Preeklamsia
DAFTAR ISI
- Apa Itu Preeklamsia?
- Penyebab Preeklamsia
- Faktor Risiko Preeklamsia
- Gejala Preeklamsia
- Hubungi Dokter Ini untuk Perawatan Preeklamsia
- Diagnosis Preeklamsia
- Pengobatan Preeklamsia
- Komplikasi Preeklamsia
- Pencegahan Preeklamsia
Apa Itu Preeklamsia?
Preeklamsia adalah tekanan darah tinggi yang berkembang selama kehamilan.
Masalah kesehatan serius ini biasanya berkembang setelah minggu ke-20 kehamilan.
Seorang ibu hamil bisa dikatakan mengalami preeklamsia bila memiliki tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih pada dua kali pemeriksaan dengan jarak minimal 4 jam.
Preeklamsia bisa memengaruhi organ lain dalam tubuh dan berbahaya bagi ibu dan janin yang sedang berkembang.
Itulah mengapa masalah kesehatan ini perlu diatasi segera.
Penyebab Preeklamsia
Penyebab preeklamsia masih belum diketahui secara pasti. Namun, masalah kesehatan tersebut dapat dihubungkan kepada beberapa faktor.
Para ahli mempercayai bahwa preeklampsia disebabkan oleh adanya masalah dengan perkembangan plasenta.
Ibu hamil dengan preeklamsia memiliki pembuluh darah yang tidak berfungsi dengan normal, karena bentuknya yang lebih sempit dan merespons sinyal hormonal secara berbeda.
Akibatnya, aliran darah dapat masuk ke plasenta menjadi terbatas.
Terdapat beberapa penyebab dari pembuluh darah yang abnormal ini, antara lain:
- Tidak cukupnya aliran darah menuju rahim.
- Kerusakan pada pembuluh darah.
- Masalah pada sistem imunitas.
- Beberapa gen.
Faktor Risiko Preeklamsia
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan seorang ibu hamil mengalami preeklamsia, yaitu:
- Riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.
- Hipertensi kronik (riwayat tekanan darah tinggi sebelum usia 20 minggu kehamilan).
- Kehamilan pertama.
- Kehamilan pertama dengan pasangan baru.
- Usia lebih dari 40 tahun.
- Ras. Preeklamsia paling sering terjadi pada wanita Afrika-Amerika dan Hispanik, serta sedikit pada wanita Asia.
- Obesitas.
- Kehamilan ganda/lebih.
- Jarak yang terlalu lama dari kehamilan sebelumnya (>10 tahun).
- Memiliki kondisi medis tertentu, seperti diabetes tipe 2, penyakit ginjal, atau lupus.
- Kehamilan yang terjadi dengan bantuan (inseminasi atau bayi tabung).
Gejala Preeklamsia
Preeklampsia dapat muncul dengan gejala maupun tanpa gejala. Tekanan darah tinggi biasanya berkembang secara perlahan. ibu hamil biasanya tidak sadar dan tidak mengetahuinya hingga ia memeriksakan dirinya dalam kontrol rutin antenatal care, baik ke bidan maupun ke dokter. Beberapa gejala dan tanda yang dapat muncul pada ibu hamil dengan preeklamsia, antara lain:
- Nyeri kepala.
- Gangguan penglihatan (menjadi buram).
- Nyeri perut kanan atas.
- Mual dan muntah.
- Produksi urine menurun.
- Penurunan jumlah trombosit pada pemeriksaan darah.
- Gangguan fungsi hati.
- Sesak napas.
- Bengkak pada kaki, tangan, dan wajah.
Oleh karena itu, berbagai gejala preeklamsia tidak bisa kamu anggap sepele dan dibiarkan begitu saja. Nah, kamu bisa Hubungi Dokter Ini Jika Mengalami Gejala Preeklamsia agar dapat segera ditangani dengan tepat dan cepat.
Hubungi Dokter Ini untuk Perawatan Preeklamsia
Jika mengalami preeklamsia, ibu bisa menghubungi dokter obgyn di Halodoc untuk mengetahui cara mengelola kondisi tersebut sehingga terhindar dari potensi komplikasi.
Nah, berikut ini terdapat beberapa dokter spesialis kandungan di Halodoc yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 8 tahun untuk ibu hubungi.
Mereka juga telah mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Ini daftarnya:
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Diagnosis Preeklamsia
Preeklamsia sering kali ditemukan saat janji prenatal rutin ketika dokter kandungan memeriksa kenaikan berat badan, tekanan darah, dan urine ibu.
Bila dokter mencurigai preeklamsia, ia bisa merekomendasikan beberapa pemeriksaan berikut:
- Tes darah tambahan untuk memeriksa fungsi ginjal dan hati.
- Pengambilan sampel urine 24 jam untuk melihat proteinuria.
- USG dan pemantauan janin lainnya untuk memeriksa ukuran bayi dan volume cairan ketuban.
Seorang ibu hamil bisa dipastikan mengidap preeklamsia bila:
- Terdapat tanda-tanda kerusakan ginjal atau hati.
- Rendahnya jumlah trombosit.
- Penumpukkan cairan di paru-paru.
- Sakit kepala dan pusing.
- Mengalami gangguan penglihatan atau melihat bintik-bintik.
Pengobatan Preeklamsia
Penanganan preeklamsia biasanya tergantung pada seberapa parah masalah kesehatan tersebut dan seberapa jauh usia kehamilan ibu.
Bila usia kehamilan ibu sudah hampir cukup bulan (37 minggu atau lebih), penanganan preeklamsia yang bisa dilakukan adalah dengan melahirkan janin yang berada di dalam kandungan.
Sebelum proses kelahiran, biasanya ibu akan diberikan beberapa obat-obatan yaitu:
- Obat penurun tekanan darah.
- Obat penambah hormon steroid untuk membantu proses pematangan paru pada bayi. Namun, obat ini baru bisa memberikan efeknya apabila diberikan paling sedikit dalam 48 jam.
- Obat antikejang perlu diberikan karena ibu dalam kondisi preeklampsia sangat mudah sekali jatuh ke dalam kondisi eklampsia. Saat ibu hamil mengalami eklampsia, ia akan mengalami kejang.
Namun, bila preeklamsia berkembang pada awal kehamilan, ibu akan dipantau secara ketat dalam upaya memperpanjang kehamilan, sehingga memungkinkan janin untuk tumbuh dan berkembang.
Ibu mungkin perlu melakukan lebih banyak janji pranatal, termasuk pemeriksaan ultrasound, tes urine, dan pengambilan darah.
Bila ibu didiagnosis dengan preeklamsia berat, ibu bisa tetap berada di rumah sakit sampai melahirkan.
Komplikasi Preeklamsia
Bila dibiarkan saja tanpa pengobatan, preeklamsia bisa berpotensi fatal bagi ibu dan bayi.
Sebelum melahirkan, komplikasi preeklamsia yang paling umum adalah kelahiran prematur, berat badan lahir rendah atau solusio plasenta.
Preeklamsia juga bisa menyebabkan sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati dan jumlah trombosit yang rendah).
Ini terjadi ketika preeklamsia merusak hati, sel darah merah, dan mengganggu pembekuan darah.
Tanda-tanda lain dari sindrom HELLP adalah pandangan kabur, nyeri dada, sakit kepala, dan mimisan.
Setelah melahirkan bayi, ibu yang mengalami preeklamsia mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk:
- Penyakit ginjal.
- Serangan jantung.
- Stroke.
- Mengembangkan preeklamsia pada kehamilan berikutnya.
Pencegahan Preeklamsia
Pencegahan preeklamsia masih sulit dilakukan.
Studi menyatakan bahwa dengan modifikasi dari gaya hidup seperti restriksi kalori, membatasi asupan garam, mengonsumsi bawang putih, serta mengonsumsi vitamin C dan E, tidak menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna dalam upaya pencegahan preeklampsia ini.
Pada beberapa kasus, ibu hamil dapat menurunkan risiko mengalami preeklampsia dengan cara:
- Mengonsumsi obat aspirin dosis rendah.
- Mengonsumsi suplemen kalsium.
Namun, sebelum memulai untuk mengonsumsi obat dan suplemen, ibu hamil harus berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter.
Sebab keduanya tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengontrol gula darah dan berat badan saat merencanakan kehamilan.