Mitos dan Fakta Seputar Susu Pasteurisasi
Halodoc, Jakarta - Saat membeli susu, kamu pasti pernah menemukan istilah pasteurisasi di dalam kemasan susu. Pasteurisasi di sini maksudnya susu sapi yang kamu beli telah diproses melalui pemanasan cairan atau makanan untuk membunuh mikroorganisme. Ada banyak jenis organisasi yang sangat mungkin ada di susu mentah seperti Brucella, Campylobacter, E. coli O157: H7, Listeria, Mycobacterium bovis, Salmonella, dan Yersinia. Semua jenis bakteri ini cukup berbahaya dan bisa menyebabkan penyakit.
Teknologi pasteurisasi dalam sejarahnya dikembangkan oleh Louis Pasteur pada 1864, dan praktiknya dikomersialkan sekitar akhir 1800-an dan awal 1900-an. Selain meningkatkan keamanan produk susu untuk konsumen, pasteurisasi dapat meningkatkan kualitas dan umur simpan pangan.
Mungkin kamu bertanya-tanya, apakah proses pasteurisasi ini akan mengurangi kandungan gizi susu, atau apakah proses pasteurisasi ini malah sebabkan seseorang mengalami alergi susu? Untuk mengetahui jawabannya, yuk simak beberapa mitos dan fakta mengenai susu pasteurisasi berikut!
Baca juga: 5 Manfaat Susu Murni untuk Kesehatan
Mitos dan Fakta Susu Pasteurisasi
Berikut berbagai mitos dan fakta tentang susu pasteurisasi yang kamu wajib tahu:
Mitos: Pasteurisasi mengurangi nilai gizi susu.
Fakta: Sterilisasi susu memang memecah beberapa komponen susu, tetapi efek sebenarnya terhadap nutrisi dianggap tidak merugikan.
Mitos: Susu pasteurisasi menyebabkan intoleransi laktosa.
Fakta: Laktosa adalah gula alami yang ditemukan dalam susu. Baik susu mentah maupun susu pasteurisasi mengandung laktosa, dan pasteurisasi tidak mengubah kadar laktosa. Para pendukung susu mentah berpendapat bahwa susu mentah mengandung Bifidobacterium, probiotik (bakteri menguntungkan) yang membantu mencerna laktosa. Meskipun susu mentah mungkin mengandung probiotik ini, tetapi ini dihasilkan dari kontaminasi kotoran hewan dan dianggap tidak bermanfaat.
Mitos: Susu pasteurisasi menyebabkan alergi.
Fakta: Protein susu yang menyebabkan alergi terdapat pada susu mentah dan susu pasteurisasi. Pasteurisasi susu tidak menimbulkan alergi baru.
Mitos: Susu mentah memiliki sifat alami membunuh mikroba.
Fakta: Enzim dalam susu dengan sifat antimikroba antara lain bakteriosin, laktoferin, laktoperoksidase, lisozim, dan nissin. Namun, sebagian besar enzim susu bertahan dari proses pasteurisasi tetapi dipecah oleh asam lambung selama proses pencernaan
Mitos: Susu organik pasti aman.
Fakta: Hanya jika susu organik dipasteurisasi maka aman untuk diminum.
Mitos: Susu dari peternakan yang baik aman jika segar, bahkan jika tidak dipasteurisasi.
Fakta: Penyakit dapat menyebar bahkan dari susu yang berasal dari peternakan bagus dan melakukan perawatan pada sapi dengan sangat baik.
Baca juga: Salah Kaprah, Susu Kental Manis Ternyata Hanya untuk Pelengkap Sajian
Susu mentah, es krim mentah, keju mentah, dan yoghurt mentah tidak dipasteurisasi. Ada kekhawatiran khusus bahwa wanita hamil, anak-anak, dan orang dengan gangguan sistem imun mungkin berisiko tertular infeksi dari susu yang tidak dipasteurisasi. Tuberkulosis (TB) juga biasanya disebabkan oleh susu yang tidak dipasteurisasi. Brucella bisa menjadi penyakit yang melemahkan yang sulit didiagnosis, sering kali menyebar melalui susu
Jika kamu mengalami gejala usai minum susu mentah, sebaiknya segera tanyakan pada dokter di Halodoc penanganan pertama yang paling tepat untuk dilakukan. Dokter mungkin akan memberikan saran perawatan dan pengobatan agar kondisi tak semakin memburuk berdasarkan gejala yang muncul.
Baca juga: 5 Makanan Pengganti Produk Susu untuk Orang Dewasa
Lantas, Seperti Apa Proses Pasteurisasi Susu?
Ada beberapa jenis langkah yang akan dilakukan dalam mempasteurisasi susu, berikut langkahnya:
- Perawatan Suhu Tinggi Waktu Singkat: Susu dipasteurisasi pada suhu 72° Celsius selama 15 detik.
- Perawatan Suhu Rendah Waktu Lama: Susu dipasteurisasi pada suhu 63° Celsius selama 30 menit.
- Pasteurisasi Flash: Jenis pasteurisasi ini menggunakan suhu tinggi selama 3 sampai 15 detik diikuti dengan pendinginan dan pengemasan, digunakan untuk kotak minuman dan cairan lain yang dapat disimpan dalam waktu lama tanpa pendinginan.
- Pasteurisasi Uap: Uap bertekanan digunakan untuk membunuh E. coli, Salmonella, dan Listeria pada bangkai daging sapi. Daging sapi yang terkena uap menghasilkan suhu permukaan sekitar 93° Celsius.
- Pasteurisasi Iradiasi: Paparan sinar gamma dapat mencegah pertumbuhan beberapa mikroba bawaan makanan dalam makanan seperti daging, rempah-rempah, dan hasil bumi.
- Ultrapasteurisasi: Memanaskan susu atau krim hingga 138° Celsius selama 2 detik dapat memperpanjang umur simpan susu yang didinginkan dari 60 menjadi 90 hari.
- Pasteurisasi Suhu Ultra-Tinggi: Memanaskan susu 138° hingga 150° Celsius selama 1 atau 2 detik diikuti dengan pengemasan dalam wadah kedap udara memungkinkan penyimpanan tanpa pendinginan hingga 90 hari.
Referensi:
American Academy of Pediatrics. Diakses pada 2020. Pasteurized Milk: Myths and Proven Facts.
Foreign Policy. Diakses pada 2020. The Facts and Myths of Pasteurized Milk.
Very Well Health. Diakses pada 2020. Pasteurization Processes and Myths About Pasteurized Milk.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan