Rabies
DAFTAR ISI
- Apa Itu Rabies?
- Penyebab Rabies
- Masa Inkubasi dan Sumber Penularan
- Faktor Risiko Rabies
- Gejala Rabies
- Rekomendasi Dokter di Halodoc yang Bisa Bantu Atasi Kondisi Rabies
- Diagnosis
- Pertolongan Pertama dan Pengobatan Rabies
- Komplikasi Rabies
- Pencegahan Rabies
Apa Itu Rabies?
Rabies adalah infeksi virus yang menyerang otak dan sistem saraf manusia. Virus rabies yang bernama Lyssavirus yang dapat menular ke manusia melalui gigitan hewan. Itulah mengapa penyakit ini termasuk penyakit zoonosis.
Di Indonesia, penyakit ini terkenal dengan nama penyakit anjing gila. Hal ini karena hewan yang paling sering menyebabkan rabies adalah anjing.
Meski begitu, ada banyak hewan lain yang juga bisa menyebabkan penyakit ini, seperti kucing, kelelawar dan kera.
Hewan yang terinfeksi bisa menularkan virus penyakit tersebut melalui air liur, gigitan, atau cakaran dan jilatan pada kulit seseorang yang terluka.
Biasanya, hewan yang berisiko tinggi menularkan rabies adalah hewan liar atau hewan peliharaan yang tidak mendapatkan vaksin rabies.
Penyebab Rabies
Penyebab rabies adalah infeksi virus Lyssavirus. Virus ini menyebar melalui air liur hewan yang terinfeksi. Hewan yang terinfeksi dapat menyebarkan virus melalui gigitan hewan atau orang lain.
Dalam kasus yang jarang terjadi, penyakit ini dapat menyebar ketika air liur hewan yang terinfeksi masuk ke dalam luka terbuka atau selaput lendir, seperti mulut atau mata. Hal ini bisa terjadi jika hewan tersebut menjilat luka terbuka di kulit kamu.
Semua hewan mamalia bisa menyebarkan virus rabies. Namun, berikut hewan yang paling umum menularkan penyakit tersebut:
- Hewan peliharaan dan ternak, seperti kucing, sapi, anjing, musang, kambing, kuda.
- Hewan liar, seperti kelelawar, berang-berang, rubah, monyet, rakun, sigung.
Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, virus bisa menyebar ke penerima transplantasi jaringan dan organ dari organ yang terinfeksi.
Curiga Terinfeksi Rabies? Dokter Spesialis Ini Bisa Beri Solusi.
Masa Inkubasi dan Sumber Penularan
Masa inkubasi rabies, atau waktu antara masuknya virus ke dalam tubuh hingga menimbulkan gejala, bervariasi. Pada hewan, masa inkubasi penyakit ini adalah sekitar 3-8 minggu.
Sementara itu, rabies pada manusia, masa inkubasi umumnya 2-8 minggu. Namun, terkadang bisa 10 hari sampai 2 tahun.
Sumber penularan yang utama adalah anjing, kucing, dan kera. Setelah virus masuk ke dalam tubuh manusia, selama sekitar 2 minggu virus akan tetap tinggal di tempat masuk dan atau di dekat tempat gigitan.
Kemudian, virus akan bergerak ke ujung-ujung serabut saraf posterior, tanpa menunjukkan perubahan fungsinya. Selama proses perjalanan virus ke otak, virus akan membelah diri atau bereplikasi.
Jika virus sudah mencapai otak, mereka akan menyebar luas ke semua bagian neuron. Selain itu, virus juga akan masuk ke sel-sel limbik, hipotalamus, dan batang otak.
Setelah bereplikasi pada neuron-neuron sentral, virus rabies akan bergerak keseluruh organ dan jaringan tubuh. Hingga akhirnya menyerang organ-organ dan jaringan tubuh yang penting.
Ada beberapa fakta menarik mengenai penyakit ini yang juga perlu kamu ketahui. Simak artikel Ini 5 Fakta tentang Penyakit Rabies.
Faktor Risiko Rabies
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap penyaki inu, di antaranya:
- Bepergian atau tinggal di negara berkembang.
- Bersentuhan dengan hewan liar yang terinfeksi. Ini termasuk kelelawar dalam goa.
- Bekerja sebagai dokter hewan.
- Bekerja di laboratorium yang rentan berkontak dengan virus.
- Memiliki luka terbuka pada kulit.
- Menerima transplantasi organ dari orang yang terinfeksi.
Gejala Rabies
Apa yang terjadi jika terkena rabies? Gejala penyakit ini umumnya muncul 3 hingga 12 minggu setelah kontak langsung dengan hewan terinfeksi.
Beberapa gejala awal yang dapat muncul meliputi:
- Peningkatan suhu tubuh.
- Sakit kepala.
- Merasa tidak enak badan.
- Rasa tidak nyaman di lokasi gigitan.
Beberapa hari kemudian, gejala lain yang dapat muncul adalah:
- Kebingungan atau perilaku agresif.
- Melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata (halusinasi).
- Mulut memproduksi banyak air liur.
- Kejang otot.
- Kesulitan menelan dan bernapas.
- Ketidakmampuan untuk bergerak (lumpuh).
Rekomendasi Dokter di Halodoc yang Bisa Bantu Atasi Kondisi Rabies
Segera buat temui dokter setelah digigit, dijilat atau dicakar oleh hewan apapun atau hewan yang mungkin terinfeksi rabies.
Perawatan yang tepat dan cepat dapat meminimalisir risiko komplikasi yang serius.
Kamu juga bisa menghubungi dokter untuk minta saran kesehatan yang tepat.
Nah, berikut adalah beberapa pilihan dokter yang bisa kamu hubungi di Halodoc untuk konsultasi seputar kondisi rabies.
Dokter-dokter ini memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun dan memiliki rating yang baik, berikut daftarnya:
- dr. Richard Sengkey Sp.PD
- dr. William Faisal Sp.PD
- dr. Agus Suriadi Wijaya Sp.N
- dr. Made Ayu Dessy Dwitasari Sp.N
- dr. Rama Yandhi
Jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tak perlu khawatir.
Sebab kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc atau berkonsultasi dengan dokter lainnya.
Yuk, pakai Halodoc sekarang juga!
Diagnosis
Hingga saat ini, belum ada pemeriksaan yang dapat mendiagnosis infeksi virus. Penyakit ini umumnya baru bisa terdeteksi setelah pengidap mengalami gejala.
Setelah gejala muncul, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan pada pengidap. Ini termasuk bekas gigitan, cakaran atau luka terbuka.
Pemeriksaan dapat mengetahui seberapa besar risiko infeksi pada pengidap.
Kategori luka rabies dari intensitas keparahannya adalah:
- Rendah. Berupa jilatan atau sentuhan di kulit.
- Sedang. Berupa gigitan atau cakaran yang tidak menyebabkan perdarahan.
- Tinggi. Berupa gigitan, jilatan atau cakaran pada area luka terbuka, mata atau mulut dan menyebabkan perdarahan.
Setelah terdeteksi, dokter akan melanjutkan pemeriksaan dengan prosedur ini:
- Tes antibodi. Ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekebalan tubuh untuk melawan virus.
- CT scan atau MRI. ini bertujuan untuk mendeteksi peradangan pada otak akibat virus.
- Biopsi. Ini bertujuan untuk mendeteksi protein virus dari sampel jaringan luka.
- Kultur virus rabies atau PCR. ini bertujuan untuk mendeteksi adanya air liur hewan pada luka pengidap.
Prosedur diagnosis juga akan dokter lakukan pada hewan. Dokter hewan akan mengamati selama 10 hari untuk melihat tanda penyakit ini.
Namun, ada atau tidaknya gejala pada hewan, dokter tetap akan menyuntikkan vaksin untuk meminimalisir risiko infeksi.
Pertolongan Pertama dan Pengobatan Rabies
Pertolongan pertama yang bisa kamu lakukan jika baru saja tergigit hewan yang terkena infeksi virus rabies, adalah:
- Jika ada perdarahan atau luka terbuka, tekan area luka dengan kain bersih atau kasa steril.
- Bersihkan atau cuci luka gigitan atau cakaran hewan dengan air mengalir dan sabun, selama 10–15 menit.
- Kemudian, oleskan cairan antiseptik dengan kandungan povidone iodine atau alkohol dengan kadar 70 persen ke area luka.
- Segeralah ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
Di rumah sakit, dokter biasanya akan memeriksa dan membersihkan luka gigitan atau cakaran.
Lalu, dokter akan memberi serum dan vaksin rabies. Dengan tujuan untuk membantu sistem kekebalan tubuh melawan virus ini, agar infeksi pada otak dapat kamu cegah.
Komplikasi Rabies
Rabies yang dibiarkan tanpa penanganan bisa menimbulkan berbagai komplikasi serius, antara lain:
- Distonia yaitu kontraksi otot tanpa terkendali.
- Balismus yaitu gerakan tubuh tanpa sadar.
- Koreoatetosis yaitu gerakan tidak terkendali berupa hentakan.
- Gangguan motorik halus.
- Masalah pada komunikasi verbal dan nonverbal.
- Gangguan pola berjalan.
- Perubahan kekuatan motorik pada lengan dan tungkai.
Pencegahan Rabies
Ada beberapa upaya yang bisa kamu lakukan untuk mencegah infeksi virus rabies, contohnya:
- Vaksinasi hewan peliharaan, terutama anjing dan kucing.
- Hindari kontak hewan peliharaan dengan hewan liar, terutama yang menunjukkan gejala. Kamu juga perlu menjaga jarak dengan hewan liar. Kamu bisa mewaspadai hewan tersebut dengan mengetahui Ini Cara Mengenali Tanda Anjing Terkena Rabies.
- Tutup semua celah dan lubang di rumah yang bisa jadi sarang hewan liar.
- Dapatkan vaksin rabies, terutama bila kamu ingin bepergian atau sering berada di sekitar hewan-hewan yang mungkin terinfeksi.
- Bila kamu digigit atau dicakar binatang liar, segera temui dokter sesegera mungkin.
Selain itu, pencegahan dan pemberantasan penyakit ini dapat kamu lakukan dengan memberi vaksin rabies pada hewan peliharaan, setiap 1 tahun sekali.