Tinea Capitis
DAFTAR ISI:
- Apa Itu Tinea Capitis?
- Penyebab Tinea Capitis
- Faktor Risiko Tinea Capitis
- Gejala Tinea Capitis
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Gejala Tinea Capitis
- Diagnosis Tinea Capitis
- Pengobatan Tinea Capitis
- Komplikasi Tinea Capitis
- Pencegahan Tinea Capitis
Apa Itu Tinea Capitis?
Tinea capitis atau yang dikenal juga dengan infeksi kurap atau herpes tonsil adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur pada kulit kepala.
Penyakit ini lebih sering dialami oleh anak-anak, mulai dari balita sampai usia sekolah, dan sangat menular.
Kondisi ini terjadi ketika jamur memasuki folikel rambut anak dan sering kali batang rambut. Namun, infeksi tersebut juga bisa memengaruhi bulu mata dan alis anak.
Penyakit ini bisa bersifat inflamasi atau non-inflamasi. Jenis inflamasi bisa menyebabkan kerion, yaitu bercak berisi nanah yang menyakitkan dan terkadang mengeluarkan cairan.
Hal itu bisa menyebabkan jaringan parut dan kerontokan rambut (alopecia) permanen.
Sementara jenis non-inflamasi biasanya tidak menyebabkan kerontokan permanen.
Infeksi tersebut hanya menyebabkan titik hitam, yang berarti batang rambut anak pecah di permukaan kulit kepala mereka.
Penyebab Tinea Capitis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur dermatofit, terutama Microsporum dan Trichophyton. Jamur tersebut tumbuh subur di lingkungan yang hangat dan lembap.
Kondisi ini bisa menyebar dengan sangat mudah. Seorang anak bisa tertular infeksi jamur tersebut bila bersentuhan langsung dengan kulit pengidap. Kasus penularan seperti ini adalah yang paling sering terjadi.
Selain itu, penyakit ini juga bisa menular melalui kontak dengan hewan-hewan pembawa penyakit.
Contoh-contoh hewan pembawa penyakit ini adalah kucing, anjing, kuda, domba, sapi, dan babi.
Selain penularan secara langsung, kondisi ini juga bisa menular secara tidak langsung.
Misalnya ketika kita menyentuh permukaan benda yang mengandung jamur dermatofit, yang sebelumnya telah tersentuh oleh pengidap atau hewan pembawa penyakit ini.
Contoh-contoh benda perantara adalah handuk, baju, sikat, sisir, dan seprai.
Faktor Risiko Tinea Capitis
Jamur penyebab kondisi ini tumbuh dan berkembang di lingkungan yang lembap dan hangat. Faktor risikonya akan meningkat bila seseorang kurang memperhatikan kebersihan diri.
Berikut beberapa faktor risiko yang paling umum, antara lain:
- Tinggal di lingkungan tropis.
- Mengunjungi daerah dengan cuaca panas dan lembap.
- Tinggal berdekatan dengan orang lain.
- Bermain olahraga kontak.
- Mengalami cedera kulit kepala ringan.
- Memiliki keringat berlebihan (hiperhidrosis).
- Berbagi penggunaan barang dan pakaian, seperti topi, sikat rambut, dan peralatan olahraga.
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah karena kondisi seperti HIV/AIDS, kanker dan diabetes.
Gejala Tinea Capitis
Gejala penyakit ini dapat bervariasi pada tiap pengidap. Namun, umumnya kulit kepala pengidap akan terasa sangat gatal.
Selain itu, di kulit kepala akan tampak bagian bulat yang botak, bersisik, berwarna merah, dan kadang-kadang bengkak.
Kebotakan juga bisa terjadi pada area yang terinfeksi. Biasanya pada sisi kepala yang mengalami kebotakan tersebut akan tampak pola titik-titik hitam, yang sebenarnya merupakan rambut yang telah patah.
Pada kasus yang parah, luka-luka tersebut juga bisa mengeluarkan nanah.
Selain gejala-gejala yang tadi disebutkan, kondisi ini juga bisa disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening di leher dan demam ringan.
Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Gejala Tinea Capitis
Apabila kamu atau orang terdekat mengalami gejala seperti di atas, segera hubungi dokter spesialis kulit di Halodoc untuk mendapat saran perawatan dan penanganan yang tepat.
Dokter di Halodoc telah berpengalaman serta mendapatkan penilaian baik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Berikut dokter di Halodoc yang bisa kamu hubungi:
- dr. Dyah Ayu Nirmalasari Sp.D.V.E
- dr. Made Martina W. M.Biomed, Sp.D.V.E
- dr. Dina Febriani Sp.D.V.E
- dr. Frieda Sp.D.V.E
- dr. Ryski Meilia Novarina Sp.D.V.E
Itulah beberapa dokter yang bisa kamu hubungi untuk bantu tangani gejala tinea capitis.
Jangan ragu untuk segera menghubungi dokter agar gejala tersebut dapat segera ditangani.
Dokter tersebut tersedia selama 24 jam di Halodoc sehingga kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja.
Namun, jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.
Tunggu apalagi? Ayo, pakai Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Tinea Capitis
Untuk mendiagnosisnya, pertama-tama dokter anak akan menanyakan tentang gejala yang dialami anak.
Kemudian, ia akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti melihat rambut, kulit dan kulit kepala anak. Dokter mungkin akan mengetahui kurap hanya dengan melihatnya saja.
Selain itu, dokter juga bisa melakukan beberapa pemeriksaan berikut:
- Lampu Wood
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan lampu khusus yang disebut lampu Wood, untuk menerangi kulit kepala untuk menemukan tanda-tanda infeksi.
- KOH
Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan kerokan kulit dengan bilasan KOH. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel kulit atau rambut untuk memastikannya.
Sampel tersebut kemudian akan diperiksa di bawah mikroskop guna menemukan tanda-tanda infeksi jamur.
- Tes Kultur
Bila pemeriksaan KOH tidak memberikan hasil yang akurat, dokter anak bisa merekomendasi kultur.
Kultur adalah zat yang memungkinkan jamur tumbuh. Teknisi kemudian bisa mengidentifikasi jamur yang menyebabkan infeksi pada anak.
Tes ini lebih akurat daripada KOH, tetapi perlu beberapa minggu untuk mendapatkan hasilnya.
Pengobatan Tinea Capitis
Untuk mengobati tinea capitis, dokter biasanya akan mengombinasikan sampo khusus dengan obat oral (obat yang diminum).
Obat oral diberikan dengan tujuan membunuh jamur penyebab tinea capitis, sedangkan sampo berfungsi mencegah penyebaran infeksi dan membasmi spora jamur di kepala.
Komplikasi Tinea Capitis
Kebotakan atau alopecia yang terjadi akibat tinea capitis bisa memberikan tekanan psikososial bagi pengidap.
Apalagi ketika jaringan parut alopecia setelah tinea kapitis inflamasi, menghasilkan bercak botak permanen.
Ruam sekunder bisa terjadi akibat tinea kapitis inflamasi, terutama setelah memulai pengobatan antijamur.
Kondisi ini dikenal sebagai dermatofita. Pada kasus yang jarang, eritema nodosum (peradangan pada kulit) diketahui bisa terjadi. Selain itu, infeksi bakteri sekunder juga bisa berkembang.
Pencegahan Tinea Capitis
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisir penularan penyakit tinea capitis, seperti:
- Selalu menjaga kebersihan tangan.
- Mencuci rambut dan kulit kepala secara rutin dengan sampo.
- Jangan berbagi penggunaan barang-barang, seperti sisir, handuk, dan baju, dengan orang lain, atau meminjamkan barang-barang tersebut dengan orang lain.
- Sering-seringlah mencuci bantal, seprai, dan tempat tidur lainnya.
- Cuci tangan setelah membelai, bermain, atau bersentuhan dengan hewan peliharaan.