Ruam Popok
DAFTAR ISI
- Apa Itu Ruam Popok?
- Penyebab Ruam Popok
- Faktor Risiko Ruam Popok
- Gejala Ruam Popok
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Ruam Popok
- Diagnosis Ruam Popok
- Cara Mengobati Ruam Popok
- Cara Mencegah Ruam Popok pada Bayi
- Cara Tepat Memilih Popok Bayi
- Komplikasi Ruam Popok
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa Itu Ruam Popok?
Ruam popok adalah peradangan pada kulit bayi yang terjadi akibat kondisi lembap popok yang menutup kulit bayi.
Sebagai akibat kurangnya sirkulasi udara dan kondisi lembap tersebut, kulit bayi mengalami ruam karena paparan urine dan feses pada kulit. Hampir semua bayi yang memakai popok, pernah mengalami ruam.
Si Kecil bisa mengalami ruam saat memakai popok sekali pakai atau popok kain, sebab keduanya memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan.
Sebenarnya, menggunakan popok jenis apapun, bila kelembapan dan kebersihan bayi terjaga, gangguan ruam bisa kamu hindari.
Penyebab Ruam Popok
Ruam popok disebabkan karena apa? Ada sejumlah faktor yang menjadi penyebab ruam popok pada Si Kecil, antara lain:
1. Memiliki kulit sensitif
Penelitian Skin health connected to the use of absorbent hygiene products: A review yang terbit pada Dermatologic Therapy menyebutkan, selama 50 tahun terakhir, popok bayi telah menjadi fitur penting dalam kehidupan modern.
Namun, bagi sebagian pengguna, terjadinya perubahan iklim, gesekan, serta paparan urine dan feses dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan, misalnya ruam popok atau dermatitis terkait inkontinensia.
Studi juga menyebutkan, masalah ini rentan terjadi pada bayi dengan kulit yang sedang berkembang. Kondisi kulit bayi menjadi lebih sensitif, sehingga lebih rentan terhadap faktor yang menyebabkan ruam kulit.
2. Pengaruh jenis makanan baru
Perubahan jenis makanan menyebabkan datangnya ruam. Mengapa? Ini karena struktur feses serta frekuensi buang air besar pada Si Kecil akan berubah, terutama saat ia mulai mengonsumsi makanan padat atau MPASI.
3. Adanya gesekan
Kulit bayi masih sangat lembut dan sensitif, gesekan sekecil apapun bisa memicu lecet pada kulit anak.
4. Kontak terlalu lama dengan urine dan feses
Kontak terlalu lama antara urine atau feses dengan kulit bayi bisa memicu iritasi pada kulit anak. Itulah sebabnya, orang tua perlu mengganti popok secara perkala.
5. Infeksi akibat bakteri atau jamur
Menurut buku Diaper Dermatitis (Anthonella B. Benitez Ojeda; Magda D. Mendez) menyebutkan, ruam popok merupakan reaksi peradangan pada kulit daerah perineum dan perianal (daerah popok).
Dalam buku tersebut disebutkan ruam popok merupakan kelainan kulit yang umum terjadi pada bayi dan paling sering disebabkan oleh iritasi. Namun, ada penyebab lain, yaitu infeksi Candida albicans yang bersifat primer atau sekunder.
Infeksi primer terjadi ketika jamur Candida albicans tumbuh dan berkembang biak secara berlebihan di suatu area tubuh.
Biasanya pada kulit, mulut, saluran pencernaan, atau organ genital. Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh melemah.
Sementara infeksi sekunder terjadi ketika jamur Candida albicans menginfeksi masalah kulit yang sudah ada sebelumnya.Misalnya pada luka bakar, luka sayatan, iritasi, atau infeksi lainnya.
6. Adanya iritasi akibat produk bayi yang baru digunakan
Tidak bisa dimungkiri, terkadang produk yang memiliki formula khusus untuk bayi sekalipun bisa memberikan reaksi iritasi pada anak.
Makanya, orang tua perlu cermat dan sigap memperhatikan produk mana yang aman untuk mereka gunakan.
7. Berkembangnya infeksi bakteri atau ragi (jamur)
Sekecil apapun infeksi yang muncul, dapat menyebar ke kulit di sekitarnya. Area yang tertutup oleh popok berisiko terkena infeksi, karena hangat dan lembap.
Hal tersebut menjadikannya tempat berkembang biak bagi bakteri dan jamur. Ruam juga seringkali muncul di dalam lipatan kulit, yakni bintik-bintik merah tersebar di sekitar lipatan.
8. Menggunakan antibiotik
Perlu kamu ketahui, antibiotik dapat menyebabkan ruam dengan membunuh bakteri yang menyebabkan pertumbuhan jamur.
Penggunaan antibiotik juga dapat meningkatkan risiko diare. Bayi yang disusui oleh ibu yang minum antibiotik juga berisiko tinggi mengalami ruam popok.
9. Alergi
Jika bayi memiliki kulit sensitif, mereka mungkin memiliki reaksi alergi terhadap bahan dalam popok atau tisu. Kondisi ini membuat kulit bayi di area bokong, lipatan paha, dan sekitar alat kelamin menjadi tampak kemerahan.
Faktor Risiko Ruam Popok
Beberapa kondisi tertentu bisa menjadi faktor risiko ruam popok, kondisi tersebut adalah:
- Tidak cukup sering mengganti popok anak.
- Anak mengalami diare atau sering buang air besar.
- Anak mengonsumsi obat antibiotik, atau ibu minum antibiotik ketika menyusui.
Ruam popok jadi salah satu penyakit yang rentan dialami oleh Si Kecil. Ketahui penjelasan selengkapnya di sini: 3 Masalah Kulit Bayi yang Umum Terjadi & Cara Penanganannya.
Gejala Ruam Popok
Ruam biasanya terjadi pada dua tahun pertama, khususnya ketika Si Kecil berusia 9 bulan hingga 1 tahun. Lantas, apa yang dirasakan bayi saat ruam popok?
Berikut beberapa gejala ruam popok yang dialami oleh Si Kecil:
- Kulit kemerahan akibat gesekan dan kelembapan berlebihan.
- Ruam dan lecet di area paha, bokong, dan kelamin. Ruam ini dapat terasa kasar dan terkadang mengelupas.
- Pembengkakan di sekitar area yang terkena ruam. Gangguan ini dipicu oleh peradangan kulit akibat infeksi atau reaksi alergi.
- Rasa gatal yang menimbulkan tidak nyaman.
- Perubahan tekstur kulit menjadi kasar atau bersisik. Hal ini bisa menjadi tanda peradangan atau iritasi.
- Ruam yang meluas akibat tidak diatasi dengan baik.
- Ruam berair yang menandakan adanya infeksi kulit atau peradangan yang lebih serius.
- Perubahan perilaku menjadi lebih rewel atau sulit tidur karena ketidaknyamanan.
Ketahui gejala lainnya dalam artikel ini: Ini Gejala dan Pengobatan Ruam Popok pada Bayi.
Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Ruam Popok
Ruam popok akan menimbulkan rasa gatal yang sangat mengganggu bagi Si Kecil apabila terus dibiarkan.
Nah, jika Si Kecil mengalami gejala ruam popok, seperti munculnya gatal dan kulit menjadi kemerahan, segera hubungi dokter spesialis kulit di Halodoc.
Dokter di Halodoc telah berpengalaman serta mendapatkan penilaian baik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Berikut dokter di Halodoc yang bisa kamu hubungi:
- dr. Dyah Ayu Nirmalasari Sp.D.V.E
- dr. Made Martina W. M.Biomed, Sp.D.V.E
- dr. Dina Febriani Sp.D.V.E
- dr. Frieda Sp.D.V.E
- dr. Ryski Meilia Novarina Sp.D.V.E
Itulah beberapa dokter spesialis kulit yang bisa kamu hubungi untuk bantu atasi ruam popok pada Si Kecil. Jangan ragu untuk segera menghubungi dokter spesialis kulit agar kondisi tersebut dapat segera ditangani.
Dokter tersebut tersedia selama 24 jam di Halodoc sehingga kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja.
Namun, jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.
Tunggu apalagi? Ayo, pakai Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Ruam Popok
Ada beberapa langkah yang dokter lakukan untuk mendiagnosis ruam popok, di antaranya:
1. Pemeriksaan fisik
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada kulit anak. Diagnosis sudah bisa dipastikan jika dokter menemukan ruam kulit kemerahan di area bokong, paha, dan alat kelamin Si Kecil.
2. Wawancara medis atau anamnesis
Selain pemeriksaan fisik, dokter juga akan bertanya seputar peralatan dan produk yang Si Kecil gunakan, dan bersentuhan langsung dengan kulitnya. Misalnya, sabun mandi, lotion, atau deterjen pencuci baju.
Sebab, bahan-bahan yang bersentuhan langsung dengan kulit bisa berperan sebagai iritan yang memicu terjadinya ruam popok.
3. Pemeriksaan penunjang
Terakhir, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang guna memastikan diagnosis. Caranya dengan melakukan tes alergi untuk mendeteksi penyebab lain, seperti infeksi jamur atau bakteri.
Tes alergi adalah metode yang bertujuan untuk mendeteksi adanya reaksi alergi terhadap substansi atau alergen. Caranya dengan mengambil darah untuk mengetahui jumlah total IgE dalam tubuh pengidap.
Selain itu, ini beberapa pemeriksaan lain yang dapat dokter lakukan:
- Kultur jamur. Jika dokter mencurigai infeksi jamur, kultur dapat diambil untuk mengidentifikasi jenis jamur yang memicu ruam.
- Biopsi kulit. Meski jarang dilakukan, metode ini dapat menyingkirkan masalah lain yang menyebabkan ruam tidak kunjung membaik.
Cara Mengobati Ruam Popok
Apakah ruam popok bisa hilang? Masalah kulit ini bisa hilang bila diatasi dengan cepat. Caranya dengan melakukan langkah mengatasi ruam popok berikut ini:
1. Obat-obatan
Apa obat untuk ruam popok pada bayi? Ibu bisa memberikan beberapa rekomendasi salep ini. Namun, pastikan sudah berdiskusi dengan dokter spesialis anak terkait penggunaan dan dosis yang sesuai.
- Krim hidrokortison (steroid) ringan (0,5% hingga 1%) dua kali sehari selama 3 hingga 5 hari.
- Krim antijamur, jika bayi mengalami infeksi jamur.
- Obat antibiotik oral, jika bayi mengalami infeksi bakteri.
2. Ganti popok secara rutin
Cara ini dapat mengurangi paparan terhadap urin dan tinja yang dapat memicu kelembapan berlebihan. Area yang lembap merupakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan bakteri dan jamur penyebab ruam popok.
3. Pengobatan lainnya
Tak hanya dua poin di atas, langkah mempercepat proses penyembuhan juga dapat ibu lakukan dengan beberapa cara ini:
- Bersihkan bagian kulit yang tertutup popok.
- Jangan biarkan Si Kecil memakai popok yang terlalu sempit, usahakan agar kulitnya “bernapas”.
- Setelah dibasuh, seka kulit Si Kecil secara perlahan hingga kering sebelum menggunakan popok baru.
- Basuh dan cuci tangan sebelum dan sesudah menggantikan popok.
- Baringkan bayi tanpa popok agar udara dapat mengalir ke area popok.
- Hindari bahan popok yang dapat mengiritasi kulit.
- Konsultasikan dengan dokter jika ruam popok tidak membaik dalam beberapa hari atau justru semakin parah.
- Ganti popok konvensional dengan popok kain.
- Pilih popok dengan ukuran dan bahan yang sesuai dengan kulit Si Kecil.
- Menggunakan bahan alami, salah satunya minyak kelapa. Ketahui di sini penjelasannya: Minyak Kelapa Bisa Atasi Ruam Popok, Ini Penjelasannya.
Cara Mencegah Ruam Popok pada Bayi
Ada beberapa upaya yang bisa ibu lakukan untuk mencegah ruam popok pada bayi, antara lain:
1. Ganti popok sesering mungkin
Alasannya, popok yang basah atau kotor mengandung kelembaban yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit bayi. Kulit yang lembab lebih rentan terhadap perkembangan ruam popok.
2. Bilas pantat bayi dengan air hangat
Penelitian berjudul Skin care for your baby yang terbit pada Paediatrics & Child Health menyarankan, saat mengganti popok bayi, cucilah area tersebut dengan sabun lembut dan air hangat. Kemudian bilas dan biarkan hingga benar-benar kering.
Air hangat tidak mengandung bahan kimia seperti alkohol atau pewangi yang terdapat dalam tisu basah. Hal ini membantu menghindari potensi iritasi kulit yang dapat memicu ruam popok.
3. Hindari penggunaan bedak
Bedak dapat menyumbat pori-pori kulit, terutama jika Si Kecil pakai secara berlebihan. Hal ini menghambat sirkulasi udara dan menciptakan lingkungan yang lembap, sehingga meningkatkan risiko iritasi kulit dan ruam popok.
4. Sesuaikan ukuran popok bayi
Popok yang terlalu besar atau terlalu kecil dapat menyebabkan gesekan berlebihan pada kulit bayi. Gesekan ini dapat merusak lapisan pelindung kulit dan memicu ruam popok.
4. Hindari menggunakan tisu basah yang mengandung alkohol dan pewangi
Alkohol adalah bahan yang dapat memicu kulit kering. Penggunaan tisu basah yang mengandung alkohol dapat menghilangkan kelembapan alami kulit, dan membuat kulit kering serta rentan iritasi.
6. Keringkan pantat dan area genital sebelum menggunakan popok
Kelembaban yang tersisa pada area genital dan pantan, dapat mempengaruhi keseimbangan pH alami kulit Si Kecil. Mengeringkan area tersebut akan membantu mempertahankan lingkungan yang optimal bagi kesehatan kulit.
7. Biarkan anak tidak mengenakan popok selama beberapa jam
Tanpa adanya popok, gesekan pada kulit bayi dari popok yang Si Kecil pakai secara terus-menerus dapat berkurang. Hal ini membantu menurunkan potensi iritasi kulit yang dapat berujung pada ruam popok.
Cara Tepat Memilih Popok Bayi
Di bawah ini beberapa cara tepat memilih popok bayi guna mencegah ruam popok:
1. Pilih ukuran yang tepat
Dalam memilih ukuran yang tepat, ibu bisa melihat lingkar pinggang, karet pinggang, cakupan bokong, dan perhatikan ukuran pada label kemasan popok. Jangan terlalu kecil atau kencang, karena bisa memicu rasa panas, iritasi, dan ruam.
2. Kenali jenis kulit anak
Jika Si Kecil memiliki kulit sensitif, ibu harus ekstra hati-hati. Sebab, terdapat bahan yang justru dapat menimbulkan ruam popok, dan memicu rasa tidak nyaman bagi anak.
3. Kenali fitur pada popok
Pilih popok dengan sirkulasi udara yang baik agar tidak mudah lembap dan iritasi. Cara ini juga berguna untuk mencegah osmosis balik. Ini adalah kondisi saat air yang telah terserap ke dalam popok bocor.
4. Ketahui daya serapnya
Ketahui berapa banyak cairan yang dapat popok tampung guna mendukung kenyamanan Si Kecil, terutama saat mereka beraktivitas. Pilih yang dapat menampung banyak volum dan memiliki daya serap yang baik.
5. Pilih dengan struktur inti SAP
Super absorbent polymers (SAP) adalah bahan yang tetap utuh dan tidak mudah menggumpal meski telah menyerap banyak cairan. Bahan ini membuat permukaan popok tetap kering, sehingga nyaman bagi anak.
Komplikasi Ruam Popok
Ruam popok yang tidak ibu atasi dapat memicu berbagai keluhan lainnya. Berikut komplikasi yang perlu ibu waspadai:
1. Perubahan warna kulit
Pada bayi dengan kulit coklat atau hitam, ruam dapat menyebabkan area yang terkena menjadi lebih terang (hipopigmentasi pasca inflamasi). Hipopigmentasi ringan biasanya dapat hilang dalam beberapa minggu.
Sedangkan pada kasus yang parah mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk kembali ke warna kulit awal.
2. Infeksi
Ruam dapat berkembang menjadi infeksi parah dan menjadi menjadi pintu masuk bagi bakteri atau jamur untuk menginfeksi kulit bayi. Gejalanya berupa kulit merah, bengkak, bernanah, atau sakit.
3. Kulit melepuh
Ruam popok yang sangat parah atau dibiarkan tanpa perawatan dapat menyebabkan kulit menjadi melepuh karena gesekan. Kondisi kulit ini dapat berkembang dan rentan terhadap infeksi.
Ibu bisa mengetahui bahaya lainnya dengan klik artikel ini: Bahaya Ruam pada Kulit Bayi dan Cara Mengatasinya.
Kapan Harus ke Dokter?
Saat kulit Si Kecil tak kunjung membaik meski ibu sudah memberikan langkah terbaik, sebaiknya segera diskusikan hal ini dengan dokter spesialis anak lewat aplikasi Halodoc. Klik gambar di bawah ini, yuk!
Referensi:
Johns Hopkins Medicine. Diakses pada 2024. Diaper Dermatitis.
KidsHealth.org. Diakses pada 2024. Diaper Rash.
Mayo Clinic. Diakses pada 2024. Diaper Rash.
Parenting Firstcry. Diakses pada 2024. 7 Things to Consider When Picking a Diaper for Your Baby.
Anthonella B. Benitez Ojeda; Magda D. Mendez. Diakses pada 2024. Diaper Dermatitis.
Dermatologic Therapy. Diakses pada 2024. Skin health connected to the use of absorbent hygiene products: A review.
Paediatrics & Child Health. Diakses pada 2024. Skin care for your baby.
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan