Pernah Alami Trauma Bisa Picu Gangguan Kecemasan Sosial?
Halodoc, Jakarta – Seseorang yang mengidap gangguan kecemasan sosial akan selalu khawatir dan takut setiap melakukan tindakan tertentu. Pengidap cenderung selalu tampak cemas, canggung, dan malu-malu. Akibatnya, pengidap kecemasan sosial sering menghindari situasi sosial. Ketika mengalami situasi tidak dapat dihindari, mereka mengalami kecemasan dan kesulitan.
Banyak orang dengan gangguan kecemasan sosial juga mengalami gejala fisik yang kuat, seperti detak jantung yang cepat, mual, dan berkeringat. Serangan ini bisa menjadi parah ketika pengidap kecemasan menghadapi situasi yang ditakuti. Keturunan, lingkungan dan struktur otak sering menjadi penyebab timbulnya gangguan kecemasan. Selain ketiga hal tersebut, apakah trauma juga bisa sebabkan kondisi ini?
Baca Juga: 3 Hal yang Menjadi Pemicu Munculnya Insecurity
Apakah Trauma Bisa Sebabkan Gangguan Kecemasan Sosial?
Dikutip dari Anxiety and Depression Association of America, trauma masa kecil atau trauma dalam kehidupan dapat berkontribusi mengembangkan kecemasan sosial. Perceraian orangtua, mengalami perundungan, pelecehan seksual atau fisik dan pengabaian emosional yang parah adalah contoh peristiwa traumatis yang bisa menyebabkan kecemasan sosial.
Apabila kamu atau kerabat terdekat merasa memiliki kecemasan sosial dan berdampak besar pada kehidupan, sebaiknya minta bantuan perawatan. Meminta bantuan mungkin sulit, tetapi dokter atau psikiater dapat menenangkan kondisi yang dialami. Mereka akan menanyakan perasaan, perilaku, dan gejala untuk mengetahui kondisi kecemasan yang kamu alami.
Kamu bisa bicara dengan dokter Halodoc apabila mengalami gejala-gejala kecemasan atau mengalami peristiwa traumatis. Lewat aplikasi, kamu dapat menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja. Kalau kamu berencana memeriksakan diri, kamu dapat membuat janji dengan dokter terlebih dahulu melalui aplikasi Halodoc.
Baca Juga: Sering Lembur Bisa Sebabkan Gangguan Kecemasan?
Gejala Gangguan Kecemasan Sosial
Gangguan kecemasan sosial bukan hanya merasa malu ketika berinteraksi dengan orang lain. Gangguan kecemasan ditandai dengan ketakutan intens yang tidak kunjung hilang dan sampai memengaruhi aktivitas sehari-hari pengidapnya. Kondisi ini juga memengaruhi kepercayaan diri, hubungan dengan orang lain, kehidupan sekolah, dan pekerjaan. Gejala kecemasan sosial yang bisa dikenali, yaitu:
-
Takut melakukan aktivitas sehari-hari, seperti memulai percakapan, bertemu orang asing, berbicara di telepon, bekerja, ataupun sekedar pergi berbelanja.
-
Menghindari atau khawatir berlebihan tentang kegiatan sosial, seperti memulai percakapan dengan kelompok atau makan bersama.
-
Selalu merasa khawatir saat melakukan sesuatu yang menurut pengidap memalukan, seperti berkeringat atau tampil tidak kompeten.
-
Sulit untuk melakukan sesuatu apabila ditonton orang lain. Hal ini membuat pengidap merasa sedang diawasi dan dinilai setiap saat.
-
Takut dikritik, menghindari kontak mata atau memiliki kepercayaan diri yang rendah.
-
Sering berkeringat, gemetar atau jantung berdebar-debar (palpitasi).
Pengobatan untuk Atasi Kecemasan Sosial
Ada beberapa opsi pengobatan tersedia untuk kecemasan sosial, yaitu:
-
Terapi perilaku kognitif (CBT). Terapi ini membantu pengidap untuk mengidentifikasi pola dan perilaku pikiran negatif dan mengubahnya.
-
Terapi swadaya. Terapi ini menggunakan buku kerja berbasis CBT atau melakukan kursus online dari terapis
-
Obat antidepresan. Obat antidepresan, seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), escitalopram atau sertraline dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan.
Baca Juga: 4 Cara Mencegah Gangguan Kecemasan Sosial
CBT umumnya dianggap sebagai pengobatan terbaik, tetapi pengobatan lain dapat membantu jika terapi ini tidak berhasil. Bahkan beberapa pengidap juga perlu mencoba kombinasi perawatan untuk mendapatkan hasil yang signifikan.
Referensi:
Anxiety and Depression Association of America. Diakses pada 2020. Social Anxiety Disorder.
NHS. Diakses pada 2020. Social anxiety (social phobia).
Overcoming Social Anxiety. Diakses pada 2020. Do childhood experiences contribute to social anxiety?.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan