Orang Pingsan Posisi Kepala Harus Lebih Rendah, Ini Alasannya
Halodoc, Jakarta – Pingsan adalah jenis ketidaksadaran yang datang tiba-tiba dan mungkin hanya berlangsung beberapa detik, tapi bisa juga berlangsung lebih lama. Seseorang yang pingsan bisa jadi terlihat, seperti sedang tidur dan tidak responsif. Ketidakmampuan menanggapi peristiwa di luar, seperti suara keras, disentuh, ataupun diguncang.
Sangat penting untuk memeriksa kondisi vital seseorang yang pingsan, seperti detak jantung dan tanda-tanda fisik, misalnya apakah kukunya memutih, mulut berbusa, bola mata melihat ke atas, dan lain-lain, sehingga bisa segera dilakukan pertolongan sesegera mungkin.
Pertolongan pertama yang bisa dilakukan untuk meminimalisir cedera yang lebih parah ketika seseorang mengalami ketidaksadaran adalah dengan memastikan jalan napasnya terbuka. Caranya adalah dengan memberikan ruang yang cukup untuk orang tersebut. Jangan berkerumun di dekatnya yang bisa jadi menghambat sirkulasi udara di sekitarnya.
Kemudian, posisikan kepala lebih rendah, jangan memangku kepalanya yang bisa jadi membuatnya tersedak ataupun menghambat jalannya sirkulasi udaranya. Memosisikan kepala lebih rendah dilakukan supaya sirkulasi darah dan laju oksigen di area otak bisa lancar. Aliran oksigen yang lancar ke otak dapat membuat seseorang segera sadar dari pingsannya.
Selain itu, pastikan posisi badan dalam keadaan netral, longgarkan pakaiannya sembari memberikan tepukan-tepukan ringan di pipi untuk menyadarkannya. Kamu juga bisa mengarahkan minyak angin ke hidungnya untuk merangsang kesadarannya.
Kebanyakan yang dilakukan ketika menghadapi orang yang pingsan adalah dengan mengguncang-guncang atau memaksanya untuk bangun. Bahkan, mengangkat badannya sehingga dalam posisi setengah duduk. Masalahnya, kamu tidak tahu pasti penyebab pingsannya apa, misalnya terjadi syok ataupun luka internal, maka bisa jadi guncangan yang kamu berikan akan memperparah kondisinya.
Syok Hipovolemik
Ada banyak penyebab pingsan, mulai dari terik matahari, belum makan, terlalu lelah, serta kecelakaan sampai faktor-faktor pemicu lainnya yang disebabkan oleh penyakit tertentu. Salah satu penyebab pingsan adalah ketika seseorang mengidap syok hipovolemik.
Syok hipovolemik terjadi ketika kamu kehilangan darah atau cairan tubuh secara tiba-tiba sehingga menurunkan volume darah secara signifikan. Syok hipovolemik paling sering terjadi akibat pembuluh darah besar yang pecah atau mengalami cedera serius. Bisa juga dikarenakan perdarahan hebat yang berhubungan dengan kehamilan, luka bakar, atau bahkan dari muntah hebat dan diare.
Situasi ini bisa dianggap cukup membahayakan jiwa karena darah membantu menjaga suhu tubuh tetap stabil, membentuk gumpalan darah, dan menggerakkan oksigen dan nutrisi ke seluruh sel-sel tubuh. Jika volume darahmu terlalu rendah akan menghambat kerja organ tubuh.
Selain pingsan dan mengalami cedera, tanda kalau seseorang mengidap syok hipovolemik adalah jantung berdetak cepat, napas pendek, tekanan darah rendah, kulit terasa dingin dan berkeringat.
Penanganan yang cepat akan menghindari orang yang mengalami syok hipovolemik dari bahaya kesehatan lainnya. Membawa ke ruang gawat darurat adalah tindakan preventif lain. Di mana dia akan mendapat perawatan memadai, seperti pemberian oksigen, menghentikan perdarahan, dan segera dilakukan transfusi darah.
Kebanyakan orang yang kehilangan lebih dari 30 persen volume darahnya membutuhkan transfusi darah. Bahkan ada yang membutuhkan operasi, terutama jika mereka memiliki perdarahan internal atau ginekologis.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai penyebab pingsan ataupun informasi lebih mendalam lagi mengenai syok hipovolemik, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Hubungi Dokter, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Baca juga:
- Ini Alasan Orang Bisa Pingsan Karena Denyut Jantung Menurun
- Gejala Serangan Jantung pada Pria dan Wanita, Apa Bedanya?