Ketahui 4 Cara Mengatasi Hidronefrosis
Halodoc, Jakarta – Hidronefrosis merupakan kondisi yang terjadi karena adanya pembengkakan pada organ ginjal akibat penumpukan urine. Gangguan kesehatan ini terjadi karena urine tidak dapat mengalir dari ginjal ke kandung kemih, sehingga terjadi penumpukan.
Umumnya, pembengkakan hanya terjadi pada salah satu ginjal namun tidak menutup kemungkinan untuk terjadi pada kedua ginjal sekaligus. Meski begitu, kondisi ini biasanya tidak terjadi sendiri alias berkembang dari penyakit lain yang sebelumnya menyerang.
Kabar baiknya, kondisi ini bisa sembuh dan jarang menyebabkan komplikasi jangka panjang jika ditangani dengan cepat dan tepat. Sebaliknya, hidronefrosis yang dibiarkan begitu saja bisa memicu terjadinya infeksi saluran kemih serta luka parut pada ginjal. Kondisi tersebut bisa memperparah kondisi dan mengarah pada gagal ginjal.
Hidronefrosis adalah penyakit yang bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada janin yang sedang berkembang di dalam janin. Pada janin, kondisi ini disebut sebagai hidronefrosis antenatal, yang biasanya terjadi karena pembesaran rahim selama kehamilan bisa menekan ureter atau saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Namun biasanya, hidronefrosis yang terjadi pada ibu hamil tidak membutuhkan penanganan.
Pada ibu hamil, kondisi ini umumnya akan membaik dalam beberapa minggu setelah persalinan. Jika menyerang bayi, hidronefrosis biasanya juga akan mereda beberapa bulan pasca kelahiran. Meski begitu, bukan berarti kondisi ini boleh dianggap sepele dan diabaikan. Pemeriksaan secara rutin selama hamil perlu dilakukan untuk menghindari masalah berkelanjutan.
Mengenal Gejala dan Cara Mengatasi Hidronefrosis
Penyakit ini bisa berkembang secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Pada kondisi yang ringan, penyakit ini sering memicu gejala berupa sering mengeluarkan urine dan keinginan untuk membuang urine pun semakin meningkat. Selain itu, pembengkakan ginjal ini juga sering disertai dengan gejala lain seperti rasa sakit pada perut dan panggul, mual dan muntah, tidak bisa mengonsongkan kandung kemih sepenuhnya, serta rasa nyeri saat buang air kecil atau urine.
Pada beberapa kasus, kondisi ini bisa saja menyebabkan pengidapnya sulit dan jarang mengeluarkan urine, serta muncul gejala infeksi saluran kemih, seperti urine berwarna gelap, aliran urine lemah, menggigil, demam, ataupun sensasi terbakar saat mengeluarkan urine.
Pada bayi, kondisi ini mungkin tidak akan menyebabkan gejala tertentu muncul. Namun, ibu bisa mengenalinya dari tanda penyakit infeksi yang muncul, seperti demam tanpa penyebab jelas. Jangan pernah menganggap sepele jika bayi mengalami ini. Baca lebih lanjut mengenai cara diagnosis kondisi ini pada artikel: Begini Cara Tepat untuk Diagnosis Penyakit Hidronefrosis
Pengobatan penyakit ini dilakukan untuk menghilangkan penyumbatan aliran urine. Jika dilihat dari penyebabnya, ada empat cara pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi hidronefrosis.
1. Pemasangan Alat Bantu
Salah satu alat bantu yang digunakan untuk mengatasi kondisi ini adalah selang untuk melebarkan ureter dan mengalirkan urine ke kandung kemih. Cara pengobatan ini dilakukan jika hidronefrosis terjadi karena penyumbatan pada ureter.
2. Obat-Obatan
Pemberian obat-obatan khusus, biasanya antibiotik, juga menjadi salah satu cara menangani hidronefrosis. Cara ini dilakukan untuk membantu mengatasi infeksi saluran kemih yang terjadi karena pembengkakan ginjal.
3. Prosedur Operasi
Prosedur operasi biasanya dilakukan untuk mengatasi pembengkakan ginjal, karena batu ginjal atau pembesaran prostat. Cara pengobatan ini dilakukan jika terjadi jaringan parut atau bekuan darah yang kemudian menyebabkan saluran urine terhambat.
4. Operasi dan Kemoterapi
Cara pengobatan yang satu ini biasanya dilakukan jika hidronefrosis terjadi karena kanker. Kondisi ini diatasi dengan cara menggabungkan prosedur operasi dengan kemoterapi atau radioterapi.
Itulah penjelasan mengenai cara mengatasi hidronefrosis. Jika kamu merasakan gejalanya, sebaiknya segeralah memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter. Tujuannya agar risiko komplikasi dapat diminimalkan dengan baik, melalui penanganan sedari awal.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan