaiknya segera periksakan diri ke rumah sakit. Buat janji dengan dokter melalui Halodoc dan tanyakan pada dokter langkah apa yang sebaiknya dilakukan untuk merawat bayi yang mengidap HIV. Perawatan yang tepat dapat membantu anak untuk tumbuh dengan lebih baik.
Baca juga: Cara Cegah Penularan HIV dari Ibu Hamil ke Janin
Apa Tindakan Pengobatan yang Tepat?
Pengobatan bisa dijadikan dalam waktu 4 hingga 6 minggu setelah dilahirkan. Bayi yang lahir dari ibu dengan HIV dan AIDS bisa diberikan AZT, yakni obat yang melindungi bayi dari infeksi HIV/AIDS melalui transmisi ibu ke ke bayi selama proses melahirkan.
Tes HIV/AIDS untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HIV dan AIDS juga direkomendasikan dilakukan pada hari ke 14 hingga 21 setelah bayi dilahirkan. Tes ini bisa dilakukan pada usia 1 hingga 2 bulan dan saat usia bayi 4 hingga 6 bulan.
Tes HIV/AIDS digunakan untuk melihat secara langsung ada atau tidaknya HIV di dalam darah bayi. Jika hasil tes menunjukkan hasil positif HIV/AIDS, maka bayi tidak lagi mendapatkan AZT, melainkan kombinasi obat-obatan untuk HIV. Obat HIV ini membantu bayi yang terinfeksi HIV untuk bisa hidup lebih sehat.
Referensi:
WebMD. Diakses pada 2019. Children With HIV and AIDS.
Stanford Children's Health. Diakses pada 2019. AIDS/HIV in Children.