Sebelum Terjadi, Ketahui Mencegah Sindrom Kompartemen
Halodoc, Jakarta – Perdarahan dan pembengkakan setelah seseorang mengalami cedera dapat berkembang menjadi sindrom kompartemen. Sindrom kompartemen terjadi ketika tekanan berlebihan menumpuk di dalam ruang otot tertutup dalam tubuh. Tekanan tinggi ini bisa berbahaya karena menghambat aliran darah ke dan dari jaringan yang terkena. Ini bisa menjadi keadaan darurat, sehingga operasi dibutuhkan untuk mencegah cedera permanen.
Baca Juga: Ini Pertolongan Pertama untuk Orang yang Alami Crush Injury
Organ atau otot diatur ke dalam area yang disebut kompartemen. Jaring yang kuat dari jaringan ikat yang disebut fasia membentuk dinding kompartemen ini. Ketika seseorang mengalami cedera, darah atau edema dapat menumpuk di kompartemen. Kemudian dinding fasia tidak dapat mudah mengembang, sehingga tekanan dalam kompartemen meningkat dan mencegah masuknya aliran darah.
Penyebab Sindrom Kompartemen
Sindrom kompartemen akut adalah jenis sindrom kompartemen yang umum dan bisa berkembang dengan cepat selama berjam-jam atau berhari-hari. Sebagian besar kasus sindrom kompartemen akut disebabkan oleh patah kaki atau lengan. Sindrom kompartemen akut. Sindrom kompartemen dapat berkembang dari fraktur itu sendiri, karena tekanan dari pendarahan dan edema. Sindrom kompartemen juga dapat terjadi kemudian, sebagai akibat dari perawatan fraktur, seperti operasi atau casting.
Gejala Sindrom Kompartemen
Gejala sindrom kompartemen akut meliputi:
-
Nyeri hebat saat otot diregangkan;
-
Perasaan kesemutan atau terbakar di kulit;
-
Perasaan kencang atau penuh pada otot;
-
Mati rasa atau lumpuh.
Sedangkan gejala sindrom kompartemen kronis meliputi:
-
Mati rasa;
-
Otot terlihat lebih menonjol;
-
Rasa sakit hebat;
-
Otot terasa ketat atau kencang saat diraba.
Baca Juga: Apakah Crush Injury Berbahaya?
Pengobatan Sindrom Kompartemen
Kebanyakan orang dengan sindrom kompartemen akut memerlukan operasi segera untuk mengurangi tekanan kompartemen. Ahli bedah perlu membuat sayatan panjang melalui kulit dan lapisan fasia di bawahnya (fasciotomy) untuk melepaskan tekanan berlebihan. Selain pembedahan, perawatan pendukung lainnya termasuk:
-
Menjaga bagian tubuh di bawah tingkat jantung untuk meningkatkan aliran darah ke kompartemen;
-
Memberikan oksigen melalui hidung atau mulut;
-
Memberikan cairan melalui intravena;
-
Minum obat penghilang rasa sakit.
Sindrom kompartemen kronis dapat diobati dengan menghindari aktivitas yang memicu rasa sakit, latihan peregangan dan terapi fisik. Pembedahan biasanya tidak dilakukan sesegera mungkin pada kasus sindrom kompartemen kronis. Pembedahan mungkin diperlukan untuk meredakan tekanan. Perawatan sindrom kompartemen yang memengaruhi perut meliputi langkah-langkah pemasangan ventilasi mekanis, obat-obatan untuk mengatur tekanan darah (vasopresor) dan terapi penggantian ginjal (seperti dialisis).
Punya pertanyaan lain tentang sindrom kompartemen? Diskusikan bersama dokter Halodoc. Melalui aplikasi, kamu dapat menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call.
Bisakah Sindrom Kompartemen Dicegah?
Untuk sindrom kompartemen akut, diagnosis dan perawatan dini dapat mencegah komplikasi lebih lanjut, tetapi tidak ada cara pasti untuk mencegahnya. Orang dengan gips perlu mengetahui bahwa jika rasa sakit dan bengkak meningkat bahkan setelah minum obat, mereka harus segera menemui dokter. Kamu harus membangun daya tahan tubuh untuk dapat mencegah sindrom kompartemen kronis.
Baca Juga: Inilah Penanganan Lanjutan Ketika Mengalami Crush Injury
Mengenakan sepatu yang tepat, mengubah pola gaya berjalan dan meningkatkan fleksibilitas juga dapat mencegah atau mengurangi keparahan sindrom kompartemen kronis. Itulah hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya sindrom kompartemen. Untuk menjaga daya tahan tubuh, terapkan pola hidup sehat dengan konsumsi makanan bergizi dan rutin berolahraga.
Referensi :
Web MD. Diakses pada 2019. Compartment Syndrome.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2019. Compartment Syndrome.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan