Perilaku Agresif, Ini Cara Mengobati Sindrom Reye
Halodoc, Jakarta – Jika Si Kecil mengalami sesak napas dan diare pasca sembuh dari flu atau cacar air, ibu perlu waspada. Apalagi jika disertai gejala lain, seperti tubuh lemas, mudah mengantuk, muntah terus-menerus, dan perubahan perilaku (menjadi lebih agresif). Kondisi ini bisa menandakan bahwa Si Kecil mengidap sindrom reye.
Baca Juga: 5 Penyakit yang Sering Menyerang Anak
Sindrom reye adalah kondisi langka yang rentan menyerang anak-anak dan remaja setelah sembuh dari infeksi virus, seperti flu dan cacar air. Kondisi ini menyebabkan pembengkakan pada organ hati dan otak, sehingga perlu diwaspadai oleh para orang tua. Lantas, bagaimana cara mengobati sindrom reye? Ketahui faktanya di sini.
Cara Diagnosis Penyakit Sindrom Reye
Segera bicara pada dokter Halodoc jika Si Kecil menunjukkan tanda dan gejala mirip sindrom reye. Bila perlu, ibu bisa membuat janji dengan dokter secara online di rumah sakit pilihan di sini. Semakin cepat didiagnosis, semakin besar peluang Si Kecil untuk sembuh.
Diagnosis sindrom reye diawali dengan pemeriksaan darah, urine, dan tes untuk memeriksa adanya gangguan oksidasi asam lemak atau gangguan metabolisme lain. Pemeriksaan penunjang mungkin diperlukan untuk menetapkan diagnosis, meliputi tes pungsi lumbang, CT scan, magnetic resonance imaging (MRI), biopsi hati, dan biopsi kulit.
Baca Juga: Waspada Sindrom Reye yang Menyerang Otak Anak
Pilihan Pengobatan untuk Atasi Sindrom Reye
Sebagai kondisi serius yang langka, penyakit sindrom reye perlu diwaspadai. Pengobatan dini dibutuhkan untuk mencegah sindrom reye berkembang menjadi kondisi darurat yang berpotensi mengancam nyawa. Itu mengapa pengidap memerlukan perawatan intensif di rumah sakit setelah diagnosis ditetapkan.
Sebenarnya, hingga saat ini belum ditemukan pengobatan efektif untuk menyembuhkan sindrom reye. Penanganan medis dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi yang lebih parah. Dokter memastikan pengidap tetap terhidrasi dengan cara:
-
Pemberian cairan infus yang mengandung glukosa dan elektrolit. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan kadar garam, nutrisi, mineral, dan gula dalam darah (glukosa);
-
Obat diuretik untuk membuang kelebihan cairan dalam tubuh dan mengurangi pembengkakan di otak;
-
Plasma, vitamin K, dan platelet untuk mencegah perdarahan akibat gangguan organ tubuh;
-
Ammonia detoxicant untuk mengurangi kadar amonia di dalam tubuh;
-
Antikonvulsan untuk mencegah dan mengatasi kejang.
Meskin pernapasan (ventilator) diberikan jika pengidap menunjukkan gejala gagap napas. Setelah pembengkakan di otak hilang dan fungsi tubuh kembali normal, alat akan dilepas. Pengidap baru diperbolehkan pulang beberapa minggu setelah perawatan atau setelah kondisinya cukup sehat untuk meninggalkan rumah sakit.
Baca Juga: Poop Anak Berdarah, Si Kecil Kena Disentri?
Sindrom Reye Pada Anak Bisa Dicegah
Sindrom reye bukan hanya menimbulkan gejala fisik, tapi juga perubahan perilaku yang membuat para orangtua cemas. Untuk terhindar dari risiko penyakit ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan:
-
Jangan memberikan obat sembarangan pada anak. Terutama obat aspirin pada anak berusia kurang dari 16 tahun. Sebaiknya bicara pada dokter anak terlebih dahulu sebelum ibu memberikan obat pada Si Kecil;
-
Jika Si Kecil mengidap flu, cacar air, atau infeksi virus lain, ibu bisa memberikannya obat asetaminofen, ibuprofen, atau naproxen untuk mengatasi gejala demam dan nyeri. Perlu diingat, obat diberikan atas anjuran dokter.
-
Skrining untuk melihat gangguan oksidasi asam lemak pada bayi baru lahir.