Sleep Apnea
DAFTAR ISI
- Apa Itu Sleep Apnea?
- Faktor Risiko Sleep Apnea
- Penyebab Sleep Apnea
- Gejala Sleep Apnea
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengalami Sleep Apnea
- Diagnosis Sleep Apnea
- Komplikasi Sleep Apnea
- Pengobatan Sleep Apnea
- Pencegahan Sleep Apnea
Apa Itu Sleep Apnea?
Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang terjadi saat pernapasan seseorang terganggu dengan adanya periode henti napas secara berulang pada saat tidur.
Gangguan ini bisa berlangsung dari beberapa detik hingga lebih dari satu menit, dan dapat terjadi puluhan hingga ratusan kali sepanjang malam.
Akibat dari gangguan ini, otak dan organ tubuh lainnya tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup.
Ketika napas terhenti, kadar oksigen dalam darah menurun drastis, memicu otak untuk membangunkan tubuh secara singkat agar napas bisa kembali normal.
Proses terbangun ini seringkali sangat singkat sehingga pengidapnya mungkin tidak menyadarinya, namun cukup untuk mengganggu siklus tidur dan kualitas tidur secara keseluruhan.
Faktor Risiko Sleep Apnea
Kondisi ini dapat menyerang siapa saja, bahkan anak-anak. Tetapi faktor-faktor tertentu meningkatkan risikonya.
1. Obstructive sleep apnea
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kondisi ini, termasuk:
- Kelebihan berat badan. Obesitas sangat meningkatkan risikonya. Deposit lemak di sekitar saluran napas bagian atas dapat menghalangi pernapasan.
- Lingkar leher. Orang dengan leher yang lebih tebal mungkin memiliki saluran udara yang lebih sempit.
- Memiliki saluran udara yang sempit. Beberapa pengidap mungkin mewarisi tenggorokan yang sempit. Amandel atau kelenjar gondok juga dapat memperbesar dan menghalangi jalan napas, terutama pada anak-anak.
- Berjenis kelamin pria. Nyatanya, pria dua sampai tiga kali lebih berisiko mengalami gangguan tidur ini daripada wanita. Namun, wanita mengalami peningkatan risiko jika mereka kelebihan berat badan dan risiko mereka juga tampaknya meningkat setelah menopause.
- Usia. Gangguan tidur ini terjadi lebih sering pada orang dewasa yang lebih tua.
- Riwayat keluarga. Orang yang memiliki anggota keluarga dengan sleep apnea berisiko lebih tinggi mengalami kondisi yang sama.
- Penggunaan alkohol atau obat penenang. Zat-zat ini mengendurkan otot-otot di tenggorokan yang dapat memperburuk kondisi ini.
- Merokok. Perokok tiga kali lebih berisiko mengalami gangguan tidur ini daripada orang yang tidak pernah merokok. Hal ini karena merokok dapat meningkatkan jumlah peradangan dan retensi cairan di saluran napas bagian atas.
- Mengalami hidung tersumbat. Jika mengalami kesulitan bernapas melalui hidung – baik dari masalah anatomi atau alergi – mungkin mengalami kondisi ini.
2. Central sleep apnea
Faktor risiko untuk bentuk sleep apnea jenis ini termasuk:
- Lansia. Orang paruh baya dan yang lebih tua memiliki risiko gangguan tidur jenis ini yang lebih tinggi.
- Berjenis kelamin pria. Kondisi ini lebih sering terjadi pada pria daripada pada wanita.
- Mengidap gangguan jantung. Memiliki gagal jantung kongestif meningkatkan risiko.
- Menggunakan obat nyeri atau narkotika. Mengonsumsi obat opioid, terutama yang tahan lama bisa meningkatkan risiko kondisi ini.
- Mengidap stroke. Stroke meningkatkan risiko munculnya kondisi ini.
Selain itu, kamu juga harus tahu 4 Jenis Gangguan Tidur yang Rentan Dialami Lansia.
Penyebab Sleep Apnea
Terdapat tiga jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya:
- Sleep Apnea Obstruktif (OSA): merupakan jenis gangguan tidur yang paling sering yang disebabkan oleh adanya sumbatan jalan napas, biasanya karena jaringan lunak di bagian belakang tenggorokan yang kolaps semasa tidur.
- Sleep Apnea Sentral (CSA): tidak ada sumbatan pada jalan napas pada tipe ini, tetapi jenis ini terjadi karena kegagalan otak untuk memberi pesan kepada otot pernapasan untuk bernapas, terkait dengan instabilitas pusat kontrol pernapasan yang ada di otak.
- Sindrom Sleep Apnea kompleks: dikenal sebagai treatment-emergent central Sleep Apnea, yang terjadi ketika seseorang memiliki OSA dan CSA.
Gejala Sleep Apnea
Gejala yang bisa dialami pengidapnya adalah sebagai berikut:
- Dengkuran keras.
- Episode henti napas yang seringkali disadari oleh orang lain.
- Terengah-engah dalam tidur.
- Terbangun dari tidur dengan mulut kering.
- Nyeri kepala saat bangun tidur.
- Sulit mempertahankan tidur.
- Mengantuk saat siang hari.
- Sulit konsentrasi.
- Iritabilitas.
Selain itu, kamu juga harus waspada karena Obstructive Sleep Apnea Bisa Sebabkan Daya Ingat Menurun.
Hubungi Dokter Ini Jika Mengalami Sleep Apnea
Jika kamu atau orang terdekatmu mengalami sleep apnea yang mengganggu hingga keadaannya sangat mengkhawatirkan, jangan tunda dan segeralah konsultasikan dengan dokter melalui layanan Halodoc.
Nantinya, dokter akan memberikan konsultasi, saran, serta perawatan yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi kamu.
Berikut ini rekomendasi dokter spesialis yang sudah berpengalaman dan memiliki ulasan positif dari pasien-pasien yang sebelumnya pernah mereka tangani:
- dr. Haerul Saleh Sp.THT-KL
- dr. I Gede Wahyu Adi Raditya Sp.THT-KL
- dr. Alfira Ulfa Sp.THT-BKL, FICS
- dr. Yurnita Arifin Sp.THT-BKL
Itulah daftar dokter spesialis yang dapat kamu hubungi terkait perawatan sleep apnea.
Dengan menggunakan Halodoc, kamu dapat melakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja karena dokter tersedia 24/7!
Jika dokter sedang tidak tersedia atau sedang offline, kamu masih bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.
Tak perlu khawatir, privasi kamu juga pasti terjaga dengan aman di Halodoc.
Jadi, tunggu apalagi? Yuk, download Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Sleep Apnea
Jika kamu mengalami gejala di atas, dokter mungkin akan meminta kamu untuk menjalani tes khusus yang disebut Polysomnogram.
Tindakan tersebut dapat dilakukan di pusat gangguan tidur atau bahkan di rumah.
Polysomnogram atau studi tidur adalah tes multi-komponen yang mentransmisikan secara elektronik dan mencatat aktivitas fisik tertentu saat tidur.
Rekaman tersebut kemudian akan dianalisis oleh spesialis tidur untuk menentukan apakah pengidap mengalami sleep apnea atau jenis gangguan tidur lainnya.
Tes tidur juga dapat kamu lakukan sendiri di rumah. Dokter akan memberi tes yang sudah mereka sederhanakan untuk mendiagnosis kondisi ini di rumah.
Tes-tes ini biasanya mengukur detak jantung, tingkat oksigen darah, aliran udara dan pola pernapasan.
Jika hasilnya tidak normal, dokter mungkin dapat meresepkan terapi tanpa pengujian lebih lanjut. Sayangnya, perangkat pemantauan portabel tidak bisa mendeteksi semua kasus sleep apnea.
Namun, dokter mungkin masih merekomendasikan polysomnography bahkan jika hasil awalnya normal.
Jika penyebab sudah dokter ketahui, pengidap mungkin diminta untuk melakukan pemeriksaan tidur lebih lanjut untuk menentukan pilihan perawatan terbaik.
Komplikasi Sleep Apnea
Jangan anggap remeh gangguan sleep apnea, karena gangguan tidur ini bisa menyebabkan berbagai komplikasi serius yang mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan.
Berikut beberapa komplikasi yang mungkin timbul akibat sleep apnea:
- Kelelahan di Siang Hari. Gangguan tidur ini menyebabkan pengidapnya sering terbangun di malam hari, sehingga tidak mendapatkan tidur yang nyenyak dan cukup. Akibatnya menimbulkan rasa lelah, mengantuk, dan kurang bertenaga saat beraktivitas di siang hari.
- Tekanan Darah Tinggi atau Masalah Jantung. Saat tidur, pengidap sleep apnea sering mengalami penurunan kadar oksigen dalam darah. Hal ini memicu pelepasan hormon stres yang dapat meningkatkan tekanan darah.
- Diabetes Tipe 2. Gangguan tidur akibat sleep apnea dapat memengaruhi metabolisme tubuh dan meningkatkan risiko pengembangan diabetes tipe 2. Kurangnya tidur yang berkualitas bisa mengganggu pengaturan insulin dalam tubuh, sehingga mengarah pada resistensi insulin dan akhirnya diabetes.
- Masalah Hati. pengidap sleep apnea mungkin mengalami penurunan kadar oksigen secara berkala, yang dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan hati. Kondisi ini dapat mengarah pada perkembangan penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD) dan gangguan fungsi hati lainnya.
Penanganan yang baik dapat membantu mengurangi gejala, mencegah komplikasi lebih lanjut, dan meningkatkan kualitas hidup pengidapnya.
Selain itu, kondisi ini juga bisa mengganggu kesehatan mental. Untuk lebih jelasnya, kamu bisa baca artikel ini: Ini Alasan Obstructive Sleep Apnea (OSA) Sebabkan Depresi.
Pengobatan Sleep Apnea
Beberapa kasus yang lebih ringan, dokter mungkin hanya menyarankan perubahan gaya hidup, seperti menurunkan berat badan atau berhenti merokok.
Jika memiliki alergi hidung, dokter akan merekomendasikan perawatan untuk alergi.
Jika tindakan ini tidak memperbaiki tanda dan gejala atau jika kondisi ada pada fase sedang hingga berat, sejumlah perawatan lain mungkin tersedia.
Perangkat tertentu dapat membantu membuka saluran udara yang tersumbat. Dalam kasus lain, operasi mungkin kamu perlukan.
Terapi lain yang mungkin kamu butuhkan termasuk:
1. Tekanan saluran udara positif berkelanjutan (CPAP)
Jika mengalami gangguan tidur ini dengan tingkat keparahan sedang hingga parah, pengidap mungkin mendapat manfaat dari menggunakan mesin yang memberikan tekanan udara melalui masker saat tidur.
Dengan CPAP (SEE-pap), tekanan udara agak lebih besar daripada udara di sekitarnya dan hanya cukup untuk menjaga saluran udara bagian atas terbuka, mencegah apnea dan mendengkur.
2. Perangkat mulut
Perangkat ini akan dokter sesuaikan dengan kebutuhan khusus yang kamu pakai saat tidur.
Ada dua jenis perangkat mulut yang bekerja berbeda untuk membuka saluran udara bagian atas. Beberapa perangkat mulut hibrida memiliki fitur dari kedua jenis.
3. Mandibular repositioning mouthpieces
Ini adalah perangkat yang menutupi gigi atas dan bawah dan menahan rahang pada posisi yang mencegahnya menghalangi saluran udara bagian atas.
4. Perangkat penahan lidah
Ini adalah perangkat mulut yang menahan lidah dalam posisi depan untuk mencegahnya menghalangi saluran udara bagian atas.
Pada kasus sleep apnea ringan atau sleep apnea yang hanya terjadi ketika berbaring telentang, dokter mungkin akan memberikan perangkat mulut.
Untuk mendapatkan perangkat tersebut, dokter dapat merujuk kamu ke dokter gigi. Para spesialis ini akan memastikan bahwa alat oral sesuai dengan mulut dan rahang.
Selain itu, pemasangan implan dapat membantu mengatasi sleep apnea bagi beberapa orang. Beberapa perangkat dapat mengobati apnea tidur obstruktif dan sentral.
Pengidap harus menjalani operasi untuk menempatkan implan di tubuh. Perangkat akan mendeteksi pola pernapasan dan memberikan rangsangan ringan untuk otot-otot tertentu yang membuka saluran udara selama tidur.
5. Stimulator saraf
Perangkat ini juga dapat mengobati apnea tidur. Perawatan ini juga melibatkan operasi. Seorang ahli bedah akan memasukkan stimulator untuk saraf hypoglossal yang mengontrol gerakan lidah.
Meningkatkan rangsangan saraf ini membantu posisi lidah untuk menjaga saluran udara bagian atas terbuka.
6. Terapi untuk otot mulut dan wajah
Jenis terapi ini dapat membantu memperbaiki posisi otot dan menguatkan otot yang mengendalikan bibir, lidah, langit-langit lunak, dinding faring lateral, dan wajah.
7. Terapi surgikal
Jenis terapi ini meliputi pengangkatan tonsil (tonsilektomi), maxillary or jaw advancement.
Operasi bisa dokter lakukan untuk memindahkan posisi rahang atas (maksila) dan rahang bawah (mandibula) ke arah depan dengan tujuan memperluas saluran napas atas.
Trakeostomi juga dapat dokter lakukan dengan cara membuat lubang dari leher menembus ke trakea yang setelahnya akan dipasangkan tracheal tube untuk membantu melancarkan pernapasan.
Pencegahan Sleep Apnea
Sleep apnea terkadang bisa dicegah, terutama jika penyebabnya adalah kelebihan berat badan atau obesitas.
Namun, ada juga orang-orang yang memiliki berat badan normal atau bahkan kurang berat badan tetapi tetap mengalami sleep apnea.
Pada kasus ini, biasanya penyebabnya adalah masalah struktural, sehingga tidak dapat dicegah sepenuhnya.
Untuk mengurangi risiko sleep apnea, beberapa langkah yang bisa dilakukan meliputi:
- Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat. Memastikan berat badan tetap dalam kisaran yang sehat dapat membantu mencegah sleep apnea yang disebabkan oleh obesitas atau kelebihan berat badan.
- Praktikkan kebersihan tidur yang baik. Menjaga rutinitas tidur yang konsisten dan menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan tenang dapat membantu memperbaiki kualitas tidur.
- Kelola kondisi kesehatan yang ada. Mengontrol kondisi kesehatan seperti kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan diabetes tipe 2 dapat membantu mengurangi risiko sleep apnea.
- Cek kesehatan secara teratur. Menjalani pemeriksaan kesehatan tahunan setidaknya sekali setahun untuk memantau kondisi kesehatan dan mendeteksi adanya masalah sejak dini.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, risiko sleep apnea dapat dikurangi dan kualitas hidup secara keseluruhan dapat ditingkatkan.
Ketika kamu mengalami gangguan dalam tidur, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter di Halodoc untuk penanganan lebih lanjut.
Tunggu apa lagi? Yuk download aplikasi Halodoc sekarang!