Penyebab Rendahnya Hormon Testosteron pada Pria
Halodoc, Jakarta – Testosteron bukan hanya dimiliki pria, tapi juga wanita meski dalam jumlah kecil. Pada pria, hormon testosteron berfungsi untuk membentuk massa otot, memengaruhi libido, menjaga ketahanan tingkat energi, serta mengubah karakteristik seks sekunder pria saat pubertas (seperti suara lebih berat). Kadar hormon testosteron pria normalnya berkisar antara 250 - 1100 nanogram per desiliter (ng/dL) dengan kadar rata-rata 680 ng/dL. Studi lain menyebutkan kadar hormon testosteron pria yang optimal berkisar antara 400 - 600 ng/dL.
Hormon Testosteron Menurun Seiring Bertambahnya Usia
Kadar hormon testosteron mencapai puncaknya saat usia 20-an. Namun setelah usia 30 tahun lebih, kadar hormon ini berkurang sekitar satu persen tiap tahunnya. Sehingga setelah mencapai usia 65 tahun lebih, kadar hormon testosteron normal pria berkisar antara 300 - 450 ng/dL. Selain faktor penuaan, rendahnya hormon ini juga dipicu oleh kondisi hipogonadisme, yakni kondisi saat hormon seksual yang dihasilkan berada di bawah jumlah normal. Berikut dua jenis hipogonadisme yang menjadi penyebab rendahnya hormon testosteron pria:
1. Hipogonadisme Primer
Penyebab utamanya adalah testis yang kurang aktif akibat faktor genetik, trauma atau kondisi medis tertentu. Misalnya testis tidak turun, sindrom Klinefelter, hemokromatosis, cedera testis, gondok pada testis (orchitis), serta dampak pengobatan kanker (kemoterapi atau radiasi) yang bisa merusak testis.
2. Hipogonadisme Sekunder
Terjadi akibat rusaknya kelenjar pituitari atau hipotalamus, yakni bagian otak yang berperan dalam mengendalikan produksi hormon pada testis. Penyebab lainnya adalah pertambahan usia, obesitas, stres jangka panjang (seperti stres akibat penyakit atau pasca operasi), dan konsumsi obat-obatan tertentu.
Gejala Rendahnya Kadar Hormon Testosteron Pria
Berikut gejala rendahnya kadar hormon testosteron yang bisa diamati:
-
Rendahnya dorongan seksual.
-
Ereksi spontan, misalnya saat tidur malam atau di pagi hari.
-
Sulit mempertahankan ereksi (disfungsi ereksi).
-
Volume air mani terlalu sedikit.
-
Mudah lelah meski waktu istirahat dan tidur sudah tercukupi.
-
Kurang termotivasi untuk beraktivitas fisik.
-
Jumlah rambut di tubuh selain kepala berkurang.
-
Bertambahnya lemak tubuh, terutama di sekitar perut dan dada.
-
Hilangnya massa otot, ditandai dengan ukuran lingkar lengan atas dan ukuran kaki mengecil.
-
Berkurangnya massa tulang sehingga rentan mengidap osteoporosis.
-
Gangguan perubahan suasana hati (mood).
Ubah Gaya Hidup untuk Atasi Rendahnya Kadar Hormon Testosteron
Perubahan gaya hidup bisa dilakukan untuk mengatasi gejala rendahnya kadar hormon testosteron. Langkah pertama adalah terapkan pola makan sehat untuk mengurangi lemak tubuh. Jika cara ini kurang berhasil, kamu bisa melakukan terapi pengganti testosteron (testosterone replacement therapy/TRT). Terapi ini berguna membantu pria yang mengidap hipogonadisme. Kamu perlu bicara pada dokter sebelum melakukan TRT karena metode ini memiliki efek samping berupa jerawat, pembesaran kelenjar prostat, sleep apnea, pengerutan testis, pembesaran payudara, peningkatan jumlah sel darah merah dalam tubuh, serta penurunan jumlah sperma.
Kalau kamu memiliki pertanyaan lain seputar hormon testosteron, tanya dokter Halodoc untuk mendapat jawaban terpercaya. Kamu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk bertanya pada dokter via Chat, dan Voice/Video Call kapan saja dan dimana saja. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!
Baca Juga: