Polihidramnion atau Air Ketuban Berlebih, Berbahayakah?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   16 Juli 2021
Polihidramnion atau Air Ketuban Berlebih, Berbahayakah?Polihidramnion atau Air Ketuban Berlebih, Berbahayakah?

“Air ketuban adalah salah satu hal yang penting untuk menjaga kesehatan janin. Namun, jika cairan ini terlalu banyak, tentu juga dapat menimbulkan bahaya. Maka dari itu, penting untuk mengetahui bahaya yang dapat disebabkan oleh air ketuban berlebih atau polihidramnion.”

Halodoc, Jakarta - Pada ibu hamil, terdapat kantung yang berisi cairan ketuban di dalam rahim. Cairan tanpa warna ini mempunyai fungsi yang penting guna memastikan perkembangan organ-organ vital janin ketika tumbuh. Selain itu, cairan ketuban berguna untuk melindungi bayi dari benturan maupun infeksi. Selain itu, bayi merasa nyaman karena cairan ketuban membuatnya tetap hangat.

Air ketuban mulai melindungi janin ketika berusia 12 hari setelah pembuahan dilakukan. Cairan ini juga dapat bertambah sejalan dengan usia kandungan yang mencapai 28–32 minggu. Setelah itu, cairan tersebut tidak bertambah lagi pada minggu ke-37 sampai 40. Jika cairan di ketuban berlebihan, apa bahaya yang dapat terjadi? Ketahui jawabannya di sini!

Baca juga: Ibu Hamil Ngidam Makan Durian, Bolehkah?

Bahaya dari Polihidramnion pada Ibu Hamil

Cairan ketuban harus dalam takaran yang pas, tidak boleh terlalu banyak atau terlalu sedikit. Ibu hamil yang mengalami cairan ketuban yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat memengaruhi kesehatan janin di dalam rahim. Kondisi air ketuban yang terlalu sedikit disebut juga dengan oligohidramnion. Sedangkan kondisi air ketuban yang terlalu banyak, disebut polihidramnion.

Lalu, apa bahaya dari polihidramnion?

Pada kasus yang ringan, mungkin ibu tidak merasakan gejala dari polihidramnion. Namun, pada kasus yang terbilang parah, ibu dapat merasakan beberapa masalah yang mungkin membahayakan, seperti napas terasa berat ketika beristirahat. 

Masalah ini juga dapat menimbulkan bengkak pada perut, kaki, atau pergelangan kaki. Selain itu, polihidramnion juga dapat menyebabkan sesuatu yang berbahaya, seperti sakit punggung, urine yang dihasilkan menurun, rahim membesar, dan sulit merasakan gerakan dari janin.

Maka dari itu, setiap ibu hamil wajib tahu beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat polihidramnion, seperti kelahiran prematur, timbulnya masalah pada tali pusar janin, menyebabkan tekanan darah tinggi, terjadinya infeksi saluran kemih, ketuban yang pecah terlalu dini, hingga operasi caesar saat melahirkan. Maka dari itu, pastikan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.

Ibu juga dapat melakukan pemesanan untuk pemeriksaan janin pada beberapa rumah sakit yang telah bekerja sama dengan Halodoc. Ibu bisa memilih lokasi rumah sakit terdekat dan jam sesuai yang diinginkan saat jadwal kosong. Untuk menikmati kemudahan ini, cukup download aplikasi Halodoc, pemesanan bisa dilakukan melalui penggunaan smartphone!

Baca juga: Ketahui Ciri-ciri Air Ketuban Pecah

Penyebab Polihidramnion pada Ibu Hamil

Setelah mengetahui bahaya dari air ketuban berlebih, ibu juga harus tahu penyebab dari gangguan yang menimbulkan dampak buruk pada janin. Walau begitu, para peneliti masih belum mengetahui secara pasti hal yang menjadi penyebab wanita mengidap polihidramnion. Belum ditemui juga cara untuk mencegah agar ibu hamil tidak mengalami kondisi tersebut.

Namun, diperkirakan ada beberapa hal yang dapat memicu atau meningkatkan risiko terjadinya air ketuban yang terlalu banyak, antara lain:

1. Kelainan Genetik

Kelainan genetik disebut-sebut dapat menyebabkan terjadinya polihidramnion. Bayi dengan volume air ketuban yang banyak memiliki kecenderungan untuk mengalami kelainan genetik seperti sindrom Down. Untuk mencegah ini, tindakan medis mungkin diperlukan.

2. Ibu Hamil Mengidap Diabetes

Gangguan air ketuban yang terlalu banyak dapat terjadi akibat ibu hamil telah mengidap diabetes sebelumnya. Menurut data, sekitar 10 persen ibu yang hamil dengan diabetes kemungkinan mengidap air ketuban berlebih, khususnya pada trimester ketiga. Maka dari itu, ada baiknya ibu meminta saran dari ahli medis saat berusaha untuk hamil guna cegah komplikasi berbahaya.

3. Anemia

Seorang ibu hamil yang mengidap anemia juga dapat meningkatkan risiko untuk janinnya mengalami polihidramnion, terutama jika anemianya cukup parah. Gangguan ini disebabkan oleh inkompatibilitas atau ketidakcocokan pada rhesus dari sang ibu dan janin, serta disebabkan oleh infeksi. Meski begitu, masalah ini dapat diatasi dengan transfusi darah. Faktanya, kasus seperti ini terbilang jarang terjadi, jadi ibu tidak perlu khawatir.

Baca juga: Ini Kiat Menjaga Kecukupan Air Ketuban

Nah, sekarang ibu tahu segala bahaya yang dapat terjadi akibat polihidramnion pada janin serta penyebab masalah ini dapat terjadi. Maka dari itu, pastikan, sekali lagi, selalu pastikan untuk melakukan pemeriksaan rutin setiap bulannya untuk menjaga janin tetap sehat. Ibu juga perlu untuk mengonsumsi makanan yang sehat, berolahraga, dan menghindari stres.

 

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Polyhydramnios.
National Health Services. Diakses pada 2021. Polyhydramnios (too much amniotic fluid).