Perhatikan 8 Penyebab Munculnya Stroke Hemoragik
Halodoc, Jakarta - Stroke hemoragik merupakan jenis stroke yang berbahaya dan paling sering terjadi. Penyebab stroke jenis ini adalah pecahnya salah satu arteri dalam otak, yang kemudian memicu perdarahan di sekitar organ tersebut. Akibatnya, aliran darah pada sebagian otak menjadi berkurang atau terputus. Kondisi ini dapat membuat fungsi otak terganggu secara permanen.
Pecahnya pembuluh darah dalam otak pada stroke hemoragik dapat terjadi karena berbagai faktor. Berikut beberapa di antaranya:
-
Tekanan darah tinggi (hipertensi);
-
Cedera kepala berat;
-
Ketidaknormalan pembuluh darah di otak sejak lahir (cacat bawaan berupa malformasi pembuluh darah arteri dan vena);
-
Aneurisma otak;
-
Penyakit liver;
-
Kelainan darah, seperti penyakit anemia sel sabit dan hemofilia;
-
Efek samping penggunaan obat antikoagulan atau pengencer darah, seperti warfarin.
Baca juga: Tak Pandang Bulu, 6 Orang Terkenal Ini Meninggal karena Stroke
Jika kamu memiliki faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko stroke hemoragik tersebut, sebaiknya waspada. Konsultasikan selalu berbagai gejala dan faktor risiko yang dimiliki dengan dokter. Sekarang, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan juga bisa dilakukan di aplikasi Halodoc, lho. Lewat fitur Talk to a Doctor, kamu bisa obrolkan langsung gejalamu melalui Chat atau Voice/Video Call.
Gejala Stroke Hemoragik Dapat Bervariasi
Stroke hemoragik dapat memunculkan gejala yang bervariasi pada setiap pengidapnya. Hal ini tergantung seberapa besar jaringan yang terganggu, lokasi, serta tingkat keparahan perdarahan yang terjadi.
Pada stroke hemoragik intraserebral (perdarahan otak), gejala yang mungkin muncul adalah:
-
Sakit kepala berat.
-
Mual dan muntah.
-
Penurunan kesadaran.
-
Gejala lainnya yang dapat terjadi adalah lemah, kelumpuhan pada satu sisi tubuh, gangguan berbicara, mata tidak dapat digerakkan menuju arah tertentu, gangguan penglihatan, dan terlihat bingung.
Sementara itu, stroke hemoragik subarachnoid (perdarahan subarachnoid) ditunjukkan dengan gejala awal berupa penglihatan ganda dan sakit kepala yang terjadi tiba-tiba. Gejala tersebut terjadi sebelum pembuluh darah pecah. Setelah pecahnya pembuluh darah, beberapa gejala yang dapat muncul antara lain:
-
Nyeri di daerah wajah atau sekitar mata;
-
Penglihatan kabur;
-
Leher kaku;
-
Penurunan kesadaran.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Stroke Bisa Sebabkan Gangguan Memori
Gejala pada perdarahan subarachnoid dapat memburuk dalam waktu 24 jam. Perdarahan berat hingga penurunan kesadaran dapat terjadi secara mendadak, sehingga harus segera dilarikan ke rumah sakit. Tak jarang pengidap menjadi koma atau bahkan meninggal sebelum sampai di rumah sakit.
Seperti Apa Pengobatan untuk Stroke Hemoragik?
Langkah pengobatan untuk stroke hemoragik perlu dilakukan berdasarkan penyebab, tingkat keparahan, serta lokasi perdarahan. Pengidap stroke ini biasanya akan menjalani perawatan intensif di rumah sakit, supaya dapat dipantau kondisinya secara ketat.
Lebih lanjut, pengobatan untuk stroke hemoragik akan dilakukan dengan pemberian obat. Jika pengidap rutin mengonsumsi obat pengencer darah, konsumsi akan dihentikan sementara, karena akan memperparah perdarahan. Bahkan jika perlu, diberikan obat untuk membantu pembekuan darah.
Obat pereda nyeri juga bisa diberikan pada pengidap stroke hemoragik guna meredakan sakit kepala. Namun, obat antiinflamasi nonsteroid tidak dianjurkan karena hanya akan memperburuk perdarahan. Selain itu, obat pencahar juga dapat diberikan guna mencegah pengidap mengejan terlalu keras saat BAB, yang dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh darah di rangka kepala.
Untuk kasus stroke hemoragik yang sangat parah, dibutuhkan tindakan operasi guna memperbaiki pembuluh darah dan menghentikan perdarahan, terutama jika stroke terjadi karena malformasi (kelainan) arteri-vena. Meski demikian, tindakan ini perlu diperhitungkan baik-baik karena operasi sendiri dapat menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut.
Baca juga: Pengobatan Alternatif untuk Stroke, Amankah?
Setelah menjalani pengobatan, proses pemulihan akan tergantung dari tingkat keparahan stroke dan kerusakan jaringan otak yang terjadi. Bagi pengidap stroke hemoragik yang tidak mengalami komplikasi, dapat pulih dalam waktu beberapa minggu setelah pulang dari rumah sakit.
Namun, jika telah terjadi kerusakan jaringan, dibutuhkan terapi tambahan, seperti terapi fisik, kegiatan, atau terapi bicara. Terapi-terapi tersebut dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi jaringan yang rusak sehingga dapat bekerja secara normal kembali.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan