Mitos dan Fakta Hamil Anak Kembar yang Perlu Diketahui
Halodoc, Jakarta – Dari zaman nenek moyang hingga kini, bisa dibilang manusia hidup berdampingan dengan mitos. Banyak yang percaya, banyak pula yang ragu, tetapi akhirnya mengamini karena takut yang dianggap dalam mitos ternyata benar. Hamil anak kembar pun tak lepas dari berbagai mitos. Nah, daripada percaya hal yang belum tentu benar, simak berbagai mitos dan fakta tentang hamil anak kembar berikut ini, yuk!
Mitos 1: Kalau Hamil Kembar Harus Banyak Konsumsi Asam Folat
Asam folat memang merupakan salah satu nutrisi terpenting yang dibutuhkan janin untuk bisa berkembang dalam kandungan. Karena terdapat 2 janin dalam kandungan, kebutuhan asam folat yang perlu dicukupi sang ibu tentu lebih banyak dari kehamilan tunggal.
Namun, bukan berarti “harus banyak”, melainkan harus cukup. Ibu dengan kehamilan kembar perlu mengonsumsi 1 miligram atau 1000 mikrogram (mcg) dalam sehari. Asupan asam folat ini dibutuhkan sejak awal kehamilan hingga waktu persalinan tiba.
Baca juga: Lucunya Punya Bayi Kembar, Perhatikan Ini Saat Hamil
Mitos 2: Kehamilan Kembar Mengurangi Risiko Morning Sickness
Faktanya, risiko terjadinya morning sickness pada ibu hamil anak kembar justru meningkat. Hal ini normal, dan terjadi karena adanya peningkatan hormon HCG yang kadarnya lebih tinggi pada kehamilan kembar. Tingginya kadar hormon itu dapat membuat ibu hamil kembar justru lebih sering mengalami morning sickness, ketimbang ibu dengan kehamilan tunggal.
Mitos 3: Ibu Hamil Kembar Tidak Bisa Melahirkan Normal
Faktanya, selama kepala bayi pertama berada di bawah, ibu hamil kembar sangat memungkinkan untuk melahirkan normal. Kemungkinan persalinan caesar biasanya terjadi jika ada malprestasi pada bayi pertama, seperti posisinya yang melintang atau sungsang. Risiko malprestasi ini biasanya lebih tinggi pada kehamilan kembar 1 kantung.
Komplikasi Hamil Kembar yang Sering Terjadi
Pada beberapa kasus, hamil anak kembar memang memiliki risiko yang lebih besar ketimbang kehamilan tunggal. Namun, risiko komplikasi sebenarnya dapat diantisipasi dengan banyak berkonsultasi dengan dokter kandungan, dari mulai merencanakan kehamilan, hingga waktu persalinan tiba.
Semakin mudah, kini konsultasi dengan dokter kandungan bisa dilakukan lewat aplikasi Halodoc, lho. Caranya, download aplikasi Halodoc di ponselmu, lalu gunakan berbagai fiturnya untuk bertanya pada dokter kandungan lewat chat seputar kehamilan, atau buat janji dengan dokter kandungan di rumah sakit, jika ingin melakukan pemeriksaan langsung.
Baca juga: 5 Tips Agar Memiliki Anak Kembar
Soal risiko komplikasi, berikut beberapa kondisi yang kerap terjadi pada kehamilan kembar:
1. Preeklamsia
Merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tingginya tekanan darah pada ibu hamil, adanya protein dalam urine setelah minggu ke-20 kehamilan, dan pembengkakan tiba-tiba pada beberapa bagian tubuh.
2. Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional merupakan jenis diabetes yang terjadi pada masa kehamilan, akibat tidak cukupnya jumlah insulin yang dihasilkan tubuh untuk mengatur kadar gula. Kondisi ini ditandai dengan adanya gula pada urine, sering haus, sering buang air kecil, mual, kelelahan, dan penglihatan kabur.
3. Anemia
Anemia merupakan kondisi yang umum terjadi pada ibu hamil, karena jumlah darah yang mengalami di dalam sistem tubuh selama kehamilan menjadi lebih banyak dan encer. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan karena dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur.
Baca juga: Tips Mempersiapkan Persalinan Bayi Kembar
4. Twin To Twin Transfusion Syndrome (TTTS)
TTTS merupakan kelainan yang kerap menimpa bayi kembar identik, karena mendapatkan suplai darah dari plasenta yang sama. Sindrom ini terjadi ketika salah satu bayi mendapat aliran darah berlebih, sedangkan bayi yang satunya mengalami kekurangan aliran darah.
Akibatnya, bayi yang mendapat aliran darah berlebih berisiko mengalami gangguan jantung. Sementara pada bayi yang kekurangan aliran darah dapat mengalami anemia dan berat badan lahir yang rendah. Pada beberapa kasus, kondisi ini dapat menyebabkan bayi mati dalam kandungan atau stillbirth.