Perlu Diperhatikan, Ini Komplikasi Akibat Koarktasio Aorta
Halodoc, Jakarta - Cacat bawaan atau disebut juga kongenital bisa terjadi pada organ tubuh mana saja. Terjadinya bisa jadi tidak dapat dihindari, misalnya koarktasio aorta atau penyempitan yang terjadi pada pembuluh darah aorta. Pembuluh darah besar ini bercabang dari jantung dan bertuas membawa darah bersih yang kaya oksigen untuk disalurkan ke seluruh tubuh.
Ketika terjadi penyempitan pada aorta, tentu saja jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh. Sayangnya, meski koarktasio aorta hadir dengan gejala, kelainan ini biasanya tidak dapat terdeteksi hingga pengidap beranjak dewasa dan sering kali terjadi bersama dengan masalah lain yang turut terjadi pada organ jantung.
Gejala dan Komplikasi Koarktasio Aorta
Koarktasio aorta yang terjadi pada bayi yang baru lahir memiliki gejala yang bergantung pada seberapa berat penyempitan yang terjadi pada bagian pembuluh darah aorta. Biasanya, koarktasio aorta yang terjadi pada bayi tidak disertai dengan gejala. Namun, pada kasus yang lebih serius, bayi akan mengalami kesulitan makan, bernapas, memiliki wajah pucat, sulit untuk naik berat badan, memiliki tekanan darah tinggi, hingga gagal jantung.
Baca juga: Kenali Tanda-Tanda Si Kecil Idap Koarktasio Aorta
Sementara itu, pada koarktasio aorta yang terbilang ringan, gejala bisa saja tidak teridentifikasi hingga anak-anak beranjak dewasa. Gejala yang muncul termasuk tangan dan kaki dingin, sering mimisan, sakit pada kepala dan dada, memiliki tekanan darah tinggi, sesak napas, hingga pingsan. Bayi, anak, maupun orang dewasa bisa mengalami masalah pada jantung lainnya yang gejalanya datang bersamaan dengan koarktasio aorta.
Koarktasio aorta sering hadir tanpa diikuti dengan gejala tertentu. Namun, kamu perlu langsung membuat janji dengan dokter apabila mengalami sakit pada dada, tekanan darah tinggi yang jauh dari batas normal, hingga kesulitan bernapas. Pakai aplikasi Halodoc supaya kamu lebih mudah dalam membuat janji dengan dokter di rumah sakit terdekat. Penanganan dini tentu saja membantu mencegah terjadinya komplikasi dari kelainan ini, termasuk:
-
Aneurisma otak;
-
Stroke;
-
Aneurisma aorta;
-
Penyakit jantung koroner pada usia muda;
-
Tekanan darah tinggi yang masih bisa terjadi meski koarktasio aorta sudah diobati;
-
Robekan yang terjadi pada aorta;
-
Gagal jantung.
Baca juga: Ini Cara Mendiagnosis Koarktasio Aorta pada Si Kecil
Jika koarktasio aorta terjadi pada wanita dan berencana untuk memiliki anak, tentu perlu membicarakan rencana kehamilan pada dokter. Pasalnya, kehamilan semakin meningkatkan risiko terjadi pecahnya koarktasio aorta yang bisa terjadi ketika masa hamil maupun saat melahirkan, serta masih bisa terjadi kembali meski telah dilakukan pengobatan.
Baca juga: Adakah Cara Mencegah Koarktasio Aorta pada Si Kecil?
Adakah Tindakan Pencegahannya?
Sayangnya, belum ada tindakan yang bisa dilakukan untuk mencegah koarktasio aorta mengingat kelainan ini merupakan cacat bawaan. Akan tetapi, apabila ada anggota keluarga, terutama anak-anak yang memiliki kondisi yang meningkatkan risiko terjadinya koarktasio aorta, seperti sindrom Turner atau memiliki anggota keluarga dengan riwayat kelainan kongenital jantung, deteksi dini membantu mengurangi terjadinya komplikasi. Jangan sampai terlambat melakukan pengobatan, terlebih dengan kondisi koarktasio aorta yang terjadi tanpa gejala.
Referensi:
American Heart Association. Diakses pada 2019. Congenital Heart Defects.
Healthline. Diakses pada 2019. Coarctation of the Aorta.
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Coarctation of the Aorta.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan