Remaja ADHD Lebih Impulsif dan Cepat Mengambil Keputusan?
Halodoc, Jakarta – Membesarkan buah hati dengan ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder) tidaklah mudah. Apalagi ketika mereka telah beranjak remaja. Sebab, remaja ADHD cenderung lebih impulsif dan cepat mengambil keputusan, dibanding remaja lain seusianya. Studi terbaru bahkan mengemukakan bahwa remaja ADHD memiliki risiko lebih tinggi untuk melakukan seks pranikah.
Adalah penelitian berjudul Teenage Parenthood and Birth Rates for Individuals With and Without Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder: A Nationwide Cohort Study, yang dipublikasikan pada Juli 2017 dalam Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry. Studi ini mempelajari data dari 2.7 juta orang yang lahir di Denmark, dari tahun 1960-2001. Hasilnya, mereka yang mengidap ADHD secara signifikan lebih mungkin menjadi orangtua pada usia 12-19 tahun.
Baca juga: Fakta Soal Anak ADHD yang Harus Orang Tua Tahu
Studi ini dikaitkan dengan perilaku seksual berisiko, yang rentan dilakukan oleh remaja ADHD. David Anderson, Ph.D., psikolog klinis dan direktur senior ADHD and Behavior Disorders Center, di Child Mind Institute, menjelaskan bahwa remaja ADHD cenderung terlibat dalam berbagai perilaku berisiko secara umum, seperti penggunaan narkoba dan alkohol, serta seks pranikah.
Hal ini karena remaja ADHD cenderung lebih impulsif, mengambil keputusan dengan cepat, dan mungkin menghargai imbalan jangka pendek atas konsekuensi jangka panjang. Namun, penelitian tersebut juga belum tentu benar dan memerlukan penelitian lebih lanjut lagi. Sebab banyak juga remaja ADHD yang tidak terjerumus dalam hal negatif, selama orangtua berperan penuh dalam memberi perhatian dan didikan.
Pentingnya Kehadiran Orangtua bagi Remaja ADHD
Gejala ADHD biasanya sudah terlihat sejak usia anak-anak, tepatnya 3 tahun. Gejala ini biasanya akan semakin terlihat seiring bertambahnya usia anak, terutama pada masa remaja. Ciri khas yang ditunjukkan anak ADHD adalah sulit memusatkan perhatian, dan perilaku yang terlihat hiperaktif serta impulsif.
Baca juga: 5 Resep Makanan Sehat untuk Anak ADHD
Dua perilaku tersebut sebenarnya normal-normal saja bagi anak-anak. Namun, pada anak dengan ADHD, perilaku hiperaktif dan impulsif tersebut muncul lebih sering dan parah, sehingga memengaruhi prestasinya di sekolah dan interaksi sosialnya dengan teman sebayanya.
Agar lebih jelas, berikut gejala ADHD yang terjadi pada anak-anak:
1. Sulit Memusatkan Perhatian
Anak ADHD kerap sulit memperhatikan arahan dari orang lain, atau pelajaran dari guru ketika sudah sekolah, seperti:
- Tidak fokus dalam mengerjakan sesuatu.
- Fokusnya mudah teralihkan.
- Sering terlihat seperti tidak mendengarkan pembicaraan atau arahan, bahkan ketika diajak berbicara langsung.
- Tidak memperhatikan hal-hal detail.
- Ceroboh.
- Sulit mengatur tugas dan aktivitas yang dijalani.
- Sulit mengikuti instruksi untuk mengerjakan sesuatu.
- Sering kehilangan barang-barang yang digunakan sehari-hari.
- Tidak menyukai aktivitas yang perlu memusatkan perhatian, seperti mengerjakan PR.
2. Perilaku Hiperaktif dan Impulsif
Contoh perilaku hiperaktif dan impulsif yang ditunjukkan anak ADHD adalah:
- Sulit untuk diam di tempat duduknya ketika mengikuti pelajaran di kelas.
- Kebiasaan menggerakkan bagian tubuh, terutama kaki atau tangan, ketika sedang duduk.
- Sulit melakukan aktivitas dengan tenang.
- Berlari-lari atau memanjat sesuatu di saat yang tidak tepat.
- Sering memotong pembicaraan orang lain.
- Berbicara terlalu banyak.
- Sering mengganggu aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
- Tidak dapat diam dan selalu ingin bergerak.
Baca juga: Begini Cara Asuh yang Tepat untuk Balita ADHD
Peran dan kehadiran orangtua dalam tumbuh kembang anak ADHD sangatlah penting. Jika Si Kecil menunjukkan berbagai gejala yang telah disebutkan tadi, segera download aplikasi Halodoc untuk berkonsultasi dengan dokter lewat chat, atau buat janji dengan dokter anak di rumah sakit.
Perlu diketahui bahwa gejala ADHD seringkali dianggap sama dan sulit dibedakan dengan perilaku anak yang normal. Banyak dari orangtua yang mengira bahwa anaknya hanya nakal dan kelewat aktif saja. Oleh karena itu, orangtua sebaiknya menganggap segala kelainan pada tumbuh kembang anak sebagai hal yang penting, dan berkonsultasi dengan dokter jika anak terlihat menunjukkan perilaku tak wajar.