Miss V Terasa Gatal dan Nyeri, Gejala Terkena Vaginosis Bakterialis
Halodoc, Jakarta – Di dalam Miss V, ada bakteri "baik" maupun "jahat" hidup yang hidup secara berdampingan. Jika keseimbangan halus terganggu bisa menyebabkan gangguan yang mengakibatkan infeksi yang disebut vaginosis bakteri.
Kamu mungkin tidak memiliki gejala dan tidak memerlukan perawatan. Namun, tidak menutup kemungkinan vaginosis bakterialis ini bisa menyebabkan masalah kesehatan lainnya, terutama ketika kamu sedang hamil atau mencoba hamil. Tak ketinggalan juga vaginosis bakterialis penyebab gatal.
Ada beberapa gejala yang umum dialami pengidap penyakit ini, seperti gatal, dan sensasi nyeri di area Miss V, ditemukan lembaran putih, abu-abu, atau hijau yang tipis di celana dalam, sensasi terbakar saat berkemih, serta bau amis yang semakin kuat setelah berhubungan intim.
Apa Penyebabnya?
Suatu jenis bakteri yang disebut lactobacillus membuat Miss V menjadi sedikit lebih asam, sehingga memicu penurunan jumlah bakteri yang tidak baik. Ketika Miss V dalam kondisi yang lebih asam akan membuat perkembangan bakteri yang tidak baik menjadi terganggu. Jika kadar lactobacillus turun, karena lebih banyak bakteri jahat yang masuk, sehingga kamu akan lebih berisiko mendapatkan vaginosis bakterialis.
Ada beberapa kondisi yang bisa memungkinkan seorang perempuan wanita bisa mendapatkan vaginosis bakterialis, seperti:
-
Merokok
-
Aktivitas seksual
-
Douching
Seringkali kamu berpikir dapat menjaga kebersihan area kewanitaan dengan cara douching atau mencuci Miss V dengan menyemprotkan ke dalam daerah kewanitaan bahan kimia. Padahal, kebiasaan ini senyatanya dapat merusak keseimbangan alami bakteri. Sabun beraroma, mandi busa, dan deodoran vagina memiliki efek yang kurang lebih sama.
Memiliki pasangan seks yang berganti-ganti juga dapat menaikkan risiko seseorang mengidap vaginosis bakterialis. Jika Anda tidak memiliki gejala dan tidak hamil, kamu mungkin tidak memerlukan perawatan. Bisa jadi vaginosis bakterialis ini bisa menghilang dengan sendirinya.
Namun ketika kamu memiliki gejala, dokter akan dapat meresepkan antibiotik untuk menyingkirkan infeksi tersebut. Ini bisa berupa tablet yang dikonsumsi secara langsung atau krim/gel yang kamu gunakan untuk Miss V. Umumnya durasi perawatan bisa 5—7 hari. Kamu harus menyelesaikan semua obat tersebut, bahkan jika gejalanya hilang. Jika kamu berhenti lebih awal, maka infeksi bisa datang kembali.
Oleh karena vaginosis bakterialis dapat menyebar melalui hubungan intim, hindari semua kontak seksual sampai kamu merasa lebih baik. Jika kamu menggunakan IUD dan vaginosis bakterialis terus datang kembali secara berulang, kamu mungkin perlu berbicara dengan dokter mengenai tentang jenis kontrol kelahiran yang berbeda.
Ketika setelah diobati vaginosis bakterialis datang kembali, kamu mungkin perlu minum antibiotik lagi untuk waktu yang lebih lama. Memiliki vaginosis bakterialis bisa membuat atau memudahkanmu untuk mendapatkan penyakit menular seks, seperti herpes, klamidia, ataupun kencing nanah. Jika kamu sudah memiliki HIV, akan meningkatkan peluang untuk memberikan vaginosis bakteriolis kepada pasangan.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai vaginosis bakterialis, komplikasi penyakit lain yang diakibatkannya serta bagaimana penanganan dan perawatannya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan