Menghirup Asap Rokok di Tempat Umum Tingkatkan Risiko Bronkitis
Halodoc, Jakarta - Bukan rahasia lagi kalau rokok telah menjadi biang keladi dari banyaknya keluhan medis. Mulai dari penyakit jantung, paru, gangguan pada janin, infertilitas, hingga darah tinggi. Mau tahu dampak yang ditimbulkan rokok tiap tahunnya? Menurut data dari WHO, setidaknya lebih dari 7 juta kematian terjadi akibat penyakit yang ditimbulkan asap rokok tiap tahunnya. Mirisnya, sekitar 890.000 kasus yang berujung kematian mesti dialami oleh perokok pasif.
Kata ahli, asap rokok tak menghilang begitu saja ketika dihembuskan. Asapnya bisa bertahan selama 2,5 jam di udara. Asap ini akan terus ada meski tak terdeteksi oleh indra pencium maupun indra penglihat. Bahkan, asapnya masih ada dalam jumlah besar meski orang tersebut telah berhenti merokok.
Nah, dari banyaknya rentetan masalah kesehatan karena asap rokok, penyakit bronkitis termasuk yang paling sering menyerang perokok. Tentunya, baik perokok aktif maupun pasif.
Mengiritasi Saluran Pernapasan
Bronkitis sendiri merupakan kondisi peradangan bronkus (dinding dalam saluran pernapasan utama) akibat infeksi, alergi, asap, dan sebagainya. Nah, bila saluran pernapasan ini mengalami iritasi, maka akan terbentuk lendir yang tebal di dalamnya. Kata ahli, kondisi ini bisa menyumbat sehingga menghalangi udara mencapai paru-paru. Makanya, tak heran bila gejala yang dapat terjadi bisa berupa batuk berdahak yang mengandung banyak lendir, kesulitan bernapas, dan dada terasa sesak.
Kata ahli, dari banyaknya hal yang bisa menyebabkan bronkitis, kebiasaan merokok merupakan yang paling sering jadi biang keladinya. Pasalnya, di setiap hisapan rokok amat berpotensi untuk merusak bulu-bulu kecil di dalam paru-paru (rambut silia).
Padahal, rambut silia ini punya peran untuk menghalau dan menyapu keluar debu, iritasi, dan mukosa atau lendir yang berlebihan. Namun yang bikin resah, zat yang terdapat dalam rokok bisa menimbulkan kerusakan permanen pada silia dan lapisan dinding bronkus. Imbasnya kotoran pun tak bisa dikeluarkan dan dibuang dengan normal. Alhasil, lendir dan kotoran akan menumpuk di dalam paru-paru. Nah, hal inilah yang nantinya bisa membuat sistem pernapasan jadi rentan terinfeksi.
Akut dan Kronis
Kata ahli, bila keadaan di atas berlangsung lebih dari tiga bulan, maka seseorang bisa dikatakan mengidap bronkitis kronis. Bronkitis jenis ini merupakan kondisi peradangan atau iritasi pada saluran pernapasan secara terus-menerus. Ingat, kondisi ini amat sering dijumpai oleh orang dewasa yang merokok. Kata ahli, kondisi ini bisa berlangsung selama beberapa bulan, bahkan tahun. Enggak cuma itu, kondisi ini pun bisa kambuh kembali pada tahun berikutnya.
Sedangkan bronkitis akut lain ceritanya. Menurut ahli masalah pernapasan ini sering terjadi pada anak balita. Bronkitis jenis ini biasanya hanya berlangsung singkat, kira-kira selama 2-3 minggu.
Tak Hanya Bronkitis
Ingat, kondisi-kondisi di atas merupakan hal yang bisa meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada sistem pernapasan. Itu belum seberapa, sebab menghirup asap rokok secara pasif juga bisa menimbulkan risiko kesehatan lainnya. Misalnya, terserang kanker paru-paru sebanyak 25 persen.
Enggak cuma itu aja, perokok pasif juga terancam terserang penyakit jantung koroner. Penyakit ini ujung-ujungnya bisa menyebabkan nyeri dada, serangan jantung, bahkan gagal jantung. Di samping itu, asap rokok yang terhirup perokok pasif juga bisa menyebabkan pengerasan arteri (aterosklerosis). Nah, kondisi ini nantinya bisa berujung pada penyempitan arteri dan menghalangi aliran darah.
Punya keluhan dengan sistem pernapasan? Kamu bisa lho bertanya langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Baca juga:
- Kenali Gangguan Pernapasan Bronkitis
- Ini 5 Gejala Bronkitis yang Jangan Diabaikan
- Sering Merokok Buat Produksi Lendir Meningkat
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan