Respiratory Syncytial Virus
DAFTAR ISI
- Apa Itu Respiratory Syncytial Virus (RSV)?
- Penyebab Respiratory Syncytial Virus (RSV)
- Faktor Risiko Respiratory Syncytial Virus (RSV)
- Gejala Respiratory Syncytial Virus (RSV)
- Diagnosis Respiratory Syncytial Virus (RSV)
- Pengobatan Respiratory Syncytial Virus (RSV)
- Komplikasi Respiratory Syncytial Virus (RSV)
- Pencegahan Respiratory Syncytial Virus (RSV)
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa Itu Respiratory Syncytial Virus (RSV)?
Respiratory syncytial virus (RSV) adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi paru-paru dan saluran pernapasan.
Jenis virus ini sangat rentan menyerang anak-anak yang berusia di bawah dua tahun. Meskipun begitu, virus ini juga dapat menyerang orang dewasa.
Gejala yang dialami oleh pengidapnya pun akan berbeda-beda. Mulai dari gejala yang terbilang ringan hingga yang cukup berat.
Untuk mencegah dampak buruk akibat penyakit ini, sebaiknya kenali lebih banyak mengenai gejala dan penanganan yang tepat baik pada orang dewasa maupun anak.
Penyebab Respiratory Syncytial Virus (RSV)
RSV merupakan jenis virus yang menular dan cukup berbahaya. Penularannya sangat mudah terjadi sehingga dapat memicu gejala setelah beberapa hari paparan virus pada tubuh.
Penyebarannya bisa terjadi melalui kontak langsung dengan pengidap respiratory syncytial virus.
Ketika pengidap batuk atau bersin, maka virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara yang dihirup.
Virus juga dapat hidup di permukaan objek atau benda yang keras.
Sehingga, jika kamu memegang permukaan yang terkontaminasi virus lalu menyentuh area wajah, seperti mata, hidung, dan mulut, maka kamu berisiko terpapar virus tersebut.
Saat virus berhasil masuk ke dalam saluran pernapasan, maka akan terjadi infeksi.
Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan sel-sel pada saluran napas yang memicu berbagai gejala pada pengidapnya.
Faktor Risiko Respiratory Syncytial Virus (RSV)
Usia menjadi faktor risiko yang paling rentan memicu seseorang terpapar virus ini. Umumnya, anak-anak yang berusia di bawah dua tahun lebih rentan terpapar RSV.
Apalagi jika anak berada di lingkungan daycare, sekolah, atau memiliki keluarga yang mengalami penyakit infeksi virus.
Selain itu, ada beberapa faktor lainnya yang meningkatkan risiko seseorang terpapar virus ini, seperti:
- Bayi yang lahir secara prematur.
- Anak dengan penyakit jantung bawaan.
- Mengidap gangguan paru-paru kronis.
- Anak-anak atau orang dewasa yang mengidap penyakit kanker.
- Menjalani pengobatan, seperti kemoterapi.
- Anak-anak dengan riwayat gangguan neuromuskuler.
- Kelompok usia lanjut di atas 65 tahun.
Gejala Respiratory Syncytial Virus (RSV)
Virus memiliki masa inkubasi setelah masuk ke dalam tubuh. Biasanya, gejala akan muncul dalam setelah 2-8 hari tubuh terpapar virus.
Ada beberapa gejala awal yang akan dialami oleh seseorang yang terpapar virus ini, seperti:
- Kondisi tubuh yang tidak nyaman.
- Penurunan nafsu makan.
- Mengalami penurunan aktivitas.
- Perubahan dalam pola bernapas.
Bayi yang berusia di bawah enam bulan memerlukan tindakan medis untuk mengatasi kondisi ini.
Jadi, jangan abaikan jika bayi mengalami gejala awal yang terkait dengan penyakit ini.
Selain itu, anak yang berusia 1-3 tahun akan mengalami gejala yang disertai dengan keluhan lain, seperti:
- Hidung yang berair.
- Batuk dan bersin terus menerus.
- Penurunan jumlah konsumsi makanan dan cairan.
- Mengalami kesulitan dalam menelan.
- Napas yang menjadi lebih cepat daripada biasanya.
Segera kunjungi rumah sakit ketika anak mengalami mengi (napas yang berbunyi), pelebaran lubang hidung setiap anak bernapas, perubahan warna kebiruan pada kuku dan bibir anak, hingga napas yang pendek.
Virus ini akan menyebabkan gejala yang cukup ringan pada anak-anak yang berusia di atas lima tahun hingga orang dewasa.
Umumnya, gejala akan berupa:
- Sakit kepala.
- Hidung tersumbat.
- Sakit tenggorokan.
- Batuk.
- Kelelahan.
- Demam.
Diagnosis Respiratory Syncytial Virus (RSV)
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik mengenai gejala yang dialami.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan paru-paru melalui stetoskop untuk memeriksa munculnya suara abnormal dari paru-paru.
Setelah itu, dokter akan menyarankan beberapa tes lanjutan, seperti:
- Tes darah. Untuk memeriksa jumlah sel darah putih dan memastikan virus, bakteri, atau parasit dalam tubuh.
- Rontgen dada. Memeriksa kondisi peradangan yang terjadi pada bagian paru-paru.
- Tes usap sekresi dalam mulut dan hidung untuk memeriksa tanda-tanda virus.
Pengobatan Respiratory Syncytial Virus (RSV)
Pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi infeksi virus ini akan disesuaikan dengan kondisi gejala yang dialami.
Jika gejala terbilang cukup ringan, maka hal-hal ini bisa dilakukan untuk membuat kondisi kesehatan membaik, seperti:
- Mengonsumsi obat-obatan untuk meringankan gejala.
- Mengonsumsi banyak cairan untuk tubuh.
- Tidak merokok atau terpapar asap rokok.
- Mengonsumsi makanan sehat.
- Memperbanyak istirahat.
Sementara itu, jika infeksi memicu gejala yang cukup parah, maka kamu perlu segera mendapatkan pengobatan secara medis.
Ada beberapa perawatan yang harus dilakukan, seperti:
- Mendapatkan oksigen tambahan melalui tabung oksigen.
- Menambahkan cairan menggunakan infus.
- Mengonsumsi obat antivirus.
Komplikasi Respiratory Syncytial Virus (RSV)
Ada berbagai komplikasi yang bisa terjadi bila RSV tidak diatasi dengan baik, seperti:
- Pneumonia. RSV paling sering menyebabkan peradangan pada paru-paru jika tidak segera diatasi dan dicegah paparannya pada tubuh.
- Infeksi telinga bagian tengah. Komplikasi ini rentan terjadi pada anak-anak.
- Asma. Gangguan pada saluran napas berisiko menyebabkan anak mengidap penyakit asma ke depannya.
Pencegahan Respiratory Syncytial Virus (RSV)
Hingga saat ini belum ada vaksin yang bisa mencegah infeksi virus ini.
Namun, kamu bisa melakukan beberapa langkah sederhana guna mencegah infeksi RSV pada tubuh, seperti:
- Cuci tangan secara rutin.
- Gunakan masker saat bepergian atau di tempat ramai. Jangan lupa untuk menutup mulut dan hidung saat kamu batuk atau bersin.
- Jaga kebersihan lingkungan. Misalnya, membersihkan permukaan yang sering disentuh banyak orang secara rutin.
- Jangan berbagi alat makan bersama dengan orang lain.
- Jangan merokok. Anak-anak yang sering terpapar asap rokok berisiko lebih tinggi terpapar RSV, dibandingkan anak yang tidak terpapar asap rokok.
- Pastikan kebersihan mainan dan ruang beraktivitas anak.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera lakukan janji medis ketika gejala yang dialami akibat paparan virus ini tidak membaik
Kamu bisa konsultasi dengan dokter menggunakan Halodoc. Caranya download aplikasi Halodoc melalui App Store atau Google Play sekarang juga.