Mengenal Mikrosefali, Gangguan Kepala Bayi yang Perlu Diketahui
Halodoc, Jakarta – Mikrosefali adalah kelainan yang membuat kepala bayi berukuran lebih kecil dibanding normal. Kondisi ini bisa terjadi sejak bayi lahir, tapi dapat terjadi seiring masa pertumbuhannya. Apabila terjadi sejak lahir, mikrosefali disebabkan oleh perkembangan otak janin yang tidak sempurna. Lantas, adakah dampak mikrosefali pada tumbuh kembang bayi? Ketahui informasi selengkapnya di sini.
Mikrosefali Termasuk Kejadian Langka
Hanya 2 dari 10.000 bayi lahir hidup yang mengidap mikrosefali. Itu sebabnya mikrosefali disebut kelainan bawaan lahir yang langka. Meski begitu, mikrosefali tetap perlu diwaspadai dengan rutin cek USG kehamilan. Semakin dini mikrosefali terdeteksi, semakin efektif upaya penanganan medis yang dilakukan.
Baca Juga: Cara Bersihkan Kulit Kepala Bayi dari Kerak
Mikrosefali tidak hanya membuat ukuran kepala bayi kecil, tapi juga menimbulkan gejala lain. Antara lain bayi rewel, kejang, gangguan tumbuh kembang, hiperaktif, sulit menelan, serta gangguan penglihatan, berbicara, keseimbangan tubuh, pendengaran, dan mental.
Penyebab Mikrosefali Belum Diketahui Secara Pasti
Mikrosefali diduga terjadi akibat mutasi genetik pada janin. Selain itu, ada beberapa faktor yang berpotensi menyebabkan mikrosefali, di antaranya adalah:
-
Cedera otak. Misalnya, trauma otak karena kekurangan oksigen yang terjadi sebelum atau saat kelahiran.
-
Infeksi saat hamil. Misalnya, toksoplasmosis, herpes, rubella, sifilis, HIV/AIDS, atau infeksi parasit akibat mengonsumsi daging yang belum matang.
-
Paparan zat berbahaya, seperti logam, rokok, dan radiasi zat kimia.
-
Malnutrisi akibat kurangnya asupan bergizi saat hamil.
-
Kurangnya aliran darah ke otak janin pada fase perkembangannya.
Mikrosefali Bisa Dideteksi Saat Hamil dan Setelah Kelahiran
1. Diagnosis Mikrosefali Saat Hamil
USG kehamilan bisa digunakan untuk deteksi dini mikrosefali, terutama pada trimester ke-2 atau awal trimester ke-3 kehamilan. Maka itu, ibu perlu rutin melakukan USG kehamilan setidaknya sebanyak empat kali, yakni satu kali pada trimester ke-1, satu kali pada trimester ke-2, dan dua kali pada trimester ke-3.
2. Diagnosis Mikrosefali Setelah Kelahiran
Deteksi mikrosefali setelah kelahiran dilakukan dengan mengukur lingkar kepala bayi. Hasil pengukuran nantinya dibandingkan dengan ukuran kepala bayi normal pada kelompok usia dan jenis kelamin yang sama.
Pengukuran lingkar kepala bayi dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam setelah kelahiran. Jika dicurigai mengidap mikrosefali, dokter akan menetapkan diagnosis lewat tes MRI, CT scan, tes darah, tes urine, atau foto rontgen.
Pengobatan Bukan untuk Mengembalikan Ukuran Kepala Bayi
Tujuan pengobatan hanya untuk membantu perkembangan fisik dan perilaku pengidap mikrosefali. Antara lain dengan terapi fisik, terapi bicara, dan pemberian obat - obatan. Mikrosefali juga bisa dicegah dengan rutin menjaga kebersihan tangan, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menggunakan losion anti nyamuk, menjauhkan diri dari paparan zat berbahaya, serta tidak konsumsi alkohol saat hamil.
Baca Juga: Ingin Tahu Bagaimana Perkembangan Janin Setiap Trimester?
Kalau ibu punya keluhan kehamilan, segera bicara pada dokter Halodoc untuk mencari tahu penyebabnya. Gangguan kehamilan bukan hanya membahayakan ibu, tapi juga berpengaruh pada tumbuh kembang janin dalam kandungan. Ibu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan