Lebih Berbahaya dari Morfin, Ini Efek Daun Kratom

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   17 Oktober 2019
Lebih Berbahaya dari Morfin, Ini Efek Daun KratomLebih Berbahaya dari Morfin, Ini Efek Daun Kratom

Halodoc, Jakarta - Sejak zaman dulu, Indonesia dikenal luas sebagai penghasil rempah dan berbagai tanaman budidaya lainnya yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Tidak hanya itu, tanaman-tanaman herbal khas Indonesia ini memiliki manfaat kesehatan yang cukup tinggi, mulai dari untuk menyembuhkan penyakit, mencegah kanker, dan memelihara kesehatan seseorang. Salah satu jenis tumbuhan yang belakangan banyak dibicarakan adalah tumbuhan daun kratom. 

Daun kratom sebenarnya tidak hanya ditemukan di Indonesia, tanaman dengan nama ilmiah Mitragyna speciosa ini juga dapat ditemukan di Thailand, Myanmar, Malaysia, dan Asia Selatan. Meskipun dikenal memiliki manfaat, tetapi belakangan Healthline menyatakan bahwa tanaman ini belum disetujui penggunaannya secara medis. Kira-kira apa alasannya? Mari simak jawabannya melalui uraian di bawah ini!

Baca juga: Mulai Dilirik untuk Pengobatan, Apakah Herbal Aman? 

Mengenal Lebih Jauh Daun Kratom

Di Indonesia, daun kratom berasal dari pohon cemara tropis di keluarga kopi yang tumbuh dengan subur di Kalimantan. Tidak hanya dapat dijadikan sebagai stimulan dan obat penenang, beberapa orang meyakini bahwa tanaman ini efektif untuk mengatasi sakit kronis, masalah pencernaan, dan sebagai obat untuk menghilangkan ketergantungan opium. 

Meski dikenal banyak manfaat, di Indonesia tanaman obat ini masuk dalam kategori psikotropika golongan satu, seperti halnya heroin dan kokain. Mereka yang terbukti menyalahgunakannya menjadi narkoba mendapatkan hukuman penjara maksimal 20 tahun. 

Badan Narkotika Nasional (BNN) belakangan dilaporkan tengah mengajukan tanaman ini ke Kementerian Kesehatan untuk menaikkan klasifikasinya sebagai narkoba golongan satu. Hal ini karena ternyata kratom lebih berbahaya dari yang dikira. Ia sepuluh kali lipat lebih berbahaya dibandingkan kokain atau marijuana. 

Melansir South China Morning Post pada 10 Oktober 2019, Badan Pengawasan Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat mendapatkan laporan bahwa lebih dari 130 orang meninggal setiap hari akibat overdosis opioid. Salah satu kasusnya pernah terjadi di Florida, yang mana seorang perawat ditangkap karena pasiennya meninggal di mobilnya. Saat diinvestigasi, ditemukan pasien tersebut tertidur setelah mengonsumsi dua bungkus bubuk kratom.

Baca juga: Perlu Tahu, Ini Prosedur Uji Klinik Obat Herbal

Mengapa Kratom Dianggap Lebih Berbahaya dari Morfin?

Jika digunakan dalam takaran yang rendah, kratom bekerja seperti stimulan. Orang yang telah menggunakan kratom dengan dosis rendah mengaku merasa lebih berenergi, lebih waspada, dan lebih mudah bersosialisasi. Sementara pada dosis yang lebih tinggi, kratom bermanfaat untuk sebagai obat penenang, ia menghasilkan efek euforia, emosi yang menumpuk, serta sensasi tertentu. 

Di dalam kratom terkandung alkaloid mitragynine dan 7-hydroxymitragynine, yang terbukti bahwa jenis alkaloid ini memiliki efek analgesik (menghilangkan rasa sakit), anti-inflamasi, atau relaksasi otot. 

Menurut Pusat Pemantauan Obat dan Kecanduan Narkoba Eropa (EMCDDA), kratom dengan dosis kecil menghasilkan efek stimulan yang biasanya terjadi 10 menit setelah pemakaian dan dapat bertahan hingga 1,5 jam. Sementara Adhi Prawoto selaku sekretaris BNN menyatakan bahwa penggunaan kratom dalam jumlah kecil bersifat stimulan atau sama seperti kokain, namun penggunaan jenis besar bersifat opioid atau sama seperti morfin heroin. Oleh karena itu, BNN terus mendorong pemerintah untuk melarang peredaran tanaman kratom. 

Adapun penelitian mengenai kandungan dan manfaat daun kratom sendiri belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, kratom belum secara resmi direkomendasikan untuk penggunaan medis. Studi mendalam penting untuk dilakukan demi pengembangan pengobatan. Studi pada kratom ini meliputi identifikasi efek berbahaya dan interaksi berbahaya dengan obat lain, serta mengidentifikasi dosis yang efektif agar tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya.

Baca juga: Waspada, Kecanduan Narkoba Berdampak pada Fungsi Otak

Jika kamu masih membutuhkan informasi lebih jauh mengenai kratom atau jenis tanaman obat lainnya, kamu bisa chat dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Dokter akan selalu siaga menjawab pertanyaan dan memberikan saran kesehatan yang sesuai dengan kondisi kesehatanmu.

Referensi:
Live Science. Diakses pada 2019. 5 Things to Know About Kratom.
Healthline. Diakses pada 2019. Is Kratom Safe?
Web MD. Diakses pada 2019. What is Kratom?