Kids Zaman Now Lebih Cepat Botak, Apa yang Salah?
Halodoc, Jakarta – Rambut rontok dan kebotakan sering diidentikkan dengan bertambahnya usia. Kondisi ini sering ditemukan terjadi pada orang yang sudah memasuki usia 40 tahun ke atas. Namun, belakangan ini, kondisi ini sudah mulai mengancam anak-anak muda alias kids zaman now. Bahkan, baru-baru ini telah ada penelitian yang menemukan rambut rontok dan kebotakan sudah mulai menyerang anak muda yang masih berusia 20 tahun. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Sejumlah ahli meyakini bahwa kerontokan yang terjadi di usia muda ternyata sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis, yaitu stres yang berkepanjangan. Pasalnya, tingkat stres yang tinggi disebut dapat memicu perubahan hormon yang mendorong sejumlah besar folikel rambut "mati". Seiring berjalannya waktu, gangguan pada folikel ini akan menyebabkan rambut mulai rontok dan berujung pada kebotakan di kepala.
Karena alasan tertentu, anak-anak muda saat ini disebut lebih rentan mengalami stres dan tekanan. Nah, hal itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya kerontokan rambut, bahkan jauh sebelum waktunya. Pada pria dan wanita muda, rambut rontok biasanya juga bisa terjadi karena adanya perubahan hormonal, penyakit tertentu, hingga kelainan tiroid. Namun, yang cukup mengejutkan ternyata rambut rontok juga bisa terjadi karena pola diet tertentu yang sedang dijalani.
Apalagi, saat ini semakin banyak tren diet yang menyasar generasi zaman now. Sebab, reaksi tubuh setiap orang berbeda terhadap makanan tertentu. Selain itu, salah satu efek samping yang mungkin muncul dari diet adalah rusaknya kesehatan rambut dan berakhir dengan kebotakan. Contohnya, saat seseorang kurang mengonsumsi protein, bisa berdampak pada kekurangan seng, vitamin D, dan nutrisi lainnya yang berdampak buruk terhadap proses pertumbuhan rambut.
Bagaimana Stres Mengganggu Kesehatan Rambut?
Stres memiliki caranya sendiri dalam mengganggu dan merusak kesehatan rambut seseorang. Yaitu, dengan cara mengganggu proses pertumbuhan rambut sehingga rambut tumbuh sebelum waktunya. Sayangnya, kondisi ini malah bisa memicu kerontokan menjadi lebih banyak dan sulit untuk dikontrol. Siklus hidup pertumbuhan rambut juga akan mengalami perubahan.
Sebuah penelitian yang melibatkan monyet telah dilakukan untuk menilai risiko kerontokan rambut. Ditemukan dalam penelitian bahwa ada hubungan antara tingginya hormon kortisol alias hormon stres dengan kerontokan bulu. Sementara, studi yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA) menemukan bahwa usia muda juga memiliki faktor risiko yang cukup besar untuk mengalami kebotakan.
Hal ini berkaitan dengan perasaan sendirian dan kesepian yang sering dialami anak-anak muda. Mereka juga terlihat memiliki lebih banyak kesulitan untuk berhasil mengatasi masalah dan tekanan yang dialami. Selain karena stres, ternyata rambut rontok juga bisa terjadi karena perawatan rambut masa kini yang semakin beragam. Salah satunya adalah kebiasaan mengganti warna rambut menggunakan pewarna dan pemutih rambut alias bleaching. Faktanya, bleaching rambut secara berlebihan bisa menyebabkan rambut rusak.
(Baca juga: Cara Mengobati Rambut Rontok Secara Alami)
Selain itu, rambut rontok juga bisa terjadi karena beberapa alasan lain, salah satunya adalah alopecia areata. Kondisi ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang folikel rambut dan semakin diperparah dengan stres. Kebotakan juga bisa terjadi karena gangguan trichotillomania, di mana orang yang stres suka menarik-narik rambutnya sehingga memicu kerontokan.
Punya masalah kesehatan dan butuh saran dokter? Pakai aplikasi Halodoc saja! Hubungi dokter lewat Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan rekomendasi beli obat supaya lebih cepat sembuh. Yuk, download sekarang di App Store dan Google Play.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan