Penjelasan Psikologis di Balik Kebiasaan Menggigit seperti Luis Suarez
Halodoc, Jakarta – Penyerang Uruguay, Luis Suarez tidak hanya dikenal karena kepiawaiannya bermain sepak bola. Masalah seputar psikologisnya pun kerap menjadi perbincangan. Sebab Suarez diketahui pernah beberapa kali melakukan tindakan yang cukup mengejutkan saat bermain di lapangan, yaitu menggigit lawannya.
Sebut saja gelandang PSV Otman Bakkal, pemain belakang Chelsea Branislav Ivanovic, dan bek Italia Giorgio Chiellini. Mereka adalah pemain yang pernah berhadapan dengan Suarez dan harus merasakan tajamnya gigitan pemain bernomor punggung 9 itu.
Aksi gigit Suarez tersebut membuatnya dikenai sejumlah sanksi, bahkan denda. Jika dilihat dari kacamata psikologi, sebenarnya apa yang menjadi alasan Suarez gemar menggigit pemain lain?
Seorang psikolog olahraga dari Inggris, Dr Thomas Fawcett, menyebut bahwa kebiasaan itu bisa menjadi gambaran kepribadian Suarez. Menurutnya, hobi menggigit orang lain seperti Suarez menggambarkan orang tersebut adalah pribadi yang rapuh.
Fawcett mengatakan bahwa Suarez adalah seorang pemain sepak bola yang berbakat namun rapuh dalam situasi-situasi yang menegangkan. Selain itu, Suarez juga disebut sebagai orang yang meledak-ledak dan selalu ingin menunjukkan emosinya. Hal itulah yang mungkin menjadi latar belakang Suarez melakukan aksi gigit pemain lain saat sedang bertanding.
Saat menggigit pemain Italia, Chiellini, Suarez mengaku melakukan hal tersebut sebagai perlawanan. Sebab, saat itu Chiellini disebut menabrak Luis Suarez dengan bahunya.
Baca juga: Harus Tahu, 6 Tanda Kecemasan Pada Anak
Jika Si Kecil Punya Kebiasaan Menggigit Temannya
Kebiasaan menggigit orang lain nyatanya cukup sering ditemukan pada anak kecil. Entah karena merasa gemas, atau karena alasan lainnya, menggigit memang sering dijadikan cara Si Kecil berkomunikasi. Jika dilihat dari rentang usia, kebiasaan menggigit biasanya ditemukan pada anak usia 1 tahun hingga 4 tahun.
Kebiasaan menggigit pada anak bisa diartikan sebagai bagian dari proses perkembangan. Menurut teori Freud, hal ini dinamakan sebagai Periode Oral (Oral Stage). Yaitu kondisi yang membuat anak menemukan dan menikmati kesenangan menggigit, mengisap, atau mengunyah.
Selain itu, kebiasaan menggigit juga sering diartikan sebagai cara anak menunjukkan emosi. Sebab biasanya anak-anak belum memiliki kemampuan untuk mengungkapkan ekspresi dengan benar. Karena marah atau kesal, bahkan bingung bisa menyebabkan anak meluapkannya dengan cara menggigit.
Baca juga: Ketahui Fakta Mengenai Depresi pada Anak
Anak-anak juga sering menggigit sebagai sebuah pertahanan diri. Hal itu biasa dilakukan sebagai bentuk perlawanan saat ia merasa hak-haknya diambil. Misalnya, saat mainan atau makanannya diambil orang teman. Anak mungkin akan secara refleks menggigit orang yang dianggap mengancam atau merugikan dirinya.
Meski disebut sebagai tahap yang wajar dan pasti dilewati anak, orangtua sebaiknya tetap mendampingi dan memperhatikan kebiasaan ini. Sebab jika dibiarkan, hal ini bisa menjadi kebiasaan dan terbawa sampai anak masuk usia sekolah, bahkan setelah dewasa.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan orangtua untuk mengurangi kebiasaan ini. Di antaranya adalah dengan memberi pemahaman bahwa apa yang ia lakukan tidak benar. Sampaikan bahwa kebiasaan menggigit bisa memberi efek dan merugikan dirinya serta orang lain.
Selain itu, sebaiknya beritahu juga bagaimana cara yang baik untuk menyampaikan emosi. Atau ajarkan untuk anak melampiaskan emosinya dengan cara yang lain.
Baca juga: Tips Menghadapi Anak yang Sedang Ngambek
Punya masalah kesehatan dan butuh saran dokter? Pakai aplikasi Halodoc saja! Hubungi dokter lewat Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan rekomendasi beli obat dan tips menjaga kesehatan dari dokter terpercaya. Ayo, download sekarang di App Store dan Google Play.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan