Ketahui Penanganan Pneumotoraks Berdasar Tingkat Keparahannya
Halodoc, Jakarta – Selain paru-paru basah atau pneumonia, penyakit paru-paru lainnya yang juga cukup umum terjadi adalah pneumotoraks. Penyakit ini terjadi karena adanya udara yang berkumpul pada rongga pleura, yaitu rongga tipis yang di antara paru-paru dan dinding dada. Kumpulan udara tersebut bisa menekan paru-paru dan membuat organ tersebut akhirnya jadi mengempis atau kolaps. Bila tidak segera diobati, pneumotoraks bisa membahayakan nyawa. Karena itu, ketahui penanganan pneumotoraks di sini.
Mengenal Dua Jenis Pneumotoraks
Pneumotoraks dibagi menjadi dua jenis, yaitu pneumotoraks primer dan sekunder. Pneumotoraks primer adalah jenis pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba pada orang yang sehat tanpa didahului oleh penyakit paru-paru. Sebaliknya, bila pneumotoraks terjadi akibat komplikasi dari penyakit paru-paru, kondisi ini disebut juga pneumotoraks sekunder.
Berdasarkan penyebabnya, pneumotoraks juga bisa dibagi menjadi pneumotoraks trauma yang disebabkan oleh cedera pada dinding paru-paru atau dada, dan pneumotoraks nontrauma yang terjadi secara tiba-tiba tanpa didahului cedera.
Semua jenis pneumotoraks di atas merupakan kondisi gawat darurat yang perlu ditangani segera karena dapat membahayakan nyawa, apalagi bila terjadi tension pneumotoraks. Tension pneumotoraks adalah kondisi di mana udara yang berkumpul di rongga pleura tidak bisa keluar, namun udara dari dinding dada dan paru-paru terus masuk ke rongga tersebut. Akibatnya, kumpulan udara tersebut akan menekan bukan hanya paru-paru, namun juga jantung.
Baca juga: Ketahui 6 Penyebab Sakit Paru-Paru Sebelah Kiri
Penyebab Pneumotoraks
Udara yang masuk ke rongga pleura, sehingga menyebabkan pneumotoraks terjadi akibat adanya celah yang terbentuk karena cedera pada dinding dada atau robekan pada jaringan paru-paru. Kondisi ini bisa terjadi pada orang yang sehat maupun pada orang yang sudah memiliki penyakit paru-paru sebelumnya. Berikut beberapa jenis penyebab pneumotoraks serta faktor risiko di balik kondisi ini:
- Cedera pada dada, misalnya karena luka tembak atau tulang rusuk yang patah.
- Penyakit paru-paru yang bisa menyebabkan rusaknya jaringan paru-paru, seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), infeksi paru-paru, atau cystic fibrosis.
- Pecahnya kavitas pada paru-paru. Kavitas adalah kantung tidak normal yang terbentuk di dalam paru-paru akibat infeksi (misalnya, tuberkulosis) atau tumor. Bila kavitas pecah, maka ini bisa menyebabkan pneumotoraks.
- Penggunaan alat bantu pernapasan atau ventilator. Menggunakan ventilator dapat membuat tekanan udara dalam paru-paru meningkat dan menyebabkan kantung udara di paru-paru (alveolus) robek.
Selain itu, orang-orang yang merokok atau pernah mengalami pneumotoraks sebelumnya juga berisiko tinggi mengalami pneumotoraks. Kebanyakan pengidap pneumotoraks berjenis kelamin pria dan orang-orang yang berusia 20 sampai 40 tahun.
Baca juga: Waspadai Komplikasi Akibat Tuberkulosis
Penanganan Pneumotoraks
Ada dua tujuan utama penanganan pneumotoraks, yaitu untuk mengurangi tekanan pada paru-paru, sehingga organ ini bisa mengembang guna mencegah kambuhnya penyakit ini. Tindakan penanganan pneumotoraks juga ditentukan berdasarkan tingkat keparahan kondisi yang dialami pengidap.
Untuk pneumotoraks yang masih tergolong ringan, yaitu hanya sebagian kecil paru-paru yang kolaps dan tanpa gangguan pernapasan yang berat, maka dokter paru akan memantau kondisi pengidap secara seksama selama 1–2 minggu. Dokter akan memerhatikan perkembangan kondisi pengidap melalui foto rontgen yang perlu dilakukan pengidap secara berkala sampai bentuk paru-paru pulih. Bila pengidap mengalami kesulitan bernapas atau kadar oksigen dalam tubuhnya menurun, dokter akan memberikan oksigen melalui masker oksigen.
Baca juga: 5 Fakta tentang Rontgen Paru-Paru yang Perlu Diketahui
Sedangkan bila kolaps paru-paru yang dialami sudah meluas, maka perlu melakukan tindakan untuk mengeluarkan timbunan udara. Caranya, dokter akan menggunakan jarum untuk membantu memasukkan selang ke rongga dada melalui sela antara tulang iga agar tekanan udara dapat berkurang dan bentuk paru-paru kembali seperti semula.
Pilihan penanganan pneumotoraks lainnya yang bisa dilakukan adalah operasi. Prosedur ini biasanya disarankan bila metode penanganan lainnya tidak berhasil mengatasi pneumotoraks atau penyakit tersebut kambuh kembali. Melalui operasi, bagian paru-paru yang pecah bisa diperbaiki dan ditutup kembali. Selain itu, dokter juga bisa melakukan pleurodesis, terutama bila pneumotoraks sudah pernah terjadi sebelumnya. Prosedur ini dilakukan dengan cara mengiritasi pleura, sehingga kedua pleura menempel dan rongga pleura menutup. Dengan demikian, udara tidak bisa masuk lagi ke rongga pleura.
Itulah berbagai metode penanganan pneumotoraks berdasarkan tingkat keparahannya. Bila kamu ingin mengetahui penyakit ini lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya ke dokter lewat aplikasi Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan