Syok Hipovolemik
DAFTAR ISI
- Apa Itu Syok Hipovolemik atau Hipovolemia?
- Penyebab Syok Hipovolemik
- Faktor Risiko Syok Hipovolemik
- Gejala Syok Hipovolemik (Hipovolemia)
- Diagnosis Syok Hipovolemik (Hipovolemia)
- Pengobatan Syok Hipovolemik (Hipovolemia)
- Pencegahan Syok Hipovolemik (Hipovolemia)
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa Itu Syok Hipovolemik atau Hipovolemia?
Hipovolemia adalah kondisi saat tubuh seseorang tidak memiliki cukup volume darah yang bersirkulasi.
Sementara itu, syok hipovolemik adalah ketidakmampuan jantung memasok darah yang cukup ke tubuh akibat adanya kekurangan volume darah.
Kekurangan darah ini umumnya dipicu oleh pendarahan luar (akibat cedera atau luka benda tajam), dan pendarahan dalam (akibat infeksi pada saluran pencernaan).
Volume cairan yang rendah dapat mencakup air, darah (plasma) dalam sistem peredaran darah, dan cairan limfatik. Cairan limfatik ini adalah zat cair penuh sel darah putih yang membantu mengeluarkan racun dan limbah dari tubuh.
Sekitar 50-60 persen tubuh manusia terdiri dari cairan. Jika kamu mengidap hipovolemia, kamu akan kehilangan lebih dari 15 persen total volume cairan dalam sistem peredaran darah.
Oleh karena itu, perawatan sesegera mungkin untuk mengobati hipovolemia diperlukan untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa seperti kerusakan organ, syok, atau kematian.
Penyebab Syok Hipovolemik
Kurangnya pasokan darah akibat pendarahan yang hebat baik dari luar atau dalam dapat menyebabkan syok hipovolemik.
Selain pendarahan, kekurangan banyak cairan akibat penyakit, seperti diare, muntah-muntah, dan berkeringat banyak juga dapat menurunkan jumlah darah yang diedarkan dalam tubuh.
Syok hipovolemik adalah kondisi medis yang dapat terjadi pada hampir semua orang, terlepas dari berapa pun usianya dan apa pun kelompok rasnya. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami kondisi ini.
Tingkat keparahan Hipovolemia dapat berkisar dari ringan hingga berat tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Beberapa penyebab umum, meliputi:
- Dehidrasi parah: Terjadi akibat kurangnya asupan cairan, malnutrisi, muntah atau diare parah, atau keringat berlebih (hiperhidrosis)
- Pendarahan eksternal: Terjadi akibat cedera parah, sayatan, atau luka bakar
- Pendarahan internal: Terjadi karena cedera traumatis atau kondisi medis seperti aneurisma aorta, pecahnya limpa, kehamilan ektopik, atau penyakit tukak lambung
- Masalah ginjal: Muncul akibat buang air kecil berlebihan (poliuria), gagal ginjal akut, atau penggunaan diuretik (“pil air”) yang berlebihan
- Akumulasi cairan di rongga tubuh: Muncul akibat penyakit seperti pankreatitis akut, sirosis hati, gagal jantung lanjut, sindrom nefrotik, dan obstruksi usus yang menarik air keluar dari jaringan dan masuk ke perut dan rongga lainnya
Faktor Risiko Syok Hipovolemik
Berikut adalah faktor-faktor risiko yang dapat memicu terjadinya syok hipovolemik pada seseorang:
- Usia: Meskipun kondisi ini dapat terjadi pada hampir semua usia, akan tetapi, risiko seseorang untuk mengalami syok akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia mereka.
- Mengalami kecelakaan: Jika kamu mengalami kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh, atau mengalami peristiwa kecelakaan lainnya yang menyebabkan kehilangan banyak darah, risiko untuk mengalami kondisi ini akan jauh lebih tinggi. Nah, Lakukan Ini Sebagai Pertolongan Pertama pada Kecelakaan.
- Mengidap penyakit atau kondisi kesehatan tertentu: Jika kamu memiliki masalah saluran pencernaan, organ dalam akan berisiko mengalami pendarahan. Kondisi tersebut memperbesar peluang untuk mengalami syok.
- Kehamilan yang tidak normal: Kondisi seperti kehamilan ektopik juga dapat meningkatkan risiko syok karena adanya peluang kerusakan pada janin.
- Mengidap penyakit kronis: Orang-orang yang menderita penyakit kronis tertentu, seperti diabetes, stroke, atau masalah jantung, juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kondisi ini.
- Mengalami kelainan darah: Mereka yang mengidap penyakit kelainan darah, misalnya hemofilia, juga berisiko mengalami kondisi ini. Orang yang hidup dengan hemofilia mengalami perdarahan lebih lama dari orang normal, sehingga risiko untuk kehilangan darah lebih besar.
Penting untuk kamu ketahui bahwa memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko bukan berarti kamu pasti akan mengidap suatu penyakit atau kondisi kesehatan.
Pada beberapa kasus, tidak menutup kemungkinan kamu bisa mengalami kondisi kesehatan tertentu tanpa adanya satu pun faktor risiko.
Gejala Syok Hipovolemik (Hipovolemia)
Hipovolemia bisa menimbulkan gejala sistemik, artinya seluruh tubuh terkena dampak berkurangnya aliran darah. Gejalanya memburuk karena volume cairan dalam tubuh terus menurun.
Gejala hipovolemia mungkin tidak dikenali pada tahap awal dan baru terlihat ketika penurunan volume mendekati 30 persen.
Hipovolemia dikategorikan ke dalam tahap 1 hingga 4, yang menunjukkan persentase volume cairan yang hilang. Gejala berkembang dalam pola yang khas dari tahap ke tahap, sebagai berikut:
Mengutip Journal of Anaesthesiology Intensive Therapy, terdapat beberapa gejala syok hipovolemik, di antaranya adalah:
Tingkat 1 (Darah yang hilang mencapai 15 persen)
- Kulit pucat.
- Suhu kulit lebih dingin.
- Mulut kering.
- Mulai merasa haus.
Tingkat 2 (Darah yang hilang mencapai 15-30 persen)
- Kulit pucat dan lembap.
- Denyut jantung sedikit meningkat.
- Napas jadi sedikit lebih cepat.
- Kelelahan.
- Merasa cemas dan gelisah.
- Penurunan buang air kecil.
Tingkat 3 (Darah yang hilang mencapai 30-40 persen)
- Keringat berlebihan.
- Denyut jantung meningkat, lebih dari 120 denyut per menit (bpm).
- Pernapasan cepat dan dangkal.
- Kelelahan dengan aktivitas normal.
- Pusing dan sakit kepala ringan.
- Kebingungan dan perubahan kondisi mental.
- Produksi urine menurun secara signifikan
Tingkat 4 (Darah yang hilang lebih dari 40 persen)
- Keringat berlebihan dan kulit mulai muncul bintik-bintik atau kebiruan.
- Denyut jantung lebih dari 140 bpm dengan denyut nadi lemah.
- Pernapasan sangat cepat dan dangkal.
- Kelesuan ekstrem.
- Perubahan kesadaran.
- Sedikit atau tidak ada keluaran urine.
- Pingsan.
- Koma.
Nah, Ini yang Terjadi pada Seseorang dalam Keadaan Koma.
Diagnosis Syok Hipovolemik (Hipovolemia)
Langkah untuk mendiagnosis hipovolemia bisa dokter mulai dengan meninjau gejala dan riwayat kesehatan pengidapnya.
Mengutip jurnal ilmiah berjudul Diagnosing hypovolemia and hypervolemia: from clinical examination to modern methods, pemeriksaan fisik akan dokter lakukan dan akan melibatkan evaluasi dasar berikut:
- Kulit dan selaput lendir: Dokter Penyedia layanan kesehatan akan memeriksa kulit dan bagian dalam mulut. Hilangnya volume cairan akan menyebabkan kulit kekurangan elastisitasnya dan selaput lendir di mulut, lidah, dan hidung menjadi sangat kering.
- Tekanan darah: Salah satu tanda hipovolemia adalah tekanan nadi yang sempit. Ini terjadi ketika pembacaan tekanan darah atas dan bawah tidak jauh berbeda (tidak seperti pembacaan tekanan darah normal 120/80).
- Suhu tubuh: Suhu tubuh yang lebih rendah dari normal merupakan karakteristik hipovolemia.
- Denyut nadi: Hipovolemia menyebabkan detak jantung lebih cepat (takikardia) ketika tubuh harus bekerja lebih keras untuk memompa volume darah yang lebih rendah ke seluruh tubuh.
Tes laboratorium dan pencitraan lainnya juga dapat membantu memastikan diagnosis, termasuk:
- Uji fungsi ginjal: Tes darah dan urine ini dapat menentukan apakah hipovolemia terjadi akibat masalah ginjal.
- Tes natrium: Akibat hipovolemia, akan lebih banyak natrium yang hilang dibandingkan air. Tes darah dan urine dapat memeriksa kadar natrium dan mendiagnosis hiponatremia (natrium rendah).
- Hematokrit (HCT): Tes ini mengukur persentase sel darah merah dalam darah. Ketika volume cairan menurun akibat hipovolemia, nilai hematokrit akan selalu meningkat.
- Analisa Gas Darah: Tes darah ini dapat membantu memastikan hipovolemia dan mendiagnosis tingkat keparahannya berdasarkan ketidakseimbangan oksigen dan karbon dioksida dalam darah.
- USG: Tes pencitraan non-invasif ini dapat memperkirakan volume darah dengan menilai diameter pembuluh darah utama dan apakah ada tanda-tanda kolaps. Tes serupa yang dokter sebut ekokardiogram dapat melakukan hal yang sama.
- Analisis volume darah pengobatan nuklir: Metode ini mengukur volume darah dengan menyuntikkan pelacak radioaktif yang menandai komponen tertentu dalam darah. Setelah pelacak beredar di sekitar aliran darah, volume darah dapat dokter tentukan dengan mengukur konsentrasi pelacak dalam sampel darah.
Pengobatan Syok Hipovolemik (Hipovolemia)
Pertolongan pertama pada orang yang mengalami gejala syok hipovolemik dapat siapa saja berikan, terlebih lagi apabila pengidap mengalami pendarahan hebat.
Pertolongan pertama yang kamu lakukan sambil menunggu pertolongan medis datang, dapat berupa:
- Jaga suhu tubuh agar tetap hangat untuk mencegah hipotermia, dan jaga agar pengidap dapat tetap nyaman.
- Jangan ubah posisi pada bagian yang mengalami cedera di bagian kepala, kaki, leher, dan punggung.
- Tekan titik pendarahan dengan handuk agar volume darah yang terbuang dapat berkurang.
- Apabila terdapat benda tajam yang menancap, jangan mencabutnya.
- Usahakan pengidap syok hipovolemik berbaring dengan posisi kaki lebih tinggi agar peredaran darah meningkat.
- Beri penyangga khusus pada bagian cedera di leher atau kepala, sebelum pengidap syok hipovolemik kamu pindahkan ke ambulans.
Dalam kasus syok hipovolemik, pertama-tama pengidapnya akan dokter berikan cairan dan kemudian darah melalui infus.
Mengutip Surgical Clinics of North America, satu atau beberapa obat berikut juga akan diberikan melalui suntikan atau intravena untuk memulihkan tekanan darah dengan cepat:
- Epinefrin (adrenalin): Ini adalah bentuk sintetis dari hormon alami yang menyebabkan pembuluh darah menyempit (disebut sebagai vasokonstriktor),
- Levophed (norepinefrin): Ini adalah vasokonstriktor yang mirip dengan epinefrin.
- Intropin (dopamin): Ini adalah hormon sintetis yang bertindak sebagai prekursor norepinefrin.
- Inotrex (dobutamin): Ini biasanya digunakan untuk mengobati gagal jantung dan syok kardiogenik.
Perawatan diberikan di unit perawatan intensif. Jika kecelakaan menyebabkan kehilangan darah, pasien mungkin memerlukan pembedahan untuk memperbaiki cedera tersebut
Syok hipovolemik yang disebabkan oleh pendarahan dalam, maka pengobatan yang mendasari terjadinya pendarahan perlu dilakukan.
Catat, Ini Dokter yang Bisa Beri Info seputar Penanganan Syok Hipovolemik.
Pencegahan Syok Hipovolemik (Hipovolemia)
Meskipun faktor eksternal penyebab hipovolemia tidak selalu dapat dicegah, kamu dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko dengan:
- Segera mengobati infeksi, cedera, atau penyakit yang kamu miliki.
- Hindari aktivitas yang menyebabkan keringat berlebih.
- Selalu memakai alat pelindung saat menaiki kendaraan, seperti helm, sabuk pengaman, dan sebagainya.
- Hindari berkendara sambil mengantuk.
- Minumlah air dan tetap terhidrasi.
- Cegah luka dan luka bakar dengan memakai alat pelindung diri (APD).
Pencegahan syok hipovolemik dapat dilakukan dengan cara segera membawa orang yang mengalami pendarahan hebat secepatnya ke rumah sakit untuk mendapat penanganan.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika kamu mengalami tanda dan gejala di atas, segera berbicara dengan dokter spesialis di Halodoc untuk mendapat penanganan yang tepat.
Tunggu apa lagi? Ayo download aplikasi Halodoc sekarang!
Referensi:
Very Well Health. Diakses pada 2023. Understanding Hypovolemia.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2023. Hypovolemia.
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan