Waspada Gejala Pneumonia, Penyakit Paru Berbahaya
Halodoc, Jakarta – Paru-paru adalah pusat dari sistem pernapasan manusia. Peranan paru-paru sangat vital bagi manusia. Menjaga kesehatan paru-paru bukan hanya sekedar berolahraga atau mengonsumsi makanan sehat saja.
Menghindari paparan asap rokok atau membersihkan lingkungan menjadi salah satu cara menjaga kesehatan paru. Jangan sampai paru mengalami gangguan kesehatan akibat infeksi yang dikenal sebagai pneumonia.
Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi. Ada berbagai penyebab yang membuat paru-paru mengalami infeksi, mulai dari virus, bakteri, hingga jamur. Jika tidak diatasi dengan tepat, pneumonia dapat memicu komplikasi, seperti infeksi aliran darah, abses paru, hingga efusi pleura. Kenali gejala dari pneumonia agar kamu dapat mengatasi kondisi ini dengan lebih dini!
Inilah Gejala Pneumonia yang Perlu Diwaspadai
Pneumonia adalah infeksi yang menyerang salah satu atau kedua paru-paru, sehingga menyebabkan kantong udara di paru tersebut meradang dan membengkak. Selain itu, kantong-kantong udara kecil yang berada di ujung saluran pernapasan pengidap juga bisa dipenuhi dengan air atau cairan lendir. Itulah mengapa pneumonia sering disebut juga dengan istilah paru-paru basah.
Biasanya, gejala yang muncul akibat pneumonia akan berbeda pada tiap pengidap. Gejala yang dialami pun bisa termasuk dalam kategori ringan hingga parah. Gejala pneumonia bisa muncul secara tiba-tiba maupun berkembang secara perlahan selama 24 sampai 48 jam sejak terinfeksi.
Inilah beberapa gejala pneumonia yang perlu diwaspadai:
1. Batuk berdahak.
2. Demam, berkeringat, dan terkadang disertai kondisi menggigil.
3. Napas yang menjadi lebih pendek.
4. Rasa nyeri pada bagian dada yang terasa semakin memburuk saat kamu menarik napas atau batuk.
5. Kehilangan nafsu makan, tidak memiliki energi, hingga kelelahan terus-menerus.
6. Mual dan muntah.
7. Rasa kebingungan.
8. Sakit kepala.
Beberapa gejala akan dialami berbeda sesuai dengan usia dan tingkat keparahan pengidap pneumonia. Biasanya, pada anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun, gejala disertai dengan napas yang menjadi lebih cepat hingga berbunyi atau mengi.
Anak-anak umumnya tidak menunjukkan gejala apa pun. Namun, terkadang mual, muntah, gangguan makan dan minum dialami oleh anak-anak pengidap pneumonia. Orang tua atau lansia juga mengalami gejala yang lebih spesifik. Lansia pengidap pneumonia biasanya akan mengalami kondisi kebingungan hingga suhu tubuh dibawah normal.
Segera kunjungi rumah sakit terdekat dengan membuat janjinya di Halodoc dan lakukan penanganan secara medis jika kamu mengalami beberapa gejala terkait pneumonia. Apalagi jika gejala sudah menyebabkan kesulitan bernapas, demam tinggi, perubahan warna kebiruan pada kulit dan bibir, serta batuk berdahak yang memburuk.
Pengobatan untuk Pneumonia
Ada beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk mendiagnosis pneumonia. Mulai dari tes darah, X-ray bagian dada, hingga tes sputum. Jika hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan kamu mengalami kondisi pneumonia, pengobatan harus dilakukan untuk mengatasi penyakit ini dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Pengobatan juga disesuaikan dengan penyebab pneumonia, kondisi kesehatan, hingga usia pengidap. Penting untuk selalu menjalankan saran dokter mengenai pengobatan bagi pengidap pneumonia.
Jangan lupa mengonsumsi obat yang disarankan oleh dokter. Jika pneumonia disebabkan oleh bakteri, maka dokter akan menyiapkan obat antibiotik untuk mengatasi kondisi ini. Sebaiknya konsumsi obat hingga habis dalam waktu yang disarankan dokter. Hal ini untuk mencegah pneumonia kembali kambuh.
Pneumonia yang disebabkan oleh virus akan diatasi dengan pengobatan antivirus. Selain itu, selama pengobatan, kamu juga perlu memenuhi kebutuhan istirahat dan gizi agar imun tubuh dapat kembali optimal.
Umumnya, lansia dan anak-anak disarankan untuk melakukan pengobatan di rumah sakit. Biasanya, pengobatan di rumah sakit akan meliputi pemberian cairan antibiotik melalui infus, terapi oksigen, hingga latihan pernapasan agar kembali optimal.
Ketika sudah dinyatakan sembuh dan disarankan menjalani pemulihan, sebaiknya hindari kontak dengan orang banyak. Perbanyak istirahat, mengonsumsi makanan sehat, dan juga memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Waktu pemulihan sangat beragam. Mulai dari beberapa minggu hingga bulan. Untuk itu, jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan agar kembali optimal.