Schistosomiasis
Pengertian Schistosomiasis
Schistosomiasis, atau bilharzia adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing parasit yang hidup di air pada daerah subtropis dan tropis. Penyakit ini sering ditemukan di benua Afrika, namun tidak sedikit kasus yang ditemukan di daerah lain seperti Timur Tengah, Amerika Selatan, hingga berbagai negara di Asia Tenggara.
Di Indonesia, schistosomiasis banyak ditemukan pada provinsi Sulawesi Tengah. Penyakit ini juga disebut dengan “demam keong” karena penularannya adalah melalui larva infektif yang hidup di dalam tubuh seekor keong.
Schistosomiasis dapat bersifat akut maupun kronis, dan dapat menyerang berbagai macam organ dalam tubuh. Penyakit ini umumnya tidak berakibat fatal secara seketika, namun secara kronis mengakibatkan kerusakan organ yang serius dan mengancam nyawa.
Penyebab dan Faktor Risiko Schistosomiasis
Penyakit schistosomiasis disebabkan oleh infeksi cacing parasit yakni Schistosoma haematobium, Schistosoma japonicum, dan Schistosoma mansoni. Cacing tersebut hidup pada air tawar. Infeksi umumnya dimulai saat penderinta melakukan kontak dengan air yang terkontaminasi saat berenang, mencuci, atau saat mengayuh kapal.
Cacing parasit masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan bersarang di dalam tubuh untuk beberapa minggu sebelum menetaskan telurnya. Sistem imun menyerang beberapa telur tersebut untuk kemudian dikeluarkan melalui tinja maupun urin. Namun, tanpa pengobatan yang benar, cacing dapat terus menetaskan telur untuk jangka waktu yang panjang.
Faktor risiko utama terjangkitnya penyakit ini adalah mereka yang tinggal atau bepergian ke daerah dimana schistosomiasis kerap terjadi. Selain itu, kontak kulit dengan air yang terkontaminasi, dan juga sistem imun yang kurang baik dapat menjadi pemicu lainnya.
Gejala Schistosomiasis
Gejala yang ditimbulkan dari infeksi cacing parasit ini bergantung pada fase perjalanan penyakit. Fase akut berlangsung selama 14 hingga 84 hari, dengan gejala meliputi gatal dan ruam (saat cacing pertama kali masuk ke dalam kulit), demam, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, serta sesak napas.
Gejala pada fase kronik berkaitan dengan lokasi organ yang terinfeksi. Jika cacing parasit ini menyerang organ hati atau pencernaan, maka gejala yang timbul dapat berupa diare atau konstipasi, perdarahan pada tinja, tukak lambung dan usus, fibrosis hati, hingga tekanan darah tinggi pada vena porta dan seluruh pembuluh darah pada sistem pencernaan.
Gejala yang timbul jika cacing parasit menyerang sistem urinasi adalah nyeri saat buang air kecil, adanya darah dalam urin, dan meningkatkan faktor risiko terjadinya kanker kandung kemih. Anemia dapat terjadi pada pasien yang terinfeksi dalam jangka waktu yang panjang. Walau jarang ditemukan, namun cacing parasit ini juga dapat menyerang sistem saraf pusat. Menurut data WHO, cacing parasit yang menginfeksi anak-anak dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan kognitif.
Diagnosis Schistosomiasis
Anamnesis meliputi pertanyaan seputar gejala dan riwayat bepergian ke daerah dimana kasus schistosomiasis sering dijumpai. Pertanyaan juga harus dilakukan secara detail dan meliputi faktor risiko lainnya. Pemeriksaan fisik umumnya dilakukan dari kepala hingga ujung kaki untuk mencari adanya berbagai kelainan yang disebabkan karena adanya infeksi cacing parasit tersebut.
Pemeriksaan penunjang yang umumnya dilakukan adalah pemeriksaan eosinofil, pemeriksaan antibodi, dan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya telur cacing melalui sampel urin atau tinja.
Cacing parasit penyebab infeksi baru tumbuh dewasa setelah 40 hari, sehingga pemeriksaan darah dapat memberikan keterangan negatif palsu apabila dilakukan sebelum 6-8 minggu setelah pengidap terekspos air yang terkontaminasi. Jika terdapat gejala sistem pencernaan maupun urinasi, biopsi rectum atau kandung kemih dapat dilakukan.
Jika belum ditemukan adanya gejala atau kelainan, dokter sebaiknya menyarankan pasien yang bepergian ke daerah endemik schistosomiasis untuk kontrol kembali 3 bulan kemudian karena terkadang gejala dapat timbul terlambat.
Pengobatan Schistosomiasis
Pengobatan utama pada penyakit ini adalah dengan pemberian Praziquantel. Selama belum ada kerusakan organ, obat ini dapat membantu mengatasi infeksi dari cacing parasit penyebab schistosomiasis.
Praziquantel tidak dapat digunakan sebagai pencegahan. Pada kasus schistosomiasis yang menyerang sistem saraf pusat, pemberian steroid dapat dilakukan.
Pencegahan Schistosomiasis
Belum ada vaksin atau obat yang dapat mencegah terjadinya penyakit schistosomiasis. Jika sedang bepergian ke daerah dengan kasus schistosomiasis yang tinggi, sebaiknya menghindari mendayung, mencuci, atau berenang di air tawar. Kamu juga dapat menggunakan sepatu boots anti air jika harus melewati aliran air tawar atau sungai. Apabila air minum berasal dari sumber air yang mungkin terkontaminasi, jangan lupa untuk merebus dan menyaring air tersebut sebelum dikonsumsi.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika kamu mengalami gejala sistemik seperti demam, nyeri otot dan sendi, nyeri kepala, yang disertai dengan ruam yang terasa gatal, terutama setelah bepergian ke daerah endemik schistosomiasis, segera periksakan ke tenaga kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan yang tepat sebelum timbul adanya gejala lebih lanjut dan komplikasi.
Periksakan diri jika memiliki riwayat kontak dengan air yang terkontaminasi di daerah dengan kasus schistosomiasis yang tinggi walaupun belum timbul gejala. Untuk melakukan pemeriksaan, kamu bisa langsung membuat janji dengan dokter pilihan di rumah sakit sesuai domisili di sini.
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan