Awas, Limfogranuloma Venereum Muncul Bersama IMS
Halodoc, Jakarta - Limfogranuloma venereum merupakan penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis yang dapat ditularkan melalui hubungan seks vaginal, oral, ataupun anal. Namun, saat ini banyak kasus limfogranuloma venereum semakin marak terjadi pada pria yang berhubungan seks sesama jenisnya. Seperti penyakit menular seksual pada umumnya, limfogranuloma venereum dapat menyebabkan bisul dan bisa menjadi penularan HIV pula.
Penyakit kelamin ini juga dapat muncul bersamaan dengan infeksi menular seksual lainnya, contohnya pada pengidap HIV. Infeksi yang disebabkan oleh limfogranuloma venereum terbagi atas tiga tahap, yakni:
Baca Juga: 4 Penyakit Menular Seksual yang Masih Bisa Sembuh
1. Tahap 1
Tahap satu dimulai setelah masa inkubasi sekitar 3 hari. Pada tahap ini, muncul lesi kulit pada pengidap limfogranuloma venereum. Kondisi ini menyebabkan kulit di atasnya rusak (borok) tetapi masih bisa sembuh dengan sangat cepat, sehingga tidak terlihat.
2. Tahap 2
Tahap kedua biasanya dimulai setelah sekitar 2–4 minggu. Pada pengidap laki-laki, kelenjar getah bening inguinalis pada satu atau kedua sisi mulai membesar dan membentuk bubo, yakni pembengkakan yang menyakitkan di paha, leher, pangkal paha atau ketiak. Bubo menempel pada jaringan yang lebih dalam, sehingga menyebabkan kulit di atasnya meradang. Terkadang, munculnya bubo juga disertai dengan demam dan malaise.
Pada pengidap wanita mungkin akan mengalami sakit punggung atau nyeri panggul. Lesi juga mungkin muncul pada serviks atau Miss V bagian atas. Kondisi ini dapat mengakibatkan pembesaran dan peradangan pada kelenjar getah bening perirectal dan pelvis yang lebih dalam. Saluran sinus juga bisa mengering dan mengeluarkan nanah atau darah.
3. Tahap 3
Pada tahap ketiga, lesi biasanya mulai sembuh yang kemudian menjadi jaringan parut, Meski lesi telah sembuh, saluran sinus biasanya masih mengering atau mengeluarkan nanah. Apabila infeksi tidak diobati, makan peradangan akan terjadi terus-menerus yang berisiko menghalangi pembuluh limfatik, sehingga menyebabkan pembengkakan dan luka pada kulit.
Biasanya, individu yang suka melakukan seks anal mungkin akan mengalami proktitis berat atau proktokolitis dengan pengeluaran cairan dubur bernanah berdarah selama tahap pertama. Pada tahap kronis, kolitis yang mengacu pada penyakit Crohn dapat menyebabkan tenesmus dan striktur di rektum atau nyeri akibat radang kelenjar getah bening panggul.
Baca Juga: Mitos dan Fakta Unik Penyakit Menular Seksual
Gejala Limfogranuloma Venereum
Pada tahap awal, lesi yang ditimbulkan oleh penyakit limfogranuloma venereum adalah lesi genital atau rektal kecil yang bisa berkembang menjadi ulserasi, yakni lesi berbentuk seperti kawah pada kulit atau mukosa mulut. Biasanya, periode inkubasi ulserasi di tempat penularan dapat memakan waktu sekitar 3–30 hari. Luka mungkin tetap tidak terdeteksi di dalam uretra, vagina, atau dubur.
Dalam beberapa kasus limfogranuloma venereum, banyak yang keliru menganggap tanda dan gejala yang berhubungan dengan infeksi rektal disebabkan oleh kolitis ulserativa. Sebab, infeksi limfogranuloma venereum masih dianggap langka, sehingga identifikasinya tidak selalu jelas.
Pengobatan Limfogranuloma Venereum
Fokus utama perawatan limfogranuloma venereum adalah drainase bubo untuk mengurangi gejalanya. Bubo dapat dikeringkan dengan jarum atau pembedahan, tetapi kebanyakan pengidap bisa segera pulih hanya dengan antibiotik. Bubo dan saluran sinus mungkin memerlukan pembedahan, tetapi striktur dubur berisiko mengalami pelebaran. Pembengkakan jaringan yang rusak pada tahap-tahap selanjutnya mungkin tidak akan sembuh meskipun sudah dihilangkan bakteri.
Contoh obat yang biasanya diresepkan adalah doxycycline, eritromisin, atau tetrasiklin. Masing-masing obat tersebut perlu dikonsumsi secara teratur selama selama 21 hari. Jika ada individu yang melakukan kontak seksual dengan pengidap limfogranuloma venereum selama 60 hari sebelum gejala pengidap tersebut dimulai, individu tersebut juga harus diperiksa dan diuji guna mendeteksi apakah ada infeksi klamidia pada uretra, serviks, atau dubur tergantung pada lokasi pajanan.
Baca Juga: Sudah Diobati, Bisakah Chlamydia Kambuh Kembali?
Kalau kamu merasa mengalami gejala yang mirip seperti yang sudah dijelaskan diatas, jangan malu tanya ke dokter Halodoc untuk memastikannya. Klik Talk to A Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!