Perlu Tahu, Ini Bedanya Serangan Panik dan Serangan Kecemasan
“Serangan panik maupun serangan kecemasan sama-sama dapat memengaruhi kualitas hidup pengidapnya. Kedua kondisi ini sebenarnya berbeda, tapi gejala yang ditimbulkan kurang lebih sama. Pengidapnya bisa mengalami ketakutan yang tidak rasional, gemetar, sesak napas, panas dingin dan lain sebagainya.”
Halodoc, Jakarta - Baik serangan panik maupun serangan kecemasan (gangguan kecemasan) sama-sama membuat pengidapnya was-was. Ada sebagian orang yang pernah mengalami panik “setengah mati” pada situasi tertentu. Bahkan, tubuh mereka sampai gemetaran, keringat bercucuran, hingga sulit bernapas.
Sedangkan serangan kecemasan atau gangguan kecemasan umum, merupakan rasa cemas atau khawatir yang berlebihan dan tak terkendali. Nah, inilah yang bakal mengganggu aktivitas sehari-hari pengidapnya. Kondisi jangka panjang ini bisa dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Baca juga: Gejala dari Serangan Panik yang Selama Ini Diabaikan
Lantas, Apa Perbedaan Keduanya?
Baik serangan panik maupun gangguan kecemasan memiliki gejala tersendiri. Namun, kalau ditelaah lebih jauh gejalanya hampir mirip. Serangan panik ini bukan cuma ditandai dengan panik atau rasa cemas yang berlebihan saja. Sebab, ada sederet gejala lainnya yang menyertainya.
Menurut ahli dari Outpatient Behavioral Health Services di Henry Ford Hospital, Amerika Serikat, panic attack bisa terjadi secara spontan, dan bukan sebagai reaksi dari sebuah situasi yang penuh tekanan. Ini bisa terjadi saat kamu sedang menyetir, makan, atau bahkan sedang tertidur lelap.
Sementara itu, gangguan kecemasan juga bisa muncul secara tiba-tiba dan akan mencapai puncaknya hanya dalam hitungan menit. Serangan kecemasan biasanya memuncak dalam 10 menit dan jarang berlangsung lebih dari 30 menit. Selama waktu yang singkat itu, pengidapnya seperti mengalami teror yang sangat parah sampai merasa seperti akan mati atau kehilangan kendali.
Meskipun kedua kondisi ini berbeda, tapi gejala serangan panik dan serangan kecemasan tidak jauh berbeda, yaitu
- Punya perasaan seperti akan datang bahaya atau malapetaka.
- Takut kehilangan kendali sampai takut seperti akan mati.
- Detak jantung yang cepat dan berdebar-debar.
- Berkeringat.
- Gemetar.
- Sesak napas.
- Panas dingin.
- Hot flash.
- Mual.
- Kram perut.
- Sakit dada.
- Sakit kepala.
- Pusing, sakit kepala ringan atau pingsan.
- Sensasi mati rasa atau kesemutan.
- Perasaan tidak nyata atau terlepas.
Kenali Faktor Risikonya
Hingga saat ini penyebab pasti dari serangan panik belum diketahui. Namun, orang yang memiliki kerentanan biologis mengalami panic attack, kondisi panik biasanya terjadi terkait dengan perubahan dalam hidup.
Contohnya, memulai pekerjaan pertama, menikah, perceraian, memiliki anak di luar rencana, dan sebagainya. Tak cuma itu, gaya hidup yang penuh stres pun diduga menjadi biang keladi dari gangguan kecemasan ini. Serangan panik bisa saja terjadi dari kombinasi faktor internal dan eksternal.
Selain hal-hal di atas, berikut faktor lainnya yang bisa memicu panic attack:
- Terjadinya perubahan atau ketidakseimbangan zat yang berdampak pada fungsi otak.
- Faktor genetik, punya sejarah serangan panik di dalam keluarga.
- Stres berlebihan, contohnya karena kehilangan seseorang yang sangat berarti.
- Memiliki temperamen yang rentan terpengaruh oleh stres atau emosi negatif.
- Merokok atau mengonsumsi minuman kafein secara berlebihan.
Baca juga: Kecemasan Anak Diwarisi Orangtua, Kok Bisa?
Sementara itu, serangan kecemasan mulanya dipicu oleh hal-hal yang memicu kecemasan. Seiring waktu, kecemasan ini semakin memuncak dan memburuk sehingga timbullah serangan kecemasan. Faktor risikonya antara lain:
- Pernah mengalami kecemasan, misalnya kekerasan dalam rumah tangga atau perundungan.
- Pernah menggunakan obat-obatan terlarang atau mengonsumsi minuman keras.
- Adanya aktivitas berlebihan dari bagian otak yang mengendalikan emosi dan tingkah laku.
- Jenis kelamin. Wanita dipercaya lebih rentan mengidap gangguan ini.
- Faktor keturunan, orangtua atau kerabat dekat dengan gangguan kecemasan umum memiliki risiko lima kali lebih besar untuk mengalami kondisi sejenis.
Apakah Kedua Kondisi Ini Bisa Diobati?
Tersedia jenis terapi untuk mengatasi gangguan panik maupun gangguan kecemasan. Kedua kondisi ini umumnya merespons terapi dengan sangat baik dalam waktu yang relatif singkat. Pendekatan pengobatan tentunya disesuaikan pada jenis gangguan dan tingkat keparahannya. Namun, secara umum sebagian besar diobati dengan terapi, obat-obatan, atau kombinasi keduanya.
Terapi perilaku kognitif dan terapi pemaparan adalah jenis terapi perilaku yang berfokus pada perilaku pengidapnya, dan tidak terpaku pada konflik atau masalah psikologis yang mendasari dari masa lalu. Berikut perbedaan antara terapi kognitif dan terapi pemaparan:
- Terapi kognitif. Jenis terapi ini sering digunakan untuk masalah seperti serangan panik, kecemasan umum, dan fobia. Terapi perilaku kognitif membantu pengidapnya dalam mengidentifikasi dan menantang pola berpikir negatif atau keyakinan irasional yang memicu kecemasan atau kepanikan.
- Terapi pemaparan. Sementara itu, terapi pemaparan mendorong pengidap untuk menghadapi ketakutan dan kecemasan di lingkungan yang aman dan terkendali. Terapi ini dilakukan dengan memaparkan objek atau situasi yang ditakuti secara bertahap, baik dalam imajinasi atau dalam kenyataan.
Baca juga: 5 Tanda-Tanda Gangguan Jiwa yang Sering Tak Disadari
Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung ke dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Referensi:
Help Guide. Diakses pada 2021. Anxiety Disorders and Anxiety Attacks.
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Panic attacks and panic disorder.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan