Menghirup Asap Kebakaran Menjadi Risiko Keracunan Sianida
Halodoc, Jakarta - Asap yang muncul selama kebakaran mengandung berbagai bahan kimia yang bersifat mengiritasi, toksik, dan asfiksia bergantung pada benda yang terbakar. Bahan-bahan ini berupa asam klorida, amonia, karbon dioksida, karbon monoksida, hidrogen sulfida, dan hidrogen sianida.
Data dari United States Fire Administration (USFA) menunjukkan asap adalah penyebab terjadinya sebanyak 80 persen angka kematian akibat kebakaran. Hidrogen sianida yang terkandung dalam asap kebakaran memainkan peran yang besar dalam mengakibatkan cedera hingga kematian karena keracunan sianida.
Asap yang dihasilkan dari kebakaran struktural dari produk yang tersusun dari karbon dan nitrogen mengandung berbagai konsentrasi hidrogen sianida. Produk komersial yang terbuat dari bahan seperti wol, kertas, kapas, sutra, dan plastik menghasilkan hidrogen sianida ketika terbakar.
Hidrogen sianida terbentuk ketika serat alami, seperti wol dan sutra, polimer sintetik (seperti poliuretan dan nilon) tidak sepenuhnya terbakar. Bahan-bahan ini digunakan dalam proses insulasi, penutup lantai, dan bahan konstruksi serta perabotan pada bangunan.
Baca juga: Ini Gejala Saat Tubuh Keracunan Sianida
Mekanisme Keracunan Sianida karena Asap Kebakaran
Secara sederhana, ini mekanisme bagaimana tubuh mengalami keracunan sianida akibat dari terlalu banyak paparan asap kebakaran yang masuk:
Kesamaan antara karbon monoksida (CO) dan sianida (CN) adalah kemampuannya untuk mengikat ion besi. Ketika CO merusak kemampuan oksigen untuk mentransfer oksigen, CN akan berikatan dengan eritrosit, meski tidak memengaruhi transfer oksigen. Baik Co maupun CN memengaruhi mitokondria dengan mengikat enzim cytochrome-c oxidase a, a3 (CCO), dan terminal kompleks enzim rantai pernapasan pada kompleks IV.
Efek utama dari CN adalah memblokir rantai respirasi mitokondria dan pembentukan intraseluler adenosin trifosfat (ATP). Hasilnya adalah hipoksia sitotoksik yang disebabkan oleh penghambatan CCO karena afinitas tinggi CN terhadap enzim heme a3. Kemudian, akan terjadi perubahan struktural dan berkurangnya aktivitas enzim serta peningkatan produksi laktat yang mengakibatkan asidosis metabolik.
Baca juga: Ini Alasan Keracunan Sianida Bisa Mematikan
Kandungan Kimia Hidrogen Sianida (CN)
Hidrogen sianida, dikenal sebagai asam hidrosianat adalah gas atau cairan yang tidak berwarna dengan bau samar seperti almond. Selain menjadi bahan kimia industri, hidrogen sianida dikategorikan sebagai agen darah karena memasuki aliran darah dan mencegah pemanfaatan oksigen intraseluler. Kondisi ini mengakibatkan sesak napas kimia dengan adanya oksigen yang cukup.
United States Department of Transportation (DOT) mengklasifikasikan hidrogen sianida sebagai racun tingkat 6.1, sementara The National Fire Protection Association (NFPA) mencantumkan sebanyak 704 sistem penunjukan hidrogen sianida untuk kesehatan adalah tingkat 4 (empat), mudah bereaksi tingkat (2) dan mudah terbakar tingkat 4 (empat).
Hidrogen sianida diserap ke dalam tubuh dan menyebabkan keracunan sianida melalui inhalasi, melalui kulit, dan menelan. Organ yang paling rentan terhadap sianida adalah sistem saraf pusat dan jantung. Dosis fatal minimum adalah sekitar 50 miligram untuk dewasa.
Baca juga: Ini Profesi yang Berpotensi Menyebabkan Keracunan Sianida
Diagnosis toksisitas sianida akut terutama didasarkan pada kondisi klinis, berdasarkan onset cepat sistem saraf pusat dan kolaps kardiorespirasi. Kehadiran jelaga di mulut, sekitar hidung, dan tingkat kesadaran yang mengalami perubahan menunjukkan kemungkinan tinggi keracunan sianida. Sementara gejalanya bervariasi, dengan tanda awal pernapasan cepat, pusing, lemas, mual, iritasi mata, dan detak jantung cepat.
Jadi, sebisa mungkin menjauh dari area kebakaran agar tidak terpapar asap yang bisa memicu terjadi keracunan sianida pada tubuh. Selalu gunakan masker, dan jika kamu sudah merasa pusing, segera beranjak dan carilah tempat lengang yang banyak udara segar. Kamu bisa bertanya pada dokter mengenai cara penanganan keracunan sianida melalui aplikasi Halodoc. Jadi, download aplikasi Halodoc sekarang!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan