Ketahui Bell’s Palsy, Serangan Kelumpuhan Mendadak
“Bell's palsy dapat membuat otot-otot wajah lumpuh atau melemah untuk sementara dan pada beberapa kasus, juga bisa membuat mata tidak bisa tertutup. Penyakit ini umumnya terjadi akibat infeksi virus, dan bisa sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.”
Halodoc, Jakarta - Mengalami kelumpuhan sementara pada otot-otot wajah? Bisa jadi itu gejala dari Bell’s palsy. Penyakit ini umumnya terjadi akibat kondisi lain, seperti infeksi virus, yang menyebabkan peradangan dan pembengkakan saraf kranial ketujuh (saraf yang mengontrol otot-otot wajah).
Ketika mengalami Bell's palsy, wajah jadi terkulai di satu sisi atau, keduanya pada kasus yang jarang. Kondisi ini biasanya berlangsung beberapa bulan dan hilang tanpa pengobatan. Ingin tahu lebih lanjut? Yuk simak pembahasannya berikut ini!
Berbagai Hal yang Jadi Penyebab Bell’s Palsy
Berbagai virus dapat memicu Bell's palsy. Kondisi ini terjadi ketika pembengkakan atau peradangan sementara memberi tekanan pada saraf yang mengontrol otot-otot wajah.
Tekanan ini merusak fungsi saraf, sehingga pengidapnya sulit mengontrol otot atau ekspresi wajah. Saat peradangan mereda, saraf mulai berfungsi kembali. Mungkin perlu beberapa bulan sampai gejalanya hilang.
Bell's palsy dapat terjadi pada siapa saja, baik pria atau wanita. Namun, kondisi ini biasanya terjadi pada orang berusia antara 15 dan 60 tahun. Kamu mungkin lebih rentan terhadap Bell's palsy jika sedang hamil atau memiliki:
- Penyakit autoimun.
- Diabetes.
- Riwayat keluarga Bell's palsy.
- Tekanan darah tinggi (hipertensi).
- Mononukleosis (virus Epstein-Barr).
- Herpes zoster (virus herpes zoster).
Kenali Gejalanya
Gejala Bell's palsy cenderung datang tiba-tiba dan mencapai tingkat keparahan puncak dalam waktu 48 hingga 72 jam. Beberapa orang mengalami gejala ringan, dan yang lainnya bisa mengalami kelumpuhan total. Gejala biasanya mulai membaik secara bertahap dalam tiga minggu.
Selain wajah yang terkulai, gejala Bell's palsy lainnya yang perlu dikenali adalah:
- Kesulitan berbicara, makan atau minum.
- Berliur.
- Mata kering.
- Nyeri wajah atau telinga.
- Sakit kepala.
- Kehilangan indra rasa.
- Telinga berdenging (tinnitus).
- Sensitif terhadap suara.
Pengobatan yang Bisa Dilakukan
Pada kebanyakan kasus, Bell's palsy dapat membaik tanpa pengobatan. Namun, kamu bisa buat janji dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc, bila ingin melakukan pengobatan.
Dokter dapat merekomendasikan satu atau lebih dari terapi untuk menghilangkan gejala dan pemulihan yang lebih cepat, meliputi:
- Kortikosteroid oral. Untuk mengurangi pembengkakan saraf dan dapat membantu mendapatkan kembali gerakan wajah lebih cepat. Perawatan ini paling efektif ketika dimulai dalam 48 jam setelah melihat gejala.
- Obat antivirus. Dapat mempercepat pemulihan, meskipun tidak diketahui pasti seberapa besar manfaatnya. Perawatan ini bekerja paling baik bila dikombinasikan dengan kortikosteroid oral.
- Perawatan mata. Dengan obat tetes mata, untuk menenangkan mata yang kering dan teriritasi. Jika kelopak mata tidak mau menutup, kamu mungkin perlu memakai penutup mata untuk melindungi mata dari iritasi dan cedera.
- Operasi dekompresi. Bertujuan untuk meredakan tekanan pada saraf jarang dilakukan karena dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan kerusakan saraf wajah permanen.
- Prosedur operasi plastik wajah fungsional. Ini adalah pilihan bagi orang yang tidak pulih untuk membantu memperbaiki asimetri wajah dan membantu penutupan kelopak mata.
Dari pembahasan tersebut, dapat diketahui bahwa Bell’s palsy adalah kondisi yang bisa terjadi pada siapa saja, dan bisa diobati. Bila kamu mengalami gejala yang dijelaskan tadi, jangan panik dan segera periksakan diri ke dokter untuk bisa ditangani.
Referensi:
Healthline. Diakses pada 2023. Bell’s Palsy: What Causes It and How Is It Treated?
WebMD. Diakses pada 2023. Bell’s Palsy.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2023. Bell’s Palsy.
Diperbarui pada 19 Januari 2023.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan