Pasangan Workaholic Berdampak pada Perkembangan Anak
Halodoc, Jakarta – Sekarang ini, bukan pemandangan yang aneh lagi bila para istri ikut bekerja untuk menyokong perekonomian keluarga. Banyak keluarga membutuhkan dukungan finansial dari kedua orangtua, sehingga mengharuskan keluarga tersebut berpenghasilan ganda. Bahkan, demi memiliki perekonomian yang lebih baik lagi agar bisa memberikan yang terbaik untuk anak-anak, tidak sedikit orangtua rela bekerja ekstra keras untuk mengumpulkan uang yang banyak.
Namun, ketika orangtua mulai terobsesi dengan pekerjaannya alias menjadi workaholic, hal ini justru dapat memberi dampak buruk pada perkembangan anak-anaknya. Simak penjelasannya lebih lanjut di bawah ini.
1. Anak Tumbuh Dengan Kepercayaan Diri yang Rendah
Pasangan workaholic yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya dapat mengakibatkan anak-anaknya menjadi terabaikan secara emosional dan merasa tidak dianggap. Pengabaian dari orangtua akan membuat anak-anak merasa mereka tidak cukup diperhatikan dan tidak penting.
Orangtua yang sibuk dengan kesuksesan mereka sendiri mungkin juga gagal memerhatikan atau menunjukkan minat pada pencapaian anak-anaknya. Hal ini dapat menyebabkan anak berpikir bahwa apapun yang sudah mereka capai adalah sepele dan tidak penting, sehingga akibatnya, anak akan bertumbuh menjadi orang dengan kepercayaan diri dan penghargaan diri yang rendah.
Baca juga: 5 Masalah yang Biasa Ditemui pada Anak dengan Ibu Bekerja
2. Perkembangan Sosial dan Emosional Anak Terganggu
Banyak faktor yang dapat memengaruhi perkembangan sosial dan emosional anak, antara lain gaya pengasuhan, ketersediaan orangtua, ada tidaknya saudara kandung, status sosial ekonomi, dan temperamen anak. Namun, salah satu faktor terpenting dalam perkembangan sosial dan emosional anak yang normal adalah ikatan antara orangtua dengan anaknya.
Ikatan orangtua membantu anak merasa aman, diperhatikan dan dicintai. Ikatan orangtua dengan anak adalah salah satu penentu terkuat dari kesehatan mental, sosial, fisik, dan emosional anak.
Dengan demikian, kurangnya ikatan dengan anak akibat orangtua workaholic dapat berdampak negatif pada perkembangan sosial dan emosional anak. Menurut tinjauan klinis yang diterbitkan pada tahun 2009 di “Michigan Family Review”, faktor-faktor seperti jadwal kerja yang berlebihan dan tekanan finansial mungkin memiliki dampak negatif pada perkembangan sosial, emosional, dan perilaku anak yang mengakibatkan masalah, seperti masalah perilaku dan prestasi akademik yang buruk.
Pasangan workaholic yang sering menitipkan anaknya di tempat penitipan anak juga dapat memengaruhi perkembangan sang anak. Sebuah studi longitudinal yang diterbitkan dalam jurnal “Perkembangan Anak” edisi Mei/Juni menemukan bahwa remaja yang masa kecilnya dihabiskan paling banyak di tempat penitipan anak, lebih cenderung menunjukkan perilaku impulsif dan berani mengambil risiko daripada teman-temannya yang menghabiskan waktu lebih sedikit di tempat penitipan anak.
3. Anak Mengembangkan “Hate and Love Relationship” dengan Orangtuanya
Seringkali, orangtua yang workaholic menjadi penyedia yang baik dalam hal materi, tapi penyedia perhatian yang buruk sebagai orangtua. Hal ini membuat anak mengembangkan perasaan ambivalen terhadap orang tua, yaitu berterima kasih atas penyediaan materi, sekaligus benci karena orangtuanya tidak memberikan perhatian yang cukup. Akibatnya, anak akan merasa bingung dan bersalah. Apalagi bila orangtua mengklaim bahwa semua kerja kerasnya semata-mata untuk kesejahteraan anak.
Itulah mengapa bila pengabaian emosional ini menyebabkan anak mengembangkan psikologis yang buruk, seperti minum berlebihan, menggunakan narkoba, atau perilaku bermasalah lainnya, ia tidak akan mengerti penyebab sebenarnya dari masalah ini. Sebaliknya, mereka akan menyalahkan diri mereka sendiri, yang dapat berujung pada depresi, kemarahan yang diarahkan pada diri sendiri, dan penghargaan diri yang rendah.
Baca juga: 5 Tanda Anak yang Kurang Mendapatkan Perhatian
Jadi, kesimpulannya, pasangan workaholic cenderung memberikan dampak yang buruk pada anak-anaknya, karena kurangnya perhatian daripada dampak baik dengan apa yang mereka berikan (materi yang berlimpah).
Karena itulah, orangtua yang bekerja diharapkan dapat menjadikan waktu keluarga sebagai prioritas dan berkomitmen untuk perkembangan anak mereka agar mampu membangun ikatan yang sehat dengan anak. Dengan demikian, anak-anak pun dapat bertumbuh menjadi orang dengan kesehatan mental, sosial, fisik, dan emosional yang baik.
Baca juga: 5 Tips Parenting untuk Orangtua Super Sibuk
Bila kamu sebagai orangtua bekerja ingin berdiskusi tentang cara meluangkan waktu bagi anak di tengah kesibukan, gunakan saja aplikasi Halodoc. Melalui Video/Voice Call dan Chat, kamu bisa bertanya tentang pola asuh anak pada dokter kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.