Ketahui Perbedaan Beri-Beri Kering dan Beri-Beri Basah
Halodoc, Jakarta – Penyakit beri-beri terjadi karena tubuh kekurangan asupan vitamin B1 atau tiamin pirofosfat. Padahal, tiamin pirofosfat memiliki fungsi sebagai koenzim pembentukan glukosa dan digunakan dalam jalur metabolisme lainnya. Vitamin B1 alias tiamin memiliki peran yang penting dalam membantu mengubah makanan menjadi sumber energi, serta dalam menjaga fungsi jaringan tubuh.
Penyakit ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu beri-beri kering dan beri-beri basah. Keduanya sama-sama terjadi karena defisiensi vitamin B1. Namun, baik beri-beri kering dan beri-beri basah memiliki gejala yang berbeda. Biar lebih jelas, simak perbedaan pada kedua jenis penyakit tersebut!
Beri-Beri Kering
Jenis penyakit yang satu ini umumnya terjadi pada orang yang jarang berolahraga dan kurang mengonsumsi kalori. Hal tersebut akhirnya menyebabkan sistem saraf terganggu. Beri-beri kering terjadi karena adanya masalah pada gerakan motorik, sensorik, dan gangguan refleks terutama pada otot bagian bawah tubuh.
Beri-beri kering yang bersifat parah bisa menyebabkan munculnya sindrom Wernicke- Korsakoff. Kondisi ini bisa memicu gejala berupa mual dan muntah, tremor kecil pada mata, penurunan fungsi penglihatan, demam, penyakit yang mengganggu saraf motorik, serta kerusakan mental secara progresi. Kabar buruknya, tidak banyak orang yang bisa sembuh atau pulih dari kondisi ini, apalagi jika sudah mencapai tahap kritis.
Baca juga: Ketahui Lebih Jauh Dampak Penyakit Beri-Beri pada Kehamilan
Ada beberapa gejala yang sering muncul sebagai tanda penyakit beri-beri kering, yaitu kesulitan berjalan, nyeri hingga kehilangan fungsi otot tubuh, mati rasa, kelumpuhan tungkai bagian bawah, kesulitan berbicara, hingga mual. Pengidap penyakit ini juga sering merasa linglung serta muncul tremor atau kejang pada mata.
Beri-Beri Basah
Berbeda dengan beri-beri kering, penyakit beri-beri basah umumnya menyerang organ jantung. Pada dasarnya, penyakit ini dibagi ke dalam 3 tahap yang saling berkaitan, yaitu potensi edema, cedera otot jantung, sampai pada akhirnya penyakit beri-beri kardiovaskular akut alias shoshin beri-beri. Gejala yang mungkin dialami pengidap beri-beri basah adalah napas pendek, kesulitan bernapas saat tidur, denyut jantung yang meningkat, serta pembengkakan di tungkai bagian bawah.
Beri-beri basah bisa menyebabkan edema, karena peningkatan aktivitas jantung yang kemudian mengakibatkan retensi garam dan air pada ginjal. Jika tidak ditangani, kondisi ini berpotensi menyebabkan retensi cairan di seluruh tubuh alias edema. Jika sudah begitu, pengobatan sebaiknya segera dilakukan.
Baca juga: Jangan Sembarangan, Ini 4 Tips Beri Suplemen untuk Anak
Edema yang didiamkan akan mengakibatkan jantung bekerja ekstra keras untuk memasok cairan dan oksigen yang dibutuhkan organ tubuh lain. Hal ini bisa mengakibatkan otot jantung mengalami cedera dan memicu gejala seperti gangguan denyut jantung, hipertensi, serta nyeri dada. Jika tidak ditangani, cedera ini bisa berubah menjadi kerusakan yang lebih parah. Pada tingkat yang lebih parah, kondisi ini bisa menyebabkan gagal jantung hingga kematian mendadak dalam hitungan jam atau hari.
Ada beberapa kebiasaan yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami beri-beri, di antaranya adalah kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol, serta kurang asupan vitamin B1 dari makanan yang dikonsumsi. Selain itu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit ini, mulai dari kelainan genetik, menjalani cuci darah, mengidap AIDS, mengonsumsi obat diuretik dalam jangka panjang, serta baru mengalami penurunan berat badan bagi pengidap obesitas.
Baca juga: Mengapa Pecandu Alkohol Berisiko Terkena Penyakit Beri-Beri?
Selain dari makanan yang dikonsumsi, asupan vitamin B1 atau tiamin juga bisa didapat dari suplemen tambahan. Kalau sudah punya resep suplemen dari dokter, beli di aplikasi Halodoc saja! Selain lebih mudah, kamu juga bisa sekalian belanja produk kesehatan lain hanya dalam satu aplikasi. Pesanan akan dikirim ke rumah dalam waktu satu jam dan gratis ongkos kirim, lho. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan