Sarkoma Kaposi
Pengertian Sarkoma Kaposi
Sarkoma Kaposi (KS) adalah kanker yang berasal dari sel-sel endotel, yaitu sel-sel yang melapisi pembuluh limfa atau pembuluh darah. Sarkoma Kaposi muncul sebagai lesi pada kulit di kaki, badan, atau wajah dan dapat pula ditemukan pada permukaan selaput lendir (mukosa) seperti di dalam mulut, tetapi tumor ini juga dapat ditemukan di bagian lain dari tubuh, seperti kelenjar getah bening dan area genital. Pada sarkoma Kaposi berat, lesi dapat terjadi di saluran pencernaan dan paru-paru.
Terdapat 4 jenis Sarkoma Kaposi berdasarkan populasi orang yang terkena, tetapi perkembangan dan perubahan sel kanker ini sangat mirip. Keempat jenis tersebut, meliputi:
- Sarkoma Kaposi Epidemik (terkait AIDS)
Seseorang yang terinfeksi virus HIV yang menyerang sel Limfosit T-Helper, merupakan sistem kekebalan tubuh, sehingga imunitasnya turun sehingga terjadi berbagai penyakit (AIDS). Orang dengan HIV-AIDS memiliki risiko tertinggi sarkoma Kaposi. Ketidakmampuan sistem kekebalan tubuh untuk melindungi tubuh dari infeksi memungkinkan virus herpes terkait Sarkoma Kaposi bereplikasi. Melalui mekanisme yang tidak diketahui, lesi karakteristik terbentuk.
- Sarkoma Kaposi Klasik (Mediterranean)
Pada Sarkoma Kaposi tipe Klasik ini terjadi terutama pada usia tua dari keturunan Eropa Timur, Mediterania dan Timur Tengah dan lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita. Biasanya terdapat satu atau beberapa lesi Sarkoma Kaposi dan lokasinya dapat ditemukan pada kaki, pergelangan tangan, atau telapak kaki. Pada tipe ini sel-sel kanker ini berkembang lambat, 10-15 tahun. Lesi baru jarang terbentuk, apabila ada perkembanganya sangat lambat.
- Sarkoma Kaposi Endemik (Afrika)
Sarkoma Kaposi endemik terjadi pada orang yang tinggal di Afrika maka disebut Sarkoma Kaposi Afrika. Sarkoma Kaposi tipe ini dapat mengenai sekelompok orang, termasuk anak-anak dan mengenai kelompok usia lebih muda, biasanya dibawah 40 tahun. Sarkoma Kaposi terkait infeksi virus herpes jauh lebih umum di Afrika dibandingkan bagian dunia lain, sehingga risiko Sarkoma Kaposi jauh lebih tinggi pada orang Afrika atau tinggal di Afrika.
Faktor-faktor lain yang meningkatkan risiko orang Afrika lebih sering terkena Sarkoma Kaposi endemik adalah penyakit atau kondisi lain yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh seperti malaria, infeksi kronis lainnya, dan kekurangan gizi. Jenis ini biasanya sarkoma Kaposi berkembang pada kelenjar getah bening dan dapat berkembang dengan cepat atau agresif.
- Sarkoma Kaposi Latrogenik (Terkait Transplantasi)
Tipe ini sarkoma kaposi berkembang pada orang yang sistem kekebalannya ditekan setelah transplantasi organ. Sebagian besar pengidap transplantasi organ diberikan obat-obatan imunosupresan atau penekan imun agar sistem kekebalan tubuhnya tidak menolak atau menyerang organ baru yang ditransplantasikan. Sistem kekebalan tubuh yang melemah dapat meningkatkan risiko seseorang yang terinfeksi virus herpes terkait Sarkoma Kaposi dan akan berkembang menjadi lesi kanker. Menghentikan obat imunosupresan atau menurunkan dosis dapat membuat lesi Sarkoma Kaposi hilang atau semakin kecil.
Gejala Sarkoma Kaposi
Lesi kulit pada Sarkoma Kaposi ditandai dengan:
- Lesi kulit dapat terjadi di lokasi manapun tetapi biasanya lebih sering pada kaki, daerah kepala dan leher
- Lesi dapat datar (makula), benjolan kurang dari 1 cm (papular) atau benjolan yang lebih besar (nodular) atau mirip seperti plak
- Ukuran diameter lesi mulai dari beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter
- Warna lesi dapat cokelat, merah muda, merah, atau ungu. Pada orang dengan kulit gelap, lesi biasanya tersamar atau sulit dibedakan.
- Lesi kulit tidak terasa sakit atau nyeri
Sarkoma Kaposi yang berkembang pada sistem pencernaan sering tidak menimbulkan gejala, tetapi tanda dan gejala dapat berupa:
- Nyeri menelan hingga kesulitan menelan
- Mual, muntah, dan nyeri perut
- Muntah darah, BAB berdarah, ataupun BAB hitam
- Sumbatan usus
Sarkoma Kaposi pada organ paru dapat ditemukan melalui pemeriksaan rontgen secara tidak sengaja dan tanpa gejala, tetapi tanda dan gejala dapat meliputi:
- Batuk
- Sesak nafas
- Batuk darah
- Nyeri dada
Penyebab Sarkoma Kaposi
Sarkoma Kaposi disebabkan oleh infeksi virus yang disebut herpes virus terkait sarkoma Kaposi (Kaposi Sarcoma associated Herpes Virus—KSHV), juga dikenal sebagai human herpesvirus 8 (HHV8). Virus ini dapat ditularkan melalui hubungan intim atau dapat terjadi dari ibu ke bayi melalui plasenta, karena virus ini dapat ditemukan di darah, air liur atau saliva, cairan vagina, dan cairan semen. Seseorang setelah terinfeksi virus ini tidak menimbulkan gejala apapun dan replikasi dari virus ini dapat ditekan dengan sistem kekebalan tubuh yang normal.
Jika kekebalan tubuh melemah atau turun, virus ini dapat bereplikasi dan menginfeksi sel-sel yang melapisi pembuluh darah dan pembuluh limfa (sel endotel), kemudian virus membawa gen ke dalam sel endotel tersebut menyebabkan sel membelah terlalu banyak, tidak terkendali, dan sel dapat bertahan hidup lebih lama dari normalnya. Gen yang sama ini dapat menyebabkan sel endotel membentuk pembuluh darah baru dan juga dapat meningkatkan produksi bahan kimia tertentu yang menyebabkan peradangan. Perubahan ini pada akhirnya membentuk lesi kanker.
Faktor Risiko Sarkoma Kaposi
Faktor risiko terinfeksi virus KSHV adalah melakukan hubungan intim tidak aman, termasuk homoseksual yang melakukan hubungan intim melalui anus.
Infeksi KSHV dapat menyebabkan Sarkoma Kaposi, tetapi tidak semua orang yang terinfeksi dengan KSHV berkembang menjadi Sarkoma Kaposi. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus KSHV yang berkembang menjadi lesi Sarkoma Kaposi memiliki sistem kekebalan yang lemah. Beberapa faktor yang dapat melemahkan sistem tubuh, meliputi:
- Infeksi HIV
- Transplantasi organ
- Usia tua
- Penyakit kronis
Diagnosis Sarkoma Kaposi
Untuk menentukan apakah lesi kulit yang tampak mencurigakan adalah sarkoma Kaposi, dokter perlu melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, diantaranya
Biopsi pada lesi curiga Sarkoma Kaposi. Pengambilan sepotong kecil jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop.
Bila curiga terdapat lesi Sarkoma Kaposi pada organ lain, beberapa pemeriksaan penunjang ini dapat membantu mendiagnosa Sarkoma Kaposi, meliputi:
- Tes darah tersembunyi pada tinja. Tes ini mendeteksi adanya darah tersembunyi dalam tinja, yang dapat menjadi tanda sarkoma Kaposi pada saluran pencernaan. Apabila hasil positif pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan endoskopi atau kolonoskopi.
- Endoskopi bagian atas. Prosedur tes ini menggunakan selang tipis berkamera (endoskop) yang dimasukkan melalui mulut untuk memeriksa kerongkongan, lambung dan bagian atas dari usus 12 jari (duodenum). Jika dokter mencurigai sarkoma Kaposi di dalam organ-organ ini, jaringan yang dicurigai diambil untuk mengonfirmasi penyakit tersebut.
- Kolonoskopi. Dalam prosedur tes ini selang tipis (kolonoskop) dilewatkan melalui rektum untuk memeriksa dinding usus besar. Lesi curiga sarkoma Kaposi di rektum atau usus besar juga dapat dibiopsi dengan kolonoskopi.
- Rontgen dada. Rontgen dada dapat menunjukan kelainan paru-paru pada sarkoma Kaposi. Apabila terdapat lesi pada rontgen dada curiga Sarkoma Kaposi, dapat dilakukan pemeriksaan biopsi bersamaan dengan prosedur bronkoskopi.
- Bronkoskopi. Prosedur tes ini dengan memasukkan selang tipis berkamera (bronkoskop) dilewatkan melalui hidung atau mulut ke paru-paru untuk melihat lapisannya dan mengambil sampel dari area yang dicurigai lesi Sarkoma Kaposi.
Pengobatan Sarkoma Kaposi
Kanker ini tidak dapat disembuhkan, tetapi perkembanganya dapat diperlambat dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Sarkoma Kaposi terkait AIDS lebih serius daripada tipe klasik atau yang berhubungan dengan transplantasi. Untuk sarkoma Kaposi terkait AIDS, langkah pertama dalam pengobatan adalah memulai kombinasi obat antivirus yang dapat mengurangi jumlah virus HIV dan meningkatkan jumlah sel Limfosit T-Helper sehingga replikasi dari virus KSHV dapat ditekan. Dengan begitu lesi Sarkoma Kaposi dapat berkurang atau hilang.
Pengobatan lainnya untuk Sarkoma Kaposi dapat berupa:
- Operasi bedah kecil (eksisi), yaitu mengambil lesi kulit dan sedikit jaringan sehat disekitarnya.
- Cryotherapy, yaitu dengan mematikan sel-sel kanker dengan cara membekukan sel-sel kanker pada kulit dan jaringan sekitarnya.
- Terapi radiasi, digunakan untuk lesi kulit yang luas atau lesi mulut yang kecil dan lokasi terjangkau oleh sinar radiasi.
- Kemoterapi. Pemberian obat-obatan kemoterapi dapat membuat perkembangan sel-sel kanker terhenti. Pada Sarkoma kaposi organ dalam, atau terdapat lebih dari 25 lesi kulit, obat kemoterapi dapat diberikan melalui infusan. Suntikan obat kemoterapi, misalnya vinblastine, langsung pada lesi kulit juga dapat dilakukan.
Lesi yang telah sembuh dapat kambuh kembali dalam beberapa tahun dan pengobatan dapat diulang kembali.
Pencegahan Sarkoma Kaposi
Upaya pencegahan Sarkoma Kaposi tergantung pada pengurangan kemungkinan infeksi KSHV. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah melakukan hubungan intim aman dan tidak berganti-ganti pasangan. Sampai saat ini tidak ada vaksin melindungi seseorang dari infeksi KSHV.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika keluarga atau kerabat memiliki lesi kulit seperti di atas dan tidak nyeri dapat melakukan diskusikan dengan dokter agar mendapatkan diagnosa dan penanganan yang tepat. Untuk melakukan pemeriksaan, ibu bisa langsung membuat janji dengan dokter pilihan di rumah sakit terdekat dengan domisili di sini.
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan